4. Bagaspati

2.4K 159 13
                                    

latar cerita bab 3 dan 4 adalah candi tikus

"Aloka"

aku sedikit mengerjapkan mata untuk menyesuaikan cahaya, sampai mataku menangkap sesosok tubuh yang menghalangi cahaya

matanya yang coklat karamel, kulit perunggu dan rambut hitam yang berkilau tertimpa matahari

dan kau tahu apa yang muncul dibenakku
saat itu?

'bagaimana manusia purba bisa setampan itu'

"ndoro aloka?" panggilnya lembut sambil mengulurkan tangannya

"hmmmm iya...iya" jawabku cepat setelah tersadar dari lamunanku sendiri

"perkenalkan, saya bagaspati seorang bhayangkara bagi sang wilwatikta, saya bertugas untuk menyambut anda" katanya sambil tersenyum manis

aku bergegas mengampu tangganya, dan berdiri menatapnya

"halo, Saya Aloka, cucu dungmad, salken!" kataku sambil mengayunkan tangan

aduh kenapa kebiasaan dunia modernku ini selalu terbawa, kan dia tidak tahu artinya halo

tapi diluar dugaanku, dia tersenyum, dan sedikit malu mengayunkan balik tangannya

"ha..ha..halo, mari ndoro aloka saya antar ke kamar anda" katanya sambil berbalik, akupun mengikuti langkahnya.

didepan ku terpapar sebuah pemandangan indah, kolam biru jernih yang dihiasi batu pualam disekelilingnya, ditengah kolam terdapat bangunan seperti candi dengan ujung mekar seperti kelopak bunga, ukiran kayu menghiasi payonan tempat orang bisa berteduh disana, dengan taman yang dihiasi rumput rumput hijau dan bunga melati yang ditata apik,

benar benar definisi istana seseungguhnya, baru kali ini aku melihat seperti ini, karena selama di trowulan aku terkurung dindalem, karena kakek takut bila aku tertabrak kereta lagi, pergi ke segaran waktu itu saja adalah pelarian dari kebosananku.

"permisi, kalau aku boleh tahu tempat apa ya ini?" tanyaku malu malu, sekalipun di jaman purba sepertinya rasa sok tahu masih saja meraung raung

dia tiba tiba menghentikan langkahnya, aku yang dibelakangnya sedikit kaget dan terhuyung namun tanganya dengan sigap menangkapku

jantungku apa kau baik baik saja?

"ndoro, ndoro Aloka tidak apa apa?" katanya dengan sedikit canggung, bagaimana tidak canggung kalau kau sedang tak sengaja bertatapan barang 5 detik

"tidak apa apa, santai aja" kataku sambil mencoel pundaknya, dia memandangku kaget, tidak sikap sok akrab ku selalu muncul begitu saja

"maaf, maaf aku tidak bermaksud seperti itu" aku sedikit menundukkan kepalaku dan tersenyum malu

"tapi kau belum menjawab pertanyaaanku" kataku sambil menatapnya lagi

"ini adalah pertirtaan wilwatikta, tempat para raja dan keluarganya untuk membersihkan diri, dan menyembah kepada dewa" dia menjelaskan dengan gayanya yang serius yang sayangnya terlihat lucu untukku

"oh begitu" kataku mangut mangut

setelah dia menjelaskan, pembicaraan kita berhenti saat itu juga, sepertinya dia tipikal prajurit yang tidak banyak bicara

belum lama, tiba tiba dia berhenti mendadak membuatku hampir menabrak punggungnya

"sudah sampai, ini kamar ndoro aloka, letaknya pas di sisi barat istana" katanya sambil mempersilahkan aku masuk

dari luar sekilas kamarku seperti rumah bata merah kecil, atapnya mirip joglo di seperti di jogja tapi tidak terlalu melengkung, jendelanya cukup lebar mereka tidak butuh penerangan di siang hari, didalamnya ada sebuah meja bulat rendah serta wangi bunga dan dupa yang kuat,

dan ada dua orang dayang menungguku disana, mereka segera membungkuk padaku

"ndoro, inilah dayang yang akan membantu, ndoro disini" kata bagaspati

"tolong rawat dan jagalah ndoro aloka disini, buatlah dia merasa nyaman" titah bagaspati setelah mereka bangkit dari posisinya

"tidak perlu hormat padaku, aku bukan siapa siapa disini, anggaplah aku sama seperti kalian" kataku sambil membantu mereka bangkit

meskipun sudah 3 tahun hidup di zaman purba ini, tapi aku selalu tidak nyaman bila mereka membungkuk padaku, padahal aku perkirakan umur mereka sedikit diatasku

"baiklah ndoro, kalau begitu saya pamit dulu, ndoro bisa beristirahat setelah ini" pamit bagaspati padaku

"mari ndoro kami siapkan tempat tidur ndoro"

***

sementara itu

bulan di trowulan sedang bersinar dengan gagahnya, malam sepertinya telah begitu larut hingga hanya kicauan binatang malam yang nyaring nyaring terdengar,

namun dia masih terjaga, lebih tepatnya harus, menatap lembaran lembaran-lembaran dokumen, sambil terus memberi titah kepada sang juru tulis, namun kedatangan seseorang sedikit memecah konsentrasinya malam ini.

dan utusannya telah tiba untuk mengabarkan kedatanganya kini

"suruh dia menghadapku besok, akan kutunjukkan bagaimana seharusnya memperlakukanku" katanya dengan senyum miring, seperti serigala yang sudah mendapat buruannya

***
kira kira apa nih yang bakal terjadi setelah ini? dan siapa nih yang mau ketemu aloka?

***
nama tirta wilwatikta itu aku mengarang ya, karena nama candi tikus baru ada pada abad 20

semoga temen temen enjoy sama ceritanya💜

-dye



ALOKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang