Siapa sih yang tidak senang saat sekelompok dengan pujaan hatinya? Lucas senang sih. Tapi dia gugup!
Sudah dua jam dia berduaan dengan pujaan hatinya di perpustakaan. Tujuan awal ingin mencari buku untuk jawaban tugas malah matanya terus melirik ke pujaan hati. Bahkan tadi ditegur oleh pujaan hati kalau buku yang dipegang terbalik. Memalukan memang. Sebenarnya Lucas tidak perlu ke perpustakaan untuk mencari jawaban, diotaknya sudah ada. Bukannya sombong, Lucas ini adalah mahasiswa terpintar dijurusannya. IPK yang didapatkanya bahkan banyak yang menyentuh nilai 4.0. Tapi kesempatan terkadang tidak datang dua kali, Lucas lebih memilih keperpustakaan bersama pujaan hatinya. Sekalian modus.
Perkenalkan pujaan hati Lucas.
Mark Lee. 21 tahun. Semester enam. Satu jurusan dengan Lucas. Rambut blonde, bibir merah muda yang kecil, mata bulat yang indah dan alisnya yang unik. Baik hati, selalu ikut kegiatan amal, aktif baik dikelas maupun di luar kelas dan dikenal baik di jurusan, fakultas bahkan universitas. Sangat sempurna. Dan yang terakhir, status single.
Sifat dan penampilan Mark sangatlah berbanding balik dengan Lucas. Dia hanyalah orang biasa, tidak tampan, rambut yang selalu terlihat acak-acakan, memakai kacamata, selalu memakai kemeja kotak-kotak yang dimasukkan kedalam celana, tas besar yang selalu menempel di punggungnya dan tidak pandai bersosialisasi yang membuat dia tidak mempunyai teman. Lucas sempat merasa malu, bagaimana bisa lelaki sepertinya berani menyukai lelaki sempurna seperti Mark Lee. Tapi semenjak ada gosip-gosip yang beredar, Lucas mulai membangun keberaniannya mendekati Mark. Dia akan senang sekali kalau gosip itu benar.
"Lucas. Sudah ketemu jawabannya?" tanya Mark dengan suara lesu. Lucas seketika langsung panik, takutnya pujaan hatinya ini merasa lelah. Sudah dua jam mereka berkeliling mencari buku, bahkan belum duduk sama sekali.
"Be-belum. Ka-kamu sudah?" hanya diajak berbicara saja Lucas merasa gugup.
"Aku juga belum ketemu." helaan nafas terdengar dari mulut Mark.
"K-kamu capek ya? Kita istirahat saja dulu."
Badan yang tadi membelakai Lucas kini berbalik. Mark menurunkan buku didepan wajahnya lalu menatap Lucas. Merasa bersalah, takut helaan nafasnya tadi disalah artikan oleh Lucas.
"Aku gak capek, kok. Cuma, bosan?"
"Mau main?" jawab Lucas. Merutuki dirinya sendiri bagaimana bisa bibirnya berbicara asal-asalan.
"Main?! Ayo. Truth or dare ya?"
"G-ga-gak!" degup jantung Lucas makin kencang. Dia takut jika bermain nanti Mark bertanya yang aneh-aneh. Harga diri Lucas nanti bisa jatuh di hadapan pujaan hatinya.
"Yahh, Yaudah deh gak usah main aja." oh tidak, Lucas sudah membuat Mark merasa sedih. Wajah yang yadi berseri-seri kini murung seketika. Oke, Lucas mengalah.