Prefix

39 2 0
                                    

JAMSIL ramai hari ini. Bahkan sejak matahari baru saja menampilkan pucuknya, ribuan orang dari berbagai umur, ras, dan gender telah memenuhi area stadium. Tujuannya satu, menemui idola kesayangan.


"Kalian sudah hapal ment hari ini, bukan?" Seperti biasa, sang leader akan mengecek segala persiapan sebelum konser.

"Kau tak perlu meragukan kami, Namjoon-ah! Bahkan aku sudah hapal diluar kepala! Ingat, kita ini pro, bukan?" Kali ini Hoseok menimpali, sembari membenarkan posisi mic di tubuhnya.

"Baik, aku hanya ingin mengecek untuk terakhir kali. Ini konser stadium pertama kita, kita tak mau kejadian tahun lalu terulang kembali. Benar begitu, Jungkookie?"

Yang terpanggil mendelik tajam pada sang leader yang hanya terkikik geli. Namun, ucapan sang hyung ada benarnya pula. Masih ingat di kepalanya saat ia salah mengucapkan salam perpisahan dalam bahasa Brazil yang membuat para penonton terkikik geli. Kendati kali ini mereka ada di Seoul, ia hanya tak mau mengacau.


"Waktu kita 15 menit lagi, semua harap bergegas ke backstage!" Para kru sudah meneriakkan aba-aba yang berarti, konser akan segera dimulai. Maka Jungkook segera mengikuti member lainnya yang berjalan cepat menuju backstage. Namun, saat ia baru saja melangkahkan kakinya, pergelangan tangannya dicekal oleh tangan yang begitu ia kenal.

"Ikut aku." Ucapannya tegas, suaranya berat dan penuh penekanan. Dan sebelum Jungkook bisa menyangkal, tangan tersebut sudah menariknya kasar.

"Hyung! Ada apa denganmu?!" Jungkook meringis saat Taehyung menariknya ke salah satu bilik untuk berganti pakaian dan mendorongnya kasar, serta tak lupa mengunci pintu dengan tergesa.

"Dengar, kau sudah membuat mood-ku buruk sekali hari ini, mengirimkan selfie dan menggoda Charlie hyung-mu? Kau kira aku tidak tahu?"

Jungkook terperangah, tak menyangka perbuatannya kali ini akan ketahuan. Menggoda Taehyung dan memancing sifat posesifnya memang menyenangkan, tapi, hei! Melihat sang hyung kesayangan dengan mata berkilat marah dan mendengar nada penuh ancaman yang keluar dari mulutnya bukan suatu pemandangan yang ia ingin lihat.


"Ah, hyung. Kau hanya salah paham, aku memang bertukar pesan dengannya hari ini, tapi ini hanya sebatas bisnis, kok! Lagipula, apa hakmu melarang aku untuk me-hmmp!" Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Jungkook merasakan bibir Taehyung membungkam bibirnya. Bukan ciuman yang lembut, melainkan ciuman yang kasar dan menuntut. Menuntut untuk menyampaikan hasrat terdalam, menuntut untuk menyalurkan perasaan terpendam.

"Uhm, hyung" Taehyung menyeringai saat tahu tangan sang 'adik' meremas lembut rambutnya. Ia menggigit kecil bibir bawah yang lebih muda, membuat ia dapat melesakkan lidahnya dan mengabsen gigi si maknae, yang kemudian disambut oleh lenguhan halus. Lidah saling membelit, bibir saling mengecap, dan pelukan yang teramat erat. Keduanya terlalu fokus menyalurkan perasaan tanpa sadar berapa waktu yang telah berlalu.

"H-hyung" Jungkook memukul pelan dada sang 'kakak', tanda ia mulai kehabisan oksigen. Maka Taehyung melepaskan ciumannya enggan, dan tak lupa membubuhi beberapa ciuman kupu-kupu pada mata, hidung, dan berakhir pada bibir.

Taehyung memandang wajah didepannya lekat, begitu memuja dan pada saat yang bersamaan timbul perasaan takut kehilangan, kendati tak ada ikatan antara mereka, mengingat hubungan yang tak wajar dan atas dasar kekeluargaan.


"Ingat peringatanku, jangan mengacaukan hariku lebih dari ini. Tak peduli kau pacarku atau pacar semua orang yang pernah kau goda, kau tetap milikku.


Jadi, mari selesaikan konser ini dengan cepat, sayangku?"[]

We Could HappenWhere stories live. Discover now