Mimpi yang Tak Pernah Usai -E

7 0 0
                                    


Aku bermimpi aneh, berjalan di atas danau yang sangat dalam dan berkabut. Air dibawahku bergeming terkena pijakan kakiku. Langkah demi langkah ku jejakkan di atas air yang sepertinya mampu menahan bobot tubuhku. Heran, kenapa aku tidak tenggelam ? aku yang tidak bisa berenang tentu saja merasa sangat senang. Sesuka hati berlari di atas danau. Menjelajahi permukaannya dan mengintip seberapa dalam danau ini.

Dari tepi danau Ayah dan Ibu memanggilku, melambaikan tangan memintaku mendekat padanya. Tapi aku enggan, mumpung bisa berjalan di atas danau kapan lagi aku bisa menjelahi danau, besok-besok belum tentu aku bisa berjalan di atas danau lagi. Aku melambai pada Ayah dan Ibu sambil menggelengkan kepala, memberi isyarat menolak ajakan mereka. Aku ingin berkata "jangan cemas, aku tidak apa-apa." tapi suaraku pasti tidak akan sampai disana. Jadi aku memutuskan mengembangkan senyum selebar-lebarnya, memamerkan gigiku. Ceria.

Lambat laun, kerumunan orang di tepi danau semakin banyak. Ada yang berteriak, tapi aku tak bisa mendengar teriakan mereka. Suara mereka bagai ditelan udara. Ada juga yang memotoku, bahkan ada yang berlari mendekatiku. Apa mereka juga bisa berjalan di atas air? Ah ternyata mereka tidak bisa. Lihat saja air segera menenggelamkan tubuh seseorang yang melompat ingin mendekatiku.

Tiba-tiba saja sebuah speedboat dengan 2 orang berseragam coklat datang mendekat, salah satu di antara mereka menarikku paksa untuk ikut bersama mereka. Aku tentu saja menolak. Aku berontak. Tapi apalah dayaku, aku tak mampu melawan mereka. Aku kalah dan dibawa oleh mereka menuju tepi danau.

Ayah dan Ibu segera memelukku. Tapi mereka menyingkir ketika seseorang berjas putih datang memeriksa tubuhku. Kenapa mereka memeriksa ku? Mungkin mereka heran kenapa aku bisa berjalan di atas danau. Aku ingin mengucapkan sesuatu pada Ibu, "aku tidak suka kerumunan ini, aku tidak mau diperiksa, aku tidak punya rahasia apa-apa." Tapi kepalaku tiba-tiba saja sakit. Aku terbantuk sebentar kemudian semuanya gelap. Samar-samar ku dengar Ayah dan Ibu berteriak histeris memanggil namaku.

Hari ini aku terbangun dengan selimut tebal yang sangat rapat membungkus tubuhku. Aku diikatdi beberapa bagian. Bahkan aku di kurung dalam sebuah lemari yang sangat sempit. Sepertinya Ayah dan Ibu menguhukumku karena kemarin aku tidak menghiraukan larangan mereka agar tidak bermain di danau. Berapa lama kira-kira ibu menghukumku ? ah, biasanya ibu tidak akan tega menghukumku lama.

Aku mulai panik, mungkin sudah seharian aku menunggu ayah atau ibu membuka lemari ini dan membebaskanku. Tapi sampai kira-kira saat ini jam makan malam terlewatkan belum juga aku mendengar suara langkah kaki mendekat.

"Ibuuuu... Ayaaahhh... tolong maafkan aku, aku akan mendengarkan ayah dan ibu..." aku berteriak, namun sepertinya suaraku hanya bergaung di dalam lemari sempit ini.

"Ayaaahh... Ibu...." aku kini ketakutan.

Terasa Tapi Tak NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang