satu

13 2 0
                                    

"Sumpah ya itu orang mau gue penyet-penyet biar jadi ayam penyet, terus gue buang ke kandang buaya." kata Shaenette kesal. Saat ini ia dan kedua temannya berada di kelas XI IPA 4, ruang kelasnya berada.

Shaenette terus meremas-remas kedua tangannya, gatal ingin memukul wajah sok ganteng Shaquille. Wajahnya sudah tidak bersahabat ketika ia bertemu dengan Shaquille, rasanya kalau negeri ini tidak memiliki undang-undang tentang. Ia akan membunuh cowok itu dan membuangnya ke sungai Amazon, supaya dimakan oleh ikan piranha.

Olivia dan Rere hanya diam sambil mengeleng-gelengkan kepalanya pelan melihat tingkah sahabatnya itu, "Katanya sih ya! Kalau orang yang sering berantem itu jodoh loh Shaen." ucap Olivia.

Mata Shaenette membulat sempurna. "Amit-amit 7 turunan. Lebih baik Arya daripada tuh orang. Ya enggak Ar?" Arya Setya, cowok blasteran Australia-Indonesia yang memiliki wajah tampan dan otak pintar, juara 2 setelah Shaenette. Arya menoleh menatap Shaenette, "Boleh tuh, taken yuk Shaen." goda Arya kepada sahabat masa kecilnya itu.

"Kuylah!" jawab Shaenette lalu menarik tangan Arya yang sedang memegang ponselnya, lalu mengikuti jalan Shaenette yang menarik tangannya.

"Wihh beneran aja ya si Shaen," teriak Rere.
"Hati-hati Shaen, Arya banyak fans-nya." sambung Olivia.
"Bacot lo berdua!"

Arya terus mengikuti jalan Shaenette yang kini sudah berada di luar kelasnya, dan berjalan beriringan dengan tangan yang terus digenggam erat oleh Shaenette.

"Sha, lo mau bawa gue kemana sih?" tanya Arya binggung.

"Rahasia!" jawab Shaenette cepet, tanpa melepaskan genggamannya.
"Ya lepas dong tangannya." sambung Arya. Shaenette cengengesan, lalu melepaskan genggamannya dari tangan Arya.

"Maaf! Tapi enggak apa-apa lah yang penting orang-orang ngangep lo udah punya pacar. Gue enggak rela ya kalo Arya gue yang paling ganteng sama cewek enggak bener." jawab Shaenette.

Shaenette dan Arya adalah sahabat ketika ia masih kecil. Sahabat yang selalu ada ketika mereka butuh, sedih mereka rasakan bersama, dan sahabat yang saling menjaga satu yang lain.

"Idih, omongan lo lebay njir." ucap Arya mengelidikan bahunya geli.
"Bodo amat. Duduk yuk!" pinta Shaenette ketika sampai ditaman belakang SMA Rajawali, tempat favoritnya dan Arya ketika bersama.

Arya mengangguk lalu duduk di samping Shaenette yang terlebih dahulu duduk.
"Lo kenapa sih bawa gue ke tempat ini? Enggak takut Bu Dwi masuk?" tanya Arya ketika duduk di samping Shaenette.

Shaenette menoleh lalu menyerahkan bunga mawar yang ia petik kepada Arya. Arya menerima bunga itu dengan senang hati. "Bosen gue di sana mulu, lagian kata Bu Dwi dia bilang ke gue enggak masuk ada rapat dadakan katanya. Dan otomatis pulangnya cepet dong." jawab Shaenette. Arya mengangguk mengerti.

"Bunganya bagus enggak?" Arya mengangguk, terus menatap mawar putih itu.
"Bagus kayak lo." jawab Arya melirik ke Shaenette. Shaenette tersenyum lebar, "Ya jelas! Gue mah emang cantik dari orok!" jawab Shaenette dengan pedenya.

Arya bergidik jijik, "Gue bilang bagus bukan cantik. Kepedean lo tuh harus dikurangin." ejek Arya.

Shaenette mendengus kesal, lalu memanyunkan bibirnya. Arya tertawa pelan melihat tingkah Shaenette yang sedang merajuk itu. "Idih baperan anjir." kata Arya sambil mencubit kedua pipi Shaenette yang chuby.

"Iihh, Arya lepasin sakit tau." ujar Shaenette sambil menepis tangan Arya agar terlepas dari pipinya, namun Arya tetap kekeh mencubit pipi Shaenette yang kini sudah berwarna merah karena sakit.

Arya tertawa keras, "Ihh, gemes tahu enggak? Pipinya merah itu kaya kepiting rebus." Arya melepaskan tangannya dari pipi Shaenette. Shaenette meringis kesakitan sambil mengelus pipinya yang memerah.

Hate Or Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang