letter

86 5 0
                                    

//

Sudah saatnya pulang.

Gadis itu menghembuskan nafas jenuh, sembari membereskan peralatan tulis dan bukunya.

Begitu menenteng tas ranselnya, ternyata Jyunhao sudah berada di depan pintu kelasnya.

Mendadak mencekam, Chela seolah-olah tidak mengetahui keberadaan pria itu dengan memainkan ponsel.

Ia berusaha berjalan santai dan berharap rencananya berjalan mulus.

Nyatanya, "Chel?" panggil Jyunhao. "Ingin pulang sekarang?"

"A-aku lupa, ada bimbingan hari ini," tangkasnya.

"Tadi aku sudah berjanji, aku antarkan ya?" Jyunhao ibarat tak memberi celah untuk Chela bernafas.

Chela menggeleng, "aku bisa sendiri. Terimakasih." Gadis itu dengan sigap berlalu.

Ada apa dengannya? batin Jyunhao.

Akhirnya Jyunhao pasrah, tidak mungkin juga jika ia kembali menawarkan. Takut berkesan
memaksa nantinya.

Setelah perkiraan sepertinya Jyunhao tidak mengikutinya, Chela memelankan langkah kakinya.

Membingungkan. Mengapa di situasi, seperti tadi ia menjadi salah tingkah tak beraturan.

Seperti tadi saja, ia menghindari bertatap mata langsung dengan Jyunhao.

Tidak habis pikir dengan dirinya sendiri, bagaimana caranya biasa saja, sih? Apa jangan-jangan aku phobia tatapan pria?

Bersama dengan pikiran anehnya, ia membuka ponselnya. Berniat untuk men-searching sesuatu, di aplikasi serba tahu, google.

Berjalan sambil memainkan benda persegi panjang itu, ia mengetik mengapa ada wanita yang menghindari tatapan pria.

Sial! Baterai ponselnya habis, lalu mati.

Ia mengabaikan itu, menyimpan kembali ponsel itu di saku. Kemudian, beranjak pergi ke tempat bimbingannya.

✩ ✩ ✩

Chela kini berada di depan meja riasnya, ia memakaikan rangkaian skincare-nya seperti biasa. Setelah usai, tahap akhir ia memakai sheet-mask greentea pada wajahnya.

"Chela!"

Chela melihat ke arah pintu dari pantulan cermin, itu panggilan ibunya.

Irene membuka pintu kamarnya. "Ini." Ia mengacungkan sebuah surat, sepertinya.

Ia berjalan masuk. "Ada surat ini tidak tahu dari siapa. Tadi pagi eomma mendapatnya, terletak di depan pagar."

Siapa yang memberi ini?

Irene membolak-balikkan sisi surat itu. "Lihatlah ini, seperti.."

Chela mengambil surat itu, di depannya terdapat stiker hati sebagai perekat surat tersebut.

Irene tersenyum menggoda putrinya itu, "hmm. Apakah kau baru berkencan?"

AstraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang