a copy of my mind.

aku.

Tidak ada diriku hari ini. Aku yang kumaksud baru saja mati kemarin. Tangan ini penuh lebam dan memerah bengkak. Aku telah membunuh Aku yang sangat ingin kubunuh sejak saat itu. Aku itu sering kali tertawa dan tersenyum oleh sesuatu yang tidak nyata. Begitu pula tangisnya. Sangat sia-sia.

Ada pula satu orang mencintainya dengan penuh hati. Tak sadarkah orang itu telah dibodohi oleh Aku? Aku sama bodohnya. Aku juga sama tololnya telah membiarkan Aku menyakiti orang itu terlalu lama. Namun hari ini Aku telah tiada. Mati. Ia tergeletak lemas di kakiku

Ada satu sorot cahaya matanya yang berbeda ketika ia terakhir kali berbincang dengan kekasihnya. Mata itu penuh percikan cintanya pada orang itu. Aku menjadi orang yang paling bahagia. Dan percikan itu padam saat Aku mengetahui ajal akan datang. Aku memeluk orang itu terakhir kali dan mempersiapkan diri sebelum ajal menjemput. Aku sangat bodoh. Aku tidak memberi tahu orang itu Aku akan mati. Sampai pada akhirnya Aku memberi tahu kenyataannya pada orang itu. Mereka menangis tersedu-sedu mengingat kembali dua atau tujuh kenangan mereka bersama

Bisa-bisanya orang hidup pada kepalsuan. Walau kutahu itu semuanya tidak palsu. Aku tahu Aku tidak akan pernah berhenti memberi, dan orang itu tidak akan pernah berhenti berharap

Tapi maaf sekali, Aku membunuh Aku. Harus. Tidak ada tapi lagi kali ini.

Pada akhirnya kisah Aku dengan orang itu harus berakhir. Dua-tiga orang akan menyalahkan Aku dan mereka kecewa. Orang itu pula akan membenci Aku. Aku menangis memohon pengampunan pada orang-orang. Tangisannya berhenti padaku. Saat ia merangkak ke arahku sambil tangannya berusaha menggapaiku, seolah-olah aku ini penyelamatnya. Dan hidungnya menyentuh ujung sepatuku. Ia mati. Terkoyak tanganku, diremukkan oleh kebodohan Aku.

---

Jakarta, Juni 2019.