3. Bola

4 2 3
                                    

"HUWAAAAAA MUKA GUE YANG IMUT, CANTIK, BIN LUCHUW INI ADA JERAWATNYA!!!!" teriak Dinda yang melebihi toa mesjid di dalam kantin itu membuat ia menjadi sorotan semua orang.

Krysie berdecak kesal, tapi selintas ide muncul di kepalanya. Ia jadi mengurungi niatnya untuk memaki Dinda yang sok cantik itu dengan sebuah ide.

"Bagus dong ada jerawatnya" ucap Krysie membuat ia dipandang oleh semua yang berada disana.

Dan itu membuat Krysie tersenyum licik, ia mengambil satu baso kecil di mangkoknya dengan sendok.

"KOK BAGUS? LO STRESS ATAU GILA?"ucap Dinda dengan nada nyolot.

Krysie menjawab dengan nada santai "Gue gak stress atau gila. Tapi seharusnya lo bersyukur ada jerawat di muka"

"Kenapa bersyukur?" tanyanya polos.

"Itu artinya lo masih punya muka"

Seketika seisi kantin tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Krysie.

Bahkan ketiga temannya tertawa terjungkal-jungkal, guling-guling di lantai, dan mukul-mukul meja sambil megang perutnya.

*

Buk

Entah, tiada angin ataupun hujan tiba-tiba saja bola basket mengenai kepala seseorang yang sedang bermain catur di pinggir lapangan.

Seseorang itu lebih tepatnya adalah seorang lelaki, tampan, tinggi, berbadan tegap, dan pastinya slalu dikelilingi oleh para wanita.

Arka Ahmad Fauzi.

Cowok itu memegang kepala belakangnya, rasa sakitnya bahkan masih terasa sampai sekarang.

Seketika lapangan itu menjadi hening seketika.

Tidak ada yang bergerak dari tempatnya, ataupun mengeluarkan suaranya. Semuanya diam, hanya terdengar suara pesawat yang lewat.

'Mati gue' batin Krysie.

Krysie mencoba berjalan mundur, berusaha untuk pergi dari lapangan itu sepelan mungkin. Ia tau dirinya salah, tapi bukan Krysie lah namanya yang mau meminta maaf duluan.

Apalagi ini pada seorang cowok.

Arka Ahmad Fauzi, cowok badboys plus most wanted di sekolah.

Arka bangkit dari duduknya, semua mata terarah padanya, sama halnya dengan teman-teman cowoknya. Mereka melihat Arka dari tempatnya berada.

Arka mengambil bola basket yang menggelinding di kakinya. Tatapannya berubah menjadi tatapan tajam, menatap semua orang yang berada di lapangan satu persatu. Terlebih yang berdiri di daerah lapangan.

"Siapa yang lemparin bola ke gue?"

****

LOVE IN BULLSHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang