"Hyung, aku berangkat"Doyoung berdiri dihadapan sang kakak yang tengah membaca majalah di ruang tamu. Taeyong mendongakan kepalanya menatap Doyoung yang tersenyum. Hangat sekali melihat si manis Doyoung tersenyum, itu membuat pipinya menjadi bulat.
"Baiklah, hati-hati." ujar Taeyong diakhiri dengan senyuman.
"Tidak ada pelukan?" Doyoung menatap wajah Taeyong dengan ekspresi bingung. Benar-benar menggemaskan.
"Aish, kau ini." Taeyong berdiri dan mendekat pada Doyoung. Ia memeluk Doyoung lalu mengusap kepala sang adik yang lebih tinggi darinya.
"aku pergi dulu hyung. Aku tidak mau ada hal buruk terjadi lagi pada mu, tunggu aku sampai pulang."
"Iya, kau ini bawel sekali."
...
Doyoung menaiki taxi menuju tempatnya kuliah. Dengan headset menempel dikedua telinganya, Ia mendengarkan lagu selama perjalanan seraya menatapi jalanan seoul. Senyuman di wajahnya terus terukir.
Namun sayangnya senyuman itu tidak berlangsung lama. Wajahnya yang tersenyum berubah menjadi kesakitan. Ia meremas dadanya dengan kuat. Ia mencoba merogoh tas ranselnya lalu mengeluarkan sebuah botol berisi pil-pil putih. Ia menumpahkan beberapa pil lalu meminumnya dengan cepat.
"Akhh..." Doyoung mengerang. Ia mengambil nafas dengan tersenggal-senggal. Ia melemaskan tubuhnya dan berharap itu bisa membuatnya lebih tenang selama menunggu reaksi dari obat yang ia minum.
Menyadari ada yang tidak beres dengan penumpangnya, supir taxi mencoba bertanya pada Doyoung apakah ia baik-baik saja dan Doyoung hanya tersenyum menahan rasa nyeri di dadanya.
"Saya baik-baik saja pak, ini sudah sering terjadi"
Doyoung memiliki Angina Unstable, sudah cukup lama ia menutupi ini dari Taeyong. Ia tidak mau menambah beban pikiran Taeyong. Jika ia memberi tahu sang kakak mungkin Taeyong akan frustasi dan merasa gagal menjaga Doyoung. Ia tidak ingin kakaknya menjadi sedih.
...
Taeyong yang tengah serius melukis diatas latte dikejutkan oleh tepukkan di pundaknnya. Ia menoleh pada sumber yang mengacau kerjaannya dengan mata nya yang membulat sempurna. Gambarnya jadi hancur batin Taeyong.
"Johnny Seo! Kau membuat kacau pekerjaanku"
Ujar Taeyong meracau seraya mengaduk-aduk latte nya yang gagal, lebih baik di aduk sampai rata saja sekalian, pikir Taeyong.Pria bertubuh tinggi itu terkekeh melihat tingkah kesal Taeyong. Ia kemudian mencoba membuat latte baru untuk menggantikan milik Taeyong.
"Baiklah akan aku buatkan yang baru, kau jangan kesal begitu. chill out, brother."
Melihat Johnny melakukan ucapannya Taeyong hanya mampu tersenyum dan mengusap keringat di dahinya.
"Tidak apa-apa, aku minta maaf karena sudah meracau pada mu, Boss." ledek Taeyong diakhiri tawa khasnya membuat Johnny menunjukkan senyum masam diwajahnya.
"Hey, Lee Taeyong! walau bagaimanapun kita ini sahabat jadi berhenti memanggil ku boss" ucap Johnny seraya melanjutkan aktifitasnya.
"Ngomong-ngomong, terimakasih Johnny. Berkat kau aku bisa bekerja" ujar Taeyong diakhiri dengan membuang nafasnya dengan kasar.
Taeyong tidak melanjutkan kuliah seperti Doyoung, setelah ia lulus dari Topyeong High School ia memilih bekerja di Coffee Shop milik sahabatnya, Johnny Seo. Keadaan memaksanya bekerja karena ia sudah tidak memilik orang tua lagi dan yang ia miliki sekarang hanyalah Doyoung. Kini dia berharap Doyoung mampu menjadi orang yang lebih dari sang kakak dan membantu perekonomian keluarga di masa depan. Taeyong benar-benar kakak yang bijaksana, bukan?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection | Doyoung & Taeyong ✔
FanficDoyoung berjanji akan selalu menjaga sang kakak, Taeyong. Begitupun Taeyong yang akan menjadi kakak sekaligus orang tua yang baik bagi Doyoung. Namun kita tidak pernah mengetahui masa depan. Rencana hanyalah rencana, janji hanyalah janji. Semua bisa...