Cutie Brother

591 66 2
                                    

"Apa kau yakin ingin pulang sekarang?"

Pemuda pirang itu tengah mengiring Sasuke menuju pintu utama. Sebelumnya Sasuke menggunakan kembali coat navynya yang tersampir pada hanger di ruang tengah.

"Kau mengkhawatirkanku?" sahut Sasuke melirik Naruto dengan ekor matanya seraya membuka payung hitam yang dibawanya. Sedangkan Naruto hanya mengangkat kedua bahunya ringan sebagai respon.

"Tentu saja, kau kan tamuku." Ucap Naruto tersenyum tipis. Sejenak Sasuke memandang Naruto dengan sedikit lama sebelum akhirnya memutus kontak secara sepihak. Iris obsidiannya melirik jam tangan yang melingkar pada pergelangan tangan kirinya. Sekitar tiga jam lagi waktu jam makan malam akan tiba. Cukup lama dirinya berkunjung serta berbincang banyak hal dengan si blonde itu.

"Mungkin lain kali aku akan meminjam kamarmu." Ujar Sasuke datar. Iris hitamnya memandang langit yang berwarna abu-abu dengan derasnya hujan yang turun. Bahkan pria raven itu tidak mengucapkan jika dirinya nanti akan meminjam kamar tamu milik Naruto, tetapi kamar Naruto.

Kau tahu kan artinya?

"Well, baiklah." Hanya itu respon yang terlontar dari Naruto. Sepertinya memang sangat tepat jika semasa SMA atau kuliah, Naruto sering dicap sebagai laki-laki yang kurang peka terhadap situasi atau perkataan orang lain oleh teman-temannya.

"Hei,"

Baru saja pria raven itu melangkah dan dirinya sudah berada diluar jangkauan pintu utama, suara Naruto menginterupsinya. Membuat presdir muda tersebut membalikkan tubuh ke arah Naruto. Mau tak mau iris kelamnya bertemu pandang dengan biru laut di seberangnya.

"Kau harus berhati-hati. Cuaca sangat buruk." Ujar Naruto tenang namun tersirat kekhawatiran pada raut mukanya.

Hanya dengan kalimat sederhana itu cukup membuat sesuatu memenuhi rongga dada pria bermarga Uchiha tersebut. Ia tidak bisa menyembunyikan senyum tipis yang bahkan terlihat samar jika tidak diteliti baik dan Naruto termasuk peneliti yang kurang baik untuk menyadari wajah stoic itu.

"Hn. Tentu saja." Ucap Sasuke datar. Setelah mengucapkan selamat tinggal dengan baik pada pemilik rumah, Sasuke pun kembali menuju ke sebuah coupé yang terparkir tepat di pekarangan kediaman tersebut.

Pekarangannya cukup penuh dengan berbagai macam vegetasi yang hidup. Namun menurut Sasuke, ia paling sering melihat bunga matahari tumbuh mekar disana.

Bahkan si dobe itu merawat tanamannya dengan baik.

.

"Besok aku akan pergi ke Jepang, bu." Perkataan dari Kyuubi membuat wanita paruh baya yang tengah merangkai bunga krisan segar di sebuah guci menoleh. Tentunya wanita berdarah Jepang itu sedikit heran oleh perkataan dari anak angkatnya.

"Tadi pagi, aku mengirim surat untuk Naruto." Ujar Kushina menanggapi Kyuubi. Wanita bersurai merah tersebut kembali melanjutkan kembali untuk menyusun beberapa kelopak krisan dengan teliti. Kushina memang sangat menyukai dengan jenis bunga yang juga menjadi minuman favoritnya itu saat bersantai.

"Apa sudah ada balasan?" tanya Kyuubi dengan penasaran. Sedangkan Kushina tidak memberi tanggapan untuk pertanyaan Kyuubi. Tentunya Kyuubi tahu betul maksud dari keterdiaman Kushina itu.

Kyuubi mendudukkan dirinya pada sebuah lounge chair yang berhadapan langsung pada Kushina. Ia bisa melihat jelas bagaimana fokusnya Kushina dalam mengerjakan kegiatannya.

"Aku akan membujuknya untuk kembali ke Jerman, ibu." Ujar Kyuubi dengan raut serius. Ia tahu betul dengan posisi Naruto sekarang. Setelah terhitung dua tahun dirinya menggantikan posisi seorang pimpinan di perusahaan Namikaze yang seharusnya jabatan itu diisi oleh Naruto, Kyuubi bahkan tidak segan untuk menyeret Naruto kembali. Wanita berkepala tiga itu sudah menegaskan keputusannya.

Donata Dulcinea [Revisi]Where stories live. Discover now