Prolog

21 3 0
                                    

"Ladies and Gentlemen, we shortly will be landing at Incheon International Airport in Seoul. The local time now is 20 minutes past 11 a.m. The time in Seoul is 2 hours ahead of Surabaya, Indonesia. Please fasten your seat belt against your seatback into the outbreak position and locks your table securely. Place your phone back and video monitor in place also keeps your window safes open during this time. Passenger who are Using laptop and other entertainment devices, please switch them off now. We would like to remind you that carrying narcotics and drugs in South Korea is the violation of the law, Thank you."

[[11.20 A.M in Incheon International Airport, Seoul]]

Kepulan asap menguar ketika gas karbondioksida yang sebelumnya oksigen yang dihirup untuk pertama kalinya. Sepatu heels yang membalut kaki jenjang ikut menemani ayunan langkahnya yang semakin lama berubah membentur kramik putih yang dapat dipastikan berubah mendingin.

Tatapan matanya satu pandang ke arah depan. Tanpa ingin melirik ke sisi lain secara terang-terangan, terkecuali melalui sudut matanya. Genggaman tangan kanannya mengerat pada koper hitam yang sejak tadi dirinya gait. Tangan kirinya seolah tak ingin bebas begitu saja, ikut masuk ke dalam saku mantel jaket yang baru dikenakan beberapa menit lalu sebelum ke bagian bagasi.

Perlu diingat jika cuaca kota ini berbeda dengan suhu tubuh kebiasaannya, lagi-lagi geganggamannya terkepal kuat berusaha menyesuaikan suhu baru di kota yang terkenal akan ketertiban lalu lintas.

Hingga kini tubuhnya tiba di ruang tunggu penjemputan bandara yang ramai menanti seseorang yang mungkin saja baru saja ikut landing bersamanya. Senyumnya getir.

Tidak.

Kepalanya menggeleng memastikan. Kakinya kembali berjalan meninggalkan tempat yang baru saja diliriknya. Ia tidak ingin terlampau lama, sebelum berharap terlalu jauh termakan angan. Menyakitkan.

Tidak akan ada yang menantikanku lagi. Kau sendiri, harus ingat.

Langkah kakinya memelan sembari menatap ke sisi kanan dan kiri jalan. Begitu menemukan supir taksi yang melambaikan tangan ke arahnya, bibirnya tersimpul tipis. Segera saja menghampiri sang objek tersebut.

"Apakah kau membutuhkan taksi, Nona?" tanya pria berumur yang diyakini tukang taksi dengan berwajah awet muda yang sedikit jalan tergopoh-gopoh sebelum menggapai koper yang ada ditangannya. "Kebetulan taksiku siap mengantarmu."

Butterfly in SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang