08.

8 2 0
                                    

B)

Vino

"Siapa sih?" Ucap cewek bernama aneh itu.

"Lari, ajah lari" Napa sih nih bondan aneh amat jadi seorang manusia.
Dia menarikku ke koridor utama, dimana ruang perpustakaan ada di depan kita berdua.

"Kenapa sih, lo urus urusan mereka? Mau berpelukan kek, kayak teletabis kek terserah mereka gitu. Sewot banget jdi orang"
Bondan hanya mengejekku dengan mengikuti gaya bicara ku. Kenapa sih punya temen kayak gini? Plis bondan ubah otakmu jadi dewasa.

"Cerewet kayak cewek lu, biarin aja gue suka ngejek mereka emang napa? Seru tau" Terserah deh apa omongan lo bondan.

"Eh baca buku yuk, malas debat ama lu" Wasek, si bondan mau baca buku. Moga moga nggak turun hujan ada kejadian langkah kayak gini.

"Widih, kesambet apaan lu mau baca buku?" Tanyaku penasaran, wajar dong karna ini kejadian yang terjadi hanya sekali. Seorang bondan mau baca buku di perpus. Pengen nangis karna terharu.

"Jangan liatin gue mulu, gue colokin nih pake kayu mata lo natap gue terus. Masuk kedalem"
Siap bos, aku dan bondan masuk dengan diam tanpa bicara sepatah kata pun. Kenapa? Si penjaga perpustakaan terkenal ganas dari bu kimia.

"Eit, berhenti kalian" Langkah kami pun terhenti.
Kami memutar badan dan sekarang sudah berhadapan sama bu lolyta, btw namanya kayak penyanyi dangdut yang biasa nyanyiin lagu judulnya Alay.

"Tumben kalian berdua masuk ke sini? Apa lagi kamu bondan" Kayu favoritnya yang terkenal untuk anak nakal di perpus menunjuk kearah bondan.
Bu loly aja kaget ngeliat dia masuk perpus apa lagu saya temen, sohib, sahabatnya.

"Emm, saya mau baca buku ilmu pengetahuan bu" Wajah bu loly tampak tidak percaya dan RAGU.

"Roh apa yang msuk di tubuh kamu bondan?"
Bondan menatapku dan membisik.
"Roh halus" Anjir hampir ngakak.
"Bisa yah orang kayak kamu datang ke perpus? Baca buku lagi" Lanjutnya.

"Makanya bu, ibu harus belajar dari saya. Nggak semua orang yang di bilang nakal sama bego itu bakal gitu terus, buktinya sayakan?" Kayaknya bondan ngomong nggak sadarkan diri.
Ibu loly hanya mengangguk, dan kita segera berjalan menuju meja yang disiapkan untuk si pembaca buku.

"Nah, kita kesitu ke tempat yang banyak cewek" Tuh kan nggak percaya ama bondan. Dia menunjuk kemeja dimana para cewek ngumpul membaca buku dengan tenang.
Aku sih ikutan aja, walaupun sebenarnya nggak pengen.

"Lagi baca buku yah" Mulai deh ngegombal.
Si cewek rambut panjang dengan kacamata ala ala Korea, menatap sinis kearah buaya darat bondan.

"Berani lo nanya gue lagi, kena ini" Ganas, si cewek menunjukan gumpalan tinjunya kearah bondan. Kelihatannya bondan menelan ludah, takut kali.

"Eh elu yang pake pita pink cantik amat" Pandangannya beralih ke cewek berpita pink.

"Pernah nggak denger cewek mukul cowok sampe babak belur karna digangguin?" Ucapnya dingin, wih nih cewek pada galak semua.
Bondan menjadi diam, dan menatap cewek yang rambutnya dikuncir.

"Sssssstttttttt.. Nam_"

Dia menatap bondan dengan gaya seperti akan menggerak lehernya.
"Mampus, sini kek melekat pencabut nyawa semua. Pindah meja aja"
Akhirnya kita berdua pergi kemeja paling pojok sepi dan hanya aku dan bondan saja yang duduk disana.
Gara-gara ngeliatin mereka baca buku, hati aku kayaknya pengen ngebaca juga. Nyari buku ah.

Aku melangkah pergi ke jejeran rak buku, sebenarnya sih aku tertarik sama novel. Tau nggak kenapa? Dibalik cerita novel yang seru dan sedih banyak pelajaran dan hikmah yang bisa kita ambil kayak masalah percintaan kita bisa belajar mengetahui hubungan yang baik dalam percintaan. Sedangkan tema kesedihan menggambarkan kalau sepenuhnya hidup itu nggak akan bahagia. Makanya aku agak suka baca novel, walaupun kadang kayak datang maunya kayak sekarang ini.

"Nih kayaknya bagus" Mataku tertarik pada novel yang bersampul ungu muda dan Judulnya yang berwarna putih seperti tulisan kaligrafi, POJOK LAVENDER Primadona Angela.
Aku mengambil novel itu diantar buku yang menghimpitnya, sekilas aku bagian dalam buku itu dan membawanya ke arah meja.

"Cieh baca buku, buku apaan tuh? Kalo diliat dari warna sampulnya kayaknya judulnya Si janda muda yah?" Wajahku datar melihat bondan tertawa seraya menutup mulutnya.

"Muka lo cakep, doyannya janda wkwkkw"
Eh taek banget dah.

"Gue hajar nih mulut kalo ngomong lagi?" Kemudian bondan menjadi diam.

Aku membuka pelan buku tersebut dan membaca bagian pertama, sebuah kalimat kata kata yang menghiasi bagiannya.

Karena ada, cinta, dan lara bisa bermula
Dari sesuatu yang sederhana.

******
Makasih banyak masih stay di story aku friend, aku terharooo 😩
Gimana kalian masih sehatkan? Jangan begadang yeh. Cukup penulisnya ajah😅

#VoteMyStory
#Komen
My WA👉 082296379688
#SeeYouAgain

PLOY SORNARINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang