Purnama di Pohon Rambutan - B

16 0 0
                                    

Keringat sebesar butiran jagung membanjiri sekujur tubuh Den Pur yang terus menerus mengigau. Dengan mata terpejam Den Pur mengatakan ia melihat sosok berwajah cantik, putih bak purnama tersenyum manis dan mengajaknya bermain ke dahan tertinggi pohon rambutan di belakang rumahnya, sesaat kemudian Den Pur terlihat menangis dan ketakutan. Badan Den Pur Gemetar. Mata Den Pur Melotot. Kaki dan tangan Den Pur Kejang-kejang.

"Nak, sadar nak... kamu kenapa...?!" Nyonya mengusap-usap kepala Balita itu penuh sayang, air mata tak henti membanjiri pipinya yang pucat. Kecemasan jelas terpancar dari wajahnya yang lelah. Juragan diam-diam keluar menuju halaman belakang, di tangan kanannya tergenggam kapak besar yang bersinar tertimpa cahaya rembulan, menandakan kapak tersebut sangat tajam dan berbahaya. Aku yang mematung di sudut ruangan hanya mampu mengucap nama Tuhan berulang-ulang. Hembusan angin yang menelusup lewat fentilasi jendela mendirikan bulu roma. Seketika aku merinding dan ketakutan menyergapku.

Di bawah pohon rambutan Juragan berteriak entah kepada siapa sambil mengayunkan kapaknya "Pergi kamu... jangan ganggu anakku !!!!!".

Udara dingin menusuk tulang, purnama bersembunyi di balik awan, kesunyian terpecahkan oleh suara cekikian tanpa wujud. Mendirikan bulu kuduk. Pohon rambutan ambruk. Juragan jatuh terduduk.

"Khiiiiiii khiiikhikhikhiiiiii khiiiiii......."

Terasa Tapi Tak NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang