Bagian IV

6 1 0
                                    

Woohyun menatap tajam pada Kim Jay sang Presiden Direktur dari Teater 'Inspirit'. Kim Jay tetap diam membalas tatapan Woohyun. Kim Jung Ah sang penata busana menundukan kepala dan bertahan di tempat ia duduk. Park Ga Hee sang koreografer memilih berdiri menatap keluar jendela pura-pura acuh, dan Lee Ju Yeon sang make up artis duduk di hadapan Jung Ah sambil terus memijat keningnya sendiri.

"Apakah tidak ada gadis lain? Hyung sadar akan pilihan Hyung?" Suara Woohyun kembali memecah kebisuan.

"Ish! Apa karena Tuan Muda itu menjadi donatur terbesar dalam pertunjukan kali ini? Karenanya ia dapat bebas sesuka hati memasukan orang yang ia suka untuk menggantikan Sooyee?! Dan dengan mudah Presedir Hyung mengabulkannya? Aku tahu siapa gadis itu Hyung. Kami teman semasa SMA dan... dia memang pandai berpura-pura, maksudku berakting, tapi tidak dengan menyanyi. Apa Hyung ingin mengacaukan semuanya? Ha?!"

Kim Jay menghela nafas panjang. "Lalu, apakah kau punya solusi?"

"Aku?? Em... akan aku pikirkan."

"Apa kita punya waktu banyak untuk berpikir?"

"Aa itu... hah..." Woohyun menemui jalan buntu. Suasana kembali hening.

"Maaf aku terlambat!" Sungkyu muncul dari balik pintu. Sungkyu merasa canggung ketika masuk ruangan presedir karena menangkap atmosfer tak mengenakan.

Semua telah duduk kini. Kim Jay menjelaskan tentang keputusannya. Usai Kim Jay menyelesaikan penjelasannya, satu per satu memberikan pendapat tentang pandangan masing-masing. Hanya Sungkyu yang diam tak memberikan pendapatnya.

"Jika berlatih dengan baik, aku rasa dia akan sanggup menyanyikan semua." Kata Kim Jay.

"Hyung? Apa Hyung tidak mendengarkannya dengan seksama? Banyak nada yang melencong." Protes Woohyun.

Satu per satu meninggalkan ruangan presedir. Sungkyu paling akhir dan ia kembali ke hadapan Kim Jay.

"Hyung, aku ingin menunjukkan sesuatu pada Hyung, bolehkah?" pinta Sungkyu.

"Em! Apa itu?"

***

"Annyeong..." Sihyeon memasuki rumah Woohyun. Sepi, sepertinya Woohyun sedang tidak berada di rumah sekarang. "Sudah pergi? Padahal baru jam 9." Gumamnya sendiri.

Sihyeon memeriksa pintu lemari es, namun tak ada pesan untuknya. Ia pun mulai bekerja. Sihyeon senyum-senyum sendiri ketika memasukan baju-baju kotor Woohyun dalam mesin cuci. Sambil menunggu cucian selesai, ia membersihkan lantai, masih dengan mix phone bertengger di kepala dan menutupi kedua telinganya. Ia benar menikmati pekerjaannya. Sesekali ia bergoyang dan terus bernyanyi mengikuti alunan musik yang ia dengarkan.

Woohyun baru saja memasuki rumahnya. Samar-samar ia mendengar suara seorang gadis sedang bernyanyi. Woohyun berjalan pelan mendekati sumber suara dan menghentikan langkahnya menatap Sihyeon yang berdiri membelakangi dirinya.

...nunuel gama neol bulleo bojiman, heullo naerineun nunmuren chameolsu ga eobtneun geoya, sashireun na neomu jashini eobseo neoreul bonaetdeon saenggake geurimman ssahyeo ganabwa... wooo... always be with you yeongwonhi...

Sihyeon tersenyum menatap pemandangan di luar jendela yang sedang ia bersihkan. Ia kemudian menghela nafas panjang dan menunduk, menurunkan tangannya. Kemudian, ia membalikan badan.

"Omona!!" Sihyeon benar terkejut melihat Woohyun berdiri menatapnya hingga lap di tangannya jatuh. Sihyeon merasa panas dan itu memenuhi seluruh tubuhnya kini.

Woohyun hanya tersenyum dan berjalan menuju kamarnya.

"Ish... Sihyeon~aa, babo! Babo!" Sihyeon memukul pelan kepalanya lalu memungut lap di kakinya.

Last FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang