Lo duluan aja ke kelas, gue masih ada urusan. Lo tenang aja, ini gak ada kaitannya sama Fandy."
"Oke deh, see you bestie!"
Urusan yang dimaksut Fayola adalah menuju taman belakang, menenangkan diri dibalik pohon besar. Jarang jarang para murid pergi ke taman sekolah ini, mereka hanya akan pergi kesini waktu praktek pelajaran.
Fayola suka disini, disini damai, tenang dan menyejukkan. Fayola menutup matanya membiarkan rambut indahnya tertiup angin. Tak sadar air matanya perlahan turun, suara isakan pun mulai terdengar.
Suara Lita kembali menghantui kepalanya dan itu sangat menganggu.
"Lo tau, dia hari itu bilang kalau dia sayang lo dan Yura secara adil. Hati dia terbagi dan dia gak mau ngelepas salah satu dari kalian fe. Gue cuma mau lo bantu dia buat nentuin pilihannya, lo bukan pilihan! Jadi permudah pilihan dia dengan lo pergi nemuin kebahagiaan lo tanpa dia."
"Fayola."
Fayola menegang mendengar suara itu, ia dengan segera mengusap air matanya lalu berbalik dengan cepat.
"Tante Maura?"
"Tante ngapain disini?"
"Maaf, tante ngikutin kamu. Karena tante ngerasa ada sesuatu yang kalian tutupi dari tante."ucap Maura.
Maura memegang pundak Fayola lalu mendudukkan gadis itu kembali, lalu setelahnya ia mendudukkan dirinya disamping Fayola.
"Jadi? Kamu mau langsung jujur atau kamu butuh tante buat mancing kamu?"
"Fayola mau tanya, apa Fayola penghalang hubungan Fandy dan Yura?"tanya Fayola, oh lihatlah gadis yang pura pura kuat itu meneteskan air matanya.
Maura mengusap air mata Fayola yang turun lalu menggeleng seraya tersenyum.
"Cerita mereka cuma ada di masalalu Fayola, dan sekarang kamu yang sudah dipilih oleh Fandy untuk jadi pacar dia, sedangkan Yura hanya sebatas teman untuk Fandy."ucap Maura.
"Tapi Fandy mengabaikan aku setelah Yura datang, ini bukan pertama kali kita bertengkar masalah ini, tapi Fandy mohon sama fe untuk maafin dia bahkan dia sampe nangis nangis. Tapi setelahnya Fandy mengulangi hal yang sama tante. Bahkan Fandy sendiri yang bilang rasa sayang dia ke aku dan Yura itu sama besarnya."hatinya perih saat menceritakan hal ini pada ibu kekasihnya. Padahal ia kira ini tidak akan sesulit itu, ternyata rasanya seperti ditikam beribu ribu baja.
"Mungkin Fandy terlalu excited menyambut teman lamanya kan? Fandy cuma belum sadar aja sama perasaannya sendiri Fayola."
"Kalau semisal nanti ternyata perasaan itu bukan untuk aku, gak papa kan kalau nanti kita jalan di jalan kita masing masing?"tanya Fayola.
"Hahaha Tante dan juga mama kamu gak pernah sekalipun niat untuk memaksa kalian harus bersama, kalau iya ya syukur kalau enggak ya gak papa. Jangan jadikan itu sebagai beban rasa gak enak kamu, lalu kamu terus terusan berada disana padahal kamu ingin pergi nak."
"Tapi satu yang tante ingin bilang, hubungan kalian itu masih bisa diperjuangkan. Terlepas dari perasaan abu abu Fandy, tante rasa komunikasi diantara kalian itu masih kurang. Sekarang tante tanya, kapan terakhir kalian ngobrol? Bukan hanya sekedar berbincang bincang tapi semacam deep talk?"
Fayola menggeleng, selama mereka berpacaran mereka hanya menghabiskan waktu bersenang senang berdua tanpa pernah berbicara serius yang pastinya akan berguna untuk semakin mengenali satu sama lain.
Maura tersenyum kembali.
"Sayang, menjalin hubungan itu tidak melulu tentang kesenangan. Semakin banyak badai yang menerpa, akan semakin merekatkan hubungan kalian. Jadi hadapi lalu cari jalan keluarnya bersama."

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Fayola
Teen FictionMereka yang paling dekat seringkali menjadi yang paling jauh. Cause when trust breaks, love fades~