Suasana dingin nampaknya tidak berpengaruh bagi si anak kecil - Lucas Seo, dengan ditemani Bunda dan Ayah diteras rumah.
Lucas memakai kupluk berwarna abu abu dengan dipadukan jaket berwarna senada, syal krem dan jangan lupakan sepatu boots nya yang berwarna coklat. Bunda tadi sempat gemas dengan Lucas, tapi tidak dengan kelakuannya.
Bahkan dengan teganya Lucas mengajak anak tetangga untuk bermain bersama.
Mark Lee. Anak tetangga. Maksudnya, Anak Papi Taeyong dan Mami Ten. Umur 5 tahun -sama dengan Lucas. Postur badannya lebih kecil dari Lucas.
"Batu, gunting, kertas. Yey Aku menang!"
"Tapi Aku gunting, Kamu kertas. Jadi, Aku yang menang, dong."
"Ih, Kamu itu gak tau cara mainnya ya, Mark? Gini nih, Kamu pasang gunting nah jari yang Kamu keluarin ada berapa?"
"Dua."
"Aku pasang kertas, jadi berapa jariku?"
"Lima."
"Dua sama Lima lebih besar yang mana?"
"Lima, Cas."
"Tuh kan."
"Oh, jadi gitu ya cara mainnya, Cas?"
"Iya. Sekarang udah ngerti, kan?"
Mark Lee menganggukkan kepalanya mantap sembari bertepuk tangan.
"Sekarang kejar aku! Aaaaaaaa." Ucap Lucas sambil berlari menjauhi Mark.
Mark terus berusaha untuk menggapai Lucas sampai dapat. Meneriaki sambil memanggil nama Lucas.
Bunda sempat khawatir melihat Anaknya dan Anak tetangganya berlarian. Takut salah satu dari mereka jatuh lalu terluka.
"Ayah! Tuh liat, Yah! Itu anak-anak pada lari-lari." Bunda mengaduh kepada Ayah, naasanya Ayah tampak cuek karena acara menggali hartanya terganggu.
"Ya namanya juga anak-anak, Bun. Biarin aja, lah."
"Nanti kalau jatuh gimana?"
"Kebawah lah, Bun. Bunda ini ganggua aja, deh. Ayah lagi sibuk." Ucap Ayah Seo sambil terus berusaha menggali harta yang berwarna kuning -kadang hijau.
"Ayah, udah sih, ah. Jorok!"
"Sabar, Bun. Dikit lagi- ah dapet, Bun. Buset, besar amat." Ayah mengamati jari kelingkingnya lalu di tunjukkan ke Bunda.
"Ih, Ayah!" Bunda marah. Lengan Ayah menjadi sasaran kemarahan Bunda.
Karena terlalu fokus dengan 'harta Ayah' bahkan mereka melupakan anak-anak yang sedang berlarian.
'BRUK'
"Lucas! Tuh kan, Yah! Lucas jatuh!" Bunda berniat berlari membantu anaknya, tapi Lucas sudah dibantu Mark.
"Lucas gak papa?" Mark menghampiri Lucas dengan wajah khawatirnya.
Lucas memperhatikan tangannya yang lecet karena bergesekan dengan tanah. Ya, Lucas tidak memakai sarung tangannya, risih. Lucas niatnya mau nangis, tapi karena ada Mark-cinta monyetnya, dia jadi malu untuk nangis. Ingin mengalihkan rasa sakitnya, Lucas mengambil batu yang tadi membuatnya jatuh lalu di letakkan di dekat bunga-bunga yang ditanam Bunda didekat pagar.
"Gak papa kok, Mark. Lucas kan kuat!" jawab Lucas dengan mata yang siap mengeluarkan air mata.
"Lucas! Mark! Sini, Sayang!"
Lucas dan Mark berjalan setengah berlari ke teras rumah.
"Aduh, coba sini Bunda liat. Sakit, gak?" tanya bunda sambil memegang tangan kecil lucas yang terdapat goresan luka.
"Gak kok, Bun." lagi-lagi Lucas menjawab dengan mata berkaca-kaca. Bahkan sekarang suaranya sudah bergetar.
"It's okay, boy. You can cry."
"No, Bun. I'm strong" Lucas mengatakannya dengan air mata yang sudah mengalir dipipi tembamnya.
"Lucas nangis?" Tanya Mark yang sedari tadi berdiri diantara kaki Ayah.
"LUCAS GAK NANGIS! HUAAAA BUNDAAA. SAKIT!!! " Lucas langsung memeluk erat leher Bunda sambil terus meraung-raung, bahkan Bunda sampai sesak rasanya dipeluk Lucas.
Ayah yang sedari tadi diam saja kini menatap wajah mark yang sudah siap menangis.
"Hiks hiks huaaaaa, Mamiii." Bunda agak bersyukur karena tangisan Mark tidak sebesar tangisan Lucas.
Lucas yang mendengar tangisan Mark langsung melepaskan pelukannya. Mengatur nafasnya sejenak untuk menghentikan tangisannya.
"Mark, jangan nangis." Lucas yang masih sesenggukan merentangkan kedua tanganya ke arah Mark.
"Hiks, Lucas marah sama Mark!" Mark menyembulkan kepalanya dari pelukan Ayah.
"Maafin, hiks, Lucas ya, Mark." Lucas masih setia merentangkan tangannya ke arah Mark. Dengan cepat Mark langsung memeluk Lucas.
"Mark yang salah, Cas. Maafin Mark, ya?"
"Lucas yang salah."
"Mark salah."
"Lucas."
"Mark!"
"Lucas!"
"Mark! Hiks."
"Lucas!!"
"Huaaaaaa, Mamiii." Mark menangis sambil menengadahkan kepalanya keatas. Lucas bahkan sudah mengarahkan kepalanya ke arah Bunda. Menujukan kedua bola matanya yang sudah berkaca kaca dan bibirnya yang bergetar.
"Oh god, not again, boy."
"HUAAAAAA, BUNDAAAA."
Eak itu dia persembahan dari lucas dan mark. Sebagai pembukaan emg sengaja gak aku kasih kisah cinta cintaan.
Semoga yeorobun suka yaaa
Hayooo, tebak siapa bunda seo? Kalian pasti tau lah kalo ayah seo.