SATU

28 5 0
                                    

Pagi hari tiba. Matahari pun mulai menunjukkan dirinya. Angin pagi yang berhembus kencang membuat satu mahluk enggan untuk membuka matanya.

Dalam tidur nya yang damai. Asha masih tenang dalam alam mimpi nya. Saat ia sedang menikmati tidurnya dalam seketika.

Byurr...

Air yang ada diatas nakas pun sudah membanjiri wajah dan badan asha. Dengan cepat asha bangun dan mengambil posisi duduk. Dilihat nya dengan samar karna nyawanya belum kumpul setelah tidur. Dilihat nya wanita paruh baya yang sedang berdiri di depan nya.

Dan ia tau kini saatnya perang dunia ketiga. Ia menghela nafas. Dalam hati nya menghitung mundur. "Satu... Dua.... Tiga..."

"ASHA BANGUN KAMU TUH UDAH BESAR HARUSNYA MIKIR DIKIT PASANG ALARM. KAMU LIHAT SEKARANG JAM BERAPA. MAU JADI APA KAMU?? HAH? PEREMPUAN GAK TAU WAKTU. CEPAT MANDI. SEBELUM KAMU TERLAMBAT SEKOLAH DAN AKHIRNYA DIHUKUM" murka Netta ibunda Asha setelah menyiramkan segelas air yang ada diatas nakas. Dengan satu tarikan nafas ia berkata.

Tanpa memperdulikan bundanya Asha turun dari tempat tidur lalu menuju kamar mandi untuk mempersiapkan diri ke sekolah. Dadanya terasa sedikit sesak mungkin karna siraman air yang menyebabkan nya. Asha berusaha tenang dan melanjutkan aktivitas nya.

***

Asha menuruni anak tangga satu persatu. Tujuan nya sekarang adalah ruang makan. Ketika sampai di ruang makan Asha melihat Reno Netta Dan Ara yang sedang bercanda dan sembari tertawa.

Ketika mereka mendapati Asha yang duduk untuk mengambil sarapan nya Reno menatap Asha dengan tatapan tajam. "Asha kamu tuh bisa gak sih tiap pagi gak bikin keributan!! Kamu bisa kan pasang alarm!! Contoh donk adik kamu ini dia sudah mandiri walaupun umurnya masih muda!!" ucapan nya dan mata nya masih memandang ke arah asha tanpa bergerak sedikit pun.

Asha yang mendengar nya pun memutar bila mata nya malas. Ia sudah tau pasti akan di banding-bandingkan dengan adiknya. "Asha bukan Ara dan Asha mau jadi diri sendiri. Dan inget yah Asha gak suka klo di banding-bandingin apalagi sama dia" sahutnya dan menunjuk ke arah Ara. Sedangkan Ara hanya menunduk dan mempunyai rasa bersalah terhadap kakak nya.

"Dan satu lagi yah. Ini hidup Asha peduli apa ayah bunda sama Asha. Toh penyakit Asha kambuh juga dibiarin kan buar mati" ucap nya dengan melayangkan tatapan sinis ke orang tuanya.

"ASHA JANGAN KURANG AJAR KAMH SAMA ORANG TUA!!" teriak Reno yang emosi nya sudah memuncak dan membuat semua orang tidak berkutik kecuali Asha

"Dah yah masih pagi Asha gak mau ribut. Asha pamit. Assalamualaikum" ucap nya lalu meninggalkan keluarga nya tanpa memakan apapun.

"Waalaikumsalam"jawab mereka bertiga.

Melihat punggung anak sulung nya yang mulai menjauh Reno menetralkan emosinya dan melanjutkan acara sarapan nya.

Sedangkan Netta hanya diam. Dan Ara menunduk dan mersa bersalah pada kakaknya

***

Sesampainya di SMA Tuna Bangsa ia pun memarkir mobil nya. Lalu turun dan berjalan menuju rooftop karna ingin menjernihkan pikiran nya dari masalah tadi pagi. Yaitu selalu ribut dengan kedua orang tuanya.

Duduk pada sebuah kursi kayu  memasang earphone lalu menyetel musik kesukaan nya yaitu high hopes-kodaline dan menikmati angin pagi yang sejuk dan membuat segar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Believe me I'm SickTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang