MATEMATIKA PAHALA
MATEMATIKA 1 | 2.000 > 100.000
Pak Bonar seorang pengusaha sukses, belakangan ini mulai melirik menekuni agama. Usai sholat Jum'at, ia sejenak meluruskan kakinya di pojokan teras masjid, di sebelahnya ada Aso dan Zaki, anak buah Pak Bonar. Mereka ngobrol santai sambil menunggu Ma'in, office boy kantor yang masih berdoa di dalam masjid.
Beberapa saat kemudian, Ma'in muncul, ia menghampiri Pak Bonar dan mencium tangan bosnya.
"Hey, panjang kali do'a kau, Ma'in. Banyak kali permintaan kau, apa pulak yang kau minta rupanya? Hehe." kata Pak Bonar sambil terkekeh.
"Salah satunya minta banyak duit, biar kaya Pak Bonar, hehe." jawab Ma'in malu-malu.
"Bagus itu! Tapi, kalau mau cepat kaya, sedekah lah! Gara-gara sedekah makin lancar rezekiku, hehehe. Aku tiap jumat, kalo kotak amal lewat, tak takut-takut aku, pasti yang merah yang masuk. Makanya kalo mau cepat kaya macam aku ini, jangan pelit-pelit lah kau! Masukan 100 ribu." kata Pak Bonar.
Aso terusik mematahkan omongan bosnya, "Ma'in kan OB, Bos?"
"Justru itulaaaah, katanya kan mau macam aku, score sedekahnya pun harus sama pulak lahhh. betul tidak, Zaki?" tanya Pak Bonar.
"Insya Alah betul, kata ustad sedekah memang melancarkan rezeki, cuma mungkin jangan pake logika matematika 100 sama dengan 100." ujar Zaki.
"Cemana pulak itu?" tanya Pak Bonar.
"Kan kita tau, bahwa uang itu punya nilai nominal dan nilai value. Buat Ma'in, kalo misalnya gaji dia 3 juta perbulan, anggap pendapatan hariannya, 3 juta dibagi 30, yaitu 100 ribu. Berarti kalo dia sedekah 100 ribu itu, maka dia udah beramal dengan seluruh pendapatannya di hari ini, gara-gara itu, dia bisa seharian enggak makan dan pulang jalan kaki, Pak. Itu valuenya." jawab Zaki.
"Nah itu dia bos! Kalo Ma'in tanya balik gimana? Bapak berani enggak sedekah seluruh penghasilan bapak di hari ini?" tanya Aso meledek Pak Bonar.
Pak Bonar terlihat santai diledek Aso, walaupun suka pamer, tapi ia bos yang baik dan akrab dengan seluruh bawahannya.
"Hahaha, bukan tak berani aku, tak muat kalo ku taro seluruh penghasilanku hari ini di kotak amal." jawab Pak Bonar sambil terkekeh, disambut tawa pelan ketiga anak buahnya. Mereka menahan suara karena masih berada di teras masjid.
"Iya juga, Pak Bonar. Dari mulai kotak amal diedarin sampe kelar jumaatan, bisa-bisa Pak Bonar masih masukin duit ke kotak, hehe." ujar Maín.
"Bisa aja Si Bos ngelesnya, hehe" ujar Aso.
"Hehe, tapi aku jadi ngerti maksud Zaki, jangan cuma tengok berapanya kan, Zak?" tanya Pak Bonar.
"Nah betul pak, angka 100 itu cuma nilai nominal tapi valuenya sebenarnya terserah Allah, malah bisa jadi value dilipat gandakan berkali-kali." ujar Zaki.
"Jadi berapa tadi yang kau masukkan ke kotak amal, Maín? Hehe." Tanya Pak Bonar.
"Kira-kira sama kaya Pak Bonar lah, feliyu nyah enggak seluruh pendapatan harian saya, hehe." jawab Maín sambil tertawa.
"Hahaha makin pande pulak kau, Ma'in." ujar Pak Bonar.
MATEMATIKA 2 | (Semua bilangan) x 0 = 0
"Nah Zaki, kalo ini pasti tak bisa kau jawab, surga bisa dibeli? Hehe." tanya Pak Bonar pada Zaki.
"Wah berat nih pertanyaannya, kata 'beli' walaupun buat saya enggak masalah, tapi terkesan agak mengganggu bagi sebagian yang lain. Tapi mungkin maksud Pak Bonar, apakah kelebihan rezeki yang digunakan untuk tujuan ibadah bisa mengantar kita ke surga? Menurut saya insya Allah bisa."
"Bahh! Abu-abu kali kalimat kau, coba dengar ini! Misal, Aku korupsi 1 M, kalo cerdas, itu bisa dibuat jadi tak dosa," kata Pak Bonar.
"Haha, saya nyimak aja dulu, gimana caranya Pak?" tanya Zaki.
"Separuh hasil korupsi, 500 jutanya untuk aku bangun Masjid, tiap ada kepala yang sujud di mesjidku, mengalir terus pahalaku sampai kiamat. Setelah dosaku habis, aku pun dapat pahala yang tak berhenti mengalir, duit dapat, pahala dapat! Hehehe." ujar Pak Bonar.
"Hahaha, emang bisa aja Si Bos. Tapi iya juga ya, gimana tuh Zak?" Tanya Aso.
"Dulu di sekolah, mudah-mudahan pada enggak bolos pas pelajaran matematika, semua bilangan kalo dikali nol pasti sama dengan nol. Seratus dikali nol sama dengan nol, 1 milyar dikali nol juga tetap nol. Sedekah dari hasil korupsi valuenya pasti nol, jadi mau disedekahin berapa aja pahalanya juga nol. "
"Hahaha pande kali kau menjawab, cuma ngetes aja aku ini." ujar Pak Bonar.
MATEMATIKA 3 | 1 + 1 = 2, Tetapi Bisa Juga 1 + 1 = 4 - 2
"Satu tes lagi ya, sekarang kita bicara soal keadilan rezeki. Coba Zaki, kau tanya si Aso, angka gajinya dibanding penghasilanku itu macam angka semut naik timbangan yang gantian sama gajah, hahaha. Menurut kalian, langit adil enggak nurunkan rezeki? Kalo langit tak adil adil, jangan lah lagi kau kejar aku minta naik gaji, sudah jadi matematikanya Yang Di Atas itu, hahaha," kata Pak Bonar.
"Dasar si bos buntut gasiran. Nah itu, kenapa pembagiannya enggak adil, matematikanya langit gimana?" tanya Aso pada Zaki.
"1 ditambah 1 sama dengan berapa, So?" tanya Zaki.
"Anak TK juga tau, 2 Om Zaki! Pinter kan saya?" jawab Aso meledek.
"Hahaha, iya gue enggak nyangka kalo lu pinter. Tapi anak TK ada yang pernah jawab gini enggak? 1 ditambah 1 sama dengan 4 dikurang 2," tanya Zaki.
"Kagak lah, ribet banget sih lu, Zak! Hahaha, " ledek Aso.
"Nah, otak kita memang bakal ribet, kalo mau ngitung keadilan langit tadi. Adil menurut kita, kalo orang lain punya 5 rumah, kita juga harus punya 5 rumah, mikirnya sesimpel itu, padahal bisa jadi walaupun kita cuma punya rezeki 1 rumah, tetapi kita punya rezeki kesehatan yang lebih baik, rumah tangga yang rukun, anak-anak yang enggak suka bikin masalah dan soleh pula. Anak soleh itu bakal terus doa'in orang tuanya setelah masuk kubur. Jangan-jangan yang punya 5 rumah tadi, anak-anaknya malah tawuran berebut warisan," ujar Zaki.
"Enggak ngerti nampaknya Si Aso kalo dengar contoh macam itu, biar aku aja yang kasih contoh. Adil itu macam gini, So. Biar gaji kau kecil, tapi kulit kau kan juga gosong macam punggung panci, hahaha," ujar Pak Bonar.
"Bener Mas Aso. Biar gaji lu kecil, tapi utang lu kan juga banyak, hehe." Maín menambahkan.
"Hehe, awas lu ya." ancam Aso pada Maín.
"Hahaha,So. Gaji kau boleh kecil, kulit kau boleh pun gosong, tapi itu bikin kau tak macam aku waktu muda, kau kan jadi tak punya peluang maksiat! Mana ada cewek yang mau sama kau yang gosong? Bokek pulak, hahaha. Jangan lah kau marah, becandanya aku, insya Allah kau bisa tumbuh nanti jadi pengusaha macam aku tanpa dosa maksiat macam kelakuanku waktu muda, amiiin! Lagi pula, walaupun aku memang punya banyak rumah dan mobil, tapi tak ada yang bisa kubawa ke dalam kubur. Orang-orang macam si Zaki ini, insyaAllah udah dipesankan rumah di kavling elit orang soleh di surga, tapi orang macam aku? Jangankan emperan surga, nyium bau surga aja tak pantas, makanya aku pepet Zaki terus, supaya di tariknya aku nanti dari neraka, siapa tahu dia nanti rindu sama pertanyaan-pertanyaan bodohku, hehehe, "
"Kalo sebaliknya, Pak Bonar ya yang tarik saya ke surga, biar kita bisa ngobrol lagi. Emangnya Pak Bonar enggak kangen sama orang nekat kaya saya? Ilmu cetek tapi seneng diskusi beginian.
Tamat
Vote dan comment anda sangat berarti bagi penulis, terimakasih telah membaca tulisan ini.
Penulis, Indra W
YOU ARE READING
Secuil Senyum Saat Susah
Short StoryKumpulan cerita pendek fiksi bernuansa religi tentang seputar pengalaman sehari-hari orang berhijrah yang dikemas dalam bentuk ringan. Zaki, anak muda yang sedang berusaha menjalani hidup sesuai dengan tuntunan agama, tapi ia hidup dan bergaul di t...