2: Makan

11 2 3
                                    

"Kau pedas?"

Hana menggeleng, "Tidak."

Kemudian Shon memerintahkan pelayan untuk mencatat pesanan Hana tidak pedas. Sebelum pelayan itu pergi sembari membawa catatan berisi pesanan mereka dan dua buku menu.

"Banyak sekali." Shon menatap gadis di hadapannya.

"Apa?"

"Kau memesan sangat banyak," aku Hana.

"Itu biasa bagi orang Korea," Hana manggut-manggut.

Shon membenarkan letak topinya dengan benar. Ia sedikit merasa ada beberapa orang yang tengah berusaha meneliti ke arahnya.

"Kenapa?"

"Hah?"

Hana menunjuk tangan Shon yang masih sibuk membenarkan letak topinya sedikit diturunkan. "Sedari tadi kau membenarkan topi, membuat matamu tidak kelihatan. Apakah itu nyaman?"

Shon menurunkan tangannya ke atas meja. Menatap jendela dibalik punggung gadis di hadapannya. Menampilkan jalanan malam yang masih saja terlihat ramai.

"Ini kebiasaanku jika ingin berjalan-jalan tanpa pengawasan," jawabnya.

Shon masih saja melamun menatap jendela luar. "Apakah kau harus diawasi?"

Shon manggut-manggut dalam lamunan sadarnya. "Harus?" Jawabnya tak yakin.

"Kenapa?"

Dia menatap ke arah Hana. Gadis ini benar-benar polos dan tidak meresahkan keberadaannya.

Sejak ia bertemu gadis ini—tidak, maksudnya sejak ia membuka topi hitam yang biasa ia kenakan, gadis ini diluar ekspektasi. Biasanya mereka akan berteriak histeris, namun gadis ini tidak. Mengenalinya pun sama sekali tidak.

"Apa kau benar-benar tidak mengenaliku?" tanyanya kembali mencoba meyakinkan, mengabaikan pertanyaan gadis itu sebelumnya.

"Aku benar-benar baru bertemu denganmu. Apa kau tersinggung karena kau terkenal tapi aku tidak mengenalimu?"

Hana memang benar-benar tidak mengetahui siapa laki-laki Pemilik mata kecil namun tajam dan beralis tebal yang tengah menatapnya saat ini. Sama sekali. Ditambah laki-laku ini mengaku bahwa ia seorang idol. Jika memang benar, sepertinya laki-laki ini salah untuk menanyakan kepadanya. Ia bukanlah gadis penggemar K-Pop ataupun K-Drama sebelumnya. Bukan berarti membenci, hanya ia tidak mengkonsumsi seputar itu. Jadi pantas saja jika ia tidak mengenalinya.

Shon menggeleng. "Hanya saja aku tadi merasa hampir mati jika topiku kubuka di hadapanmu."

Hana terkekeh, "kau seperti tertangkap polisi saat mencuri."

Memorinya kembali mengulang beberapa menit kejadian sebelumnya di lorong sampah sepi di belakang gedung.

"Jangan tertawa. Kau lebih lucu jika mengingat beberapa menit lalu," ingat Shon jahil.

Hana diam. Wajahnya merona. "Kau menyebalkan sekali. Untung kau baik."

Shon tersenyum. Baiklah moodnya sedikit membaik.

"Siapa namamu?" tanya Shon setelah beberapa saat terdiam.

Hana tersenyum manis. Benar-benar tipis dan manis, "panggil saja aku Hana."

Shon manggut-manggut paham.

"Kalau kau?"

"Aku Shon." Shon mengangkat tangannya untuk berhenti di hadapan Hana, gadis di depannya. "Tanda perkenalan kita."

Hana tersenyum menanggapi tangan Shon. "Oke."

Jaba tangan mereka terlepas ketika pelayan datang membawa pesanan mereka.

Butterfly in SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang