//
Gadis bersurai panjang hitam dengan poni tipis itu, tengah mendengar beberapa lagu dengan headsetnya yang terpasang.
Melihat keadaan jalanan di malam hari dari jendela bus, dengan tatapan kosong. Pikirannya hanya terfokus dengan lagu yang diputar itu.
Mengapa ia malam-malam begini masih di luar? Di Seoul sudah tidak asing dengan sistem pendidikan full day 16 jam, dan wajib bimbingan belajar.
Benar-benar sangat berat. Bahkan tak jarang banyak remaja stres, dan berakhir mengakhiri hidupnya. Untungnya gadis ini, membawa vibes santai dan tak overthinking. Terutarakan dengan fangirling, bersama mantan, kekasih, suami imajinasinya. Yah kalian tahulah itu.
Serendipity, Park Jimin.
Benar, lagu yang dipopulerkan oleh pria itu, dan ia adalah biasnya, tenang ia tetap ot7 stan.
Sekumpulan pria-pria, bisa dikatakan seperti anak balita, yang menjadi inspirasi, penyebab tangis dan tawa tanpa sebab, hingga terkadang membuat gadis ini dikatakan gila oleh ibunya.
Jika diingat-ingat lagi bagaimana ibunya tertarik dengan suara boyband kesukaannya itu, menyenangkan. Ia berharap jika ibunya menjadi fangirl dan bisa diajak untuk fangirling-an bersama.
Mengingatnya membuat ia tersenyum sendiri.
Tiba-tiba pundaknya di sentuh oleh seseorang. Sontak dirinya berbalik, mendapati seorang pria.
Pria berpakaian aneh mulai dari kacamata, masker, topi, hoodie hitam yang pada intinya semua serba berwarna hitam.
Gadis itu melepas headsetnya dan sedikit menjauh. Siapa yang tidak terkejut ketika melihat pria serba hitam begini?
"Maaf. Jangan takut, aku bukan orang jahat," ujar pria itu.
Gadis itu hanya menggantungkan kedua alisnya. Ia tidak mau begitu terpercaya dan terbawa alur, siapa tahu jika orang ini bukan baik-baik.
Pria itu menarik nafas dalam-dalam, "Aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya ingin sedikit meminta tolong." Ia sedikit mencondongkan wajahnya.
Sedikit curiga, ia mencoba menerawang dari kacamata hitam itu. Benar memang tidak jelas, gelap seperti kehaluannya.
Pria itu meyakinkan kembali. "Percayalah. Apa boleh aku meminjam ponselmu sebentar?" Ia menyodorkan tangannya.
Gadis itu mencoba berpikiran positif. Ia membuang jauh-jauh pikirannya jika pria ini seorang perampok, atau sejenis penjahat lainnya.
Sekujur tubuhnya sedikit meremang, ada rasa cemas meliputi. Ia berikan ponselnya dengan rada ragu, pandangannya pun tidak lepas untuk terus mengamati pria di belakangnya itu.
Pria itu mulai mengetik sesuatu, dan menekan panggilan.
Dan panggilannya pun tersambung. "Hyung, bisa tidak kau menjemputku di minimarket di depan persimpangan jalan waktu itu?"
"Eouh? Aku sekarang masih di bus, mungkin akan tiba sebentar lagi." Pria itu terlihat sedang khawatir.
Tunggu sebentar, sepertinya ia mengenali suara ini. Tapi suara siapa ya? Gadis itu coba berpikir.
"Nde." Panggilan itu berakhir.
Pria itu mengembalikan ponsel milik gadis itu. "Terimakasih banyak- penggemar." Ia mengacak lembut pucuk kepala gadis itu.
Gadis itu sedikit menyerngit heran dan membalasnya dengan anggukan.
Tunggu sebentar, penggemar? Apa maksud dari pria itu. Gadis itu mencoba berpikir lagi, akhir-akhir ini ia kurang berpikir jernih.
Tidak terasa, bus telah sampai di perhentian terakhir ini. Beberapa penumpang yang terhitung tidak sampai sepuluh, satu persatu turun.
Gadis itu melihat pria tadi keluar belakangan, dan terlihat seperti berwaspada. Pria itu memakai tudung hoodienya dan memperhatikan sekitarnya.
Namun gadis itu berusaha tak menghiraukannya, mengganggap tidak terjadi apa-apa dan tidak kenal. Ia fokus berjalan, butuh sekitar 5-10 menit berjalan ke rumahnya menyusuri 2 blok.
Tiba-tiba terdengar suara gerutuan yang berasal dari perutnya, ia merasa lapar. Beruntung sebelum jalan ke rumah biasanya melalui minimarket dahulu, jadi ia memutuskan mampir.
Keadaan tidak begitu sepi sekali, ada sekitar 3-4 orang, jadi gadis itu tidak perlu begitu takut atau khawatir.
Ia mencari deretan rak snack ringan, dan mengambilnya satu. Kemudian ke lemari dingin, mengambil sebotol minuman rasa leci.
Segera ia membayarkannya ke cashier, iseng-iseng ia mengedarkan pandangan ke segala arah.
Hingga sampai ia melihat sesosok di luar dari balik kaca minimarket itu. Ia menyipitkan matanya, mengasah penglihatannya. Itu adalah pria serba hitam yang tadi ia temui di bus.
Ia sempat berpikir apa pria itu mengikutinya, dan berencana melakukan sesuatu.
Perasaannya sedikit gelisah, tapi ia kembali mengabaikannya. 'Kalau tidak salah, tadi ia menelpon seseorang untuk menjemputnya di minimarket'
Tak Iama ia beranjak dari cashier seusai membayarnya. Lalu berjalan keluar minimarket, dan langsung melahap snack itu.
Sesekali melirik ke arah pria tadi, sedikit memperhatikan. Sebenarnya tidak ada yang aneh, oke, baiklah ia melanjutkan kembali jalan menuju pulang.
Dirinya terus berjalan, dan menghabiskan sebotol minuman leci itu. Tiba-tiba ada sebuah bunyi notifikasi.
Ia mengambil ponsel dari tas selempang miliknya itu, lalu mengeceknya.
Tegukannya terhenti, ia menautkan kedua alisnya. Sebuah notifikasi masuk dari pengguna tidak dikenal.
Dan ia membuka roomchat pesan dari nomor itu, langkahnya terhenti. Betapa mengejutkannya, sampai ia melebarkan matanya.
Hingga menyemburkan seluruh air di mulutnya, yang belum sempat terteguk.
Byurrr
bersambung...
.
.
.thnks for reading!💜
new chap on next week yaw.with luv,
rchl.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astra
FanfictionLee Chela, gadis yang merasa begitu beruntung. Kini harapan itu bukan lagi angan atau halusinasi belaka. Karena sekarang, ia bertemu angannya secara nyata. ❝Do you know? You are an amazing star❞ Peristiwa yang tak terduga tepat terjadi waktu itu, i...