FLASHBACK

161 31 38
                                    

"Mama, Lihat itu ada balon udara, Jiun suka balon udara.."

"Wah iya benar, ada balon udara. Mama juga suka balon udara. Nanti kapan-kapan kita liburan dan naik balon udara ya"

"Mama serius? Sama Kakak Nyeon dan Kak Ung?"

Sang Ibu mengangguk. Membuat Jihoon tersenyum senang.

"Jiun sayang mama"

"Mama juga sayang Jihoon"

Tanpa mereka sadari, Minhyun memperhatikan kedua nya dari balkon lantai dua. Wajah nya menunjukkan ketidaksukaan. Ia benci dengan kehadiran Jihoon dirumah nya. Ia benci melihat Jihoon dilahirkan. Anak cacat itu harusnya tidak pernah ada.



"M...Minhyun tolong selamatkan Jihoon, M..mama mohon.."

"T..tidak ma, Minhyun harus selamatkan mama, Minhyun tidak mau menyelamatkan anak itu"

"M..mama m..mohon Minhyun..."

"Tidak mama.."

"MAMAAA!!!"



"Orange..."

Minhyun terperanjat saat ada yang menepuk bahunya. Ia menoleh dan menemukan sosok Daniel yang menatap nya dengan khawatir.

"Hei, kamu kenapa? Kenapa berteriak?"

"A..aku hanya..ah aku tidak apa-apa"

Daniel mendudukan dirinya disebelah Minhyun. Saat ini keduanya sedang berada di sebuah ujung jalan yang berada didekat tebing. Dari sini mereka berdua dapat melihat dengan jelas kota dan segala kesibukan nya.

"Aku ini teman mu, berceritalah. Itupun jika kamu mempercayai aku.."

Minhyun menghela nafas, walau secara teknis ia sudah tidak bernafas. "Aku merindukan mama ku"

"Temui lah dia..."

"Mama ku sudah lama meninggal. Dan sekarang aku merindukan nya.

Daniel tersenyum tipis, "Setidaknya kamu sempat merasakan kasih sayang seorang ibu. Kamu tau,aku malah berharap tidak pernah dilahirkan. Aku tidak menyukai perangai ibu ku"

"Maksudmu Daniel?"

"Ibu ku sangat suka berfoya-foya, menghamburkan uang yang ditinggalkan oleh ayah ku. Wanita itu gemar berjudi, dan bahkan membawa laki-laki asing kerumah. Aku yang saat itu masih sangat keci;, hanya berlindung pada kakak ku, dan untung saja aku tidak menjadi anak nakal. Aku terus mencetak prestasi dengan harapan agar ibuku berubah, tapi nyatanya, sampai aku mati pun, ia masih begitu"

Minhyun terdiam. Ia tidak tau jika Daniel menyimpan kisah sedih seperti ini. Sekali lagi, ia merasa lebih beruntung.

"Tapi apa ibumu tau jika kamu sudah meninggal?"

"Tidak. Aku pun tidak tau dia dimana. Dan aku tidak peduli"

Hening menguasai. Minhyun tidak tau ingin menanggapi seperti apa. Ia seperti larut dengan pikiran nya sendiri.

"Hei orange, mau pulang kerumah? Melihat foto ibumu mungkin? Atau bernostalgia disana, siapa tau bisa sedikit mengobati rasa rindu mu"

Minhyun tampak berpikir sejenak kemudian mengangguk.

"Baiklah, pegang tangan ku dan pikirkan dimana letak rumah mu. Kita akan segera sampai"

.


THE LOST SOUL (MINHWAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang