"Out of all the possibilities that occur, why does it have to be today?" - 21march
Dress yang Caca kenakan berwarna putih tulang yang hampir menyerupai warna kulitnya. Rambut nya di gerai begitu saja dan di keritingkan sedikit di bagian bawahnya. Hari ini hari jadinya bersama Mario kekasihnya yang ia kenal sejak awal memasuki bangku kuliah. Namun, hari ini bukan hanya acara mereka berdua, Mario mengajak saudara sekaligus rekan kerjanya untuk sama sama merayakan hari jadi dengan kekasihnya yang kebetulan memiliki tanggal yang sama , 21.
Tangan mario masih setia berada di pundak Caca dan sesekali berkunjung ke rambut Caca yang hitam dan tebal. Kafe yang indah nan megah ini menjadi tempat dinner mereka hari ini. Sebenarnya tempat ini usulan saudaranya yang ia pesan tempo hari.
Sesampainya di kursi yang telah mereka pesan. Seorang gadis telah menunggunya disana, dengan balutan drees hitam selutut dan slinbag senada ikut menghiasinya. Ia sedang asik memainkan ponselnya.
"El?" Suara Berat Mario berhasil menyita perhatian gadis itu. Ia mengangkat kepalanya dan menyadari tamu nya sudah datang.
"Eh?"
"Haii" Elita bangkit dan mempersilahkan keduanya menempati tempat duduk yang sudah di siapkan. Mario memberi pelukan kecil kepadanya, dan Caca turut mengikuti.Kafe mewah itu tidak begitu ramai hanya ada beberapa pasangan yang sedang dinner seperti yang akan mereka lakukan . Suara alunan musik juga ikut menghangatkan suasana.
Tatapan Elita berpindah kepada gadis yang berada di samping Mario .
"Haii,, cantik sekali pacarmu yo" Elita menyunggingkan senyum manisnya.
Yang di tatap balas tersenyum dan megulurkan tangannya
"Caca""Caca?" Tanya Elita mengangkat sebelah alisnya.
"Lengkapnya Marsya Fadilla tapi akrab nya Caca aja"
Mulut Elita membulat ber'Oh' dan mengangguk angguk pelan. Kemudian ia lupa belum membalas uluran tangan Caca.
"Aku Elita, udah tau kali ya dari iyo" Ujar Elita terkekeh sambil sesekali menatap Mario yang sudah duduk di kursinya.
"Iyaa" Caca memamerkan sederet gigi putihnya.
Kemudian mereka berdua duduk, jika Caca duduk di sebelah Mario, maka Elita duduk di hadapan mereka dengan kursi kosong di sebelahnya.
"Ko sendiri " Ujar Mario "Pacar lo mana?"
Elita menggidikan bahunya pelan.
"Gatau nih, katanya macet. Apa iya tadi macet?" Tanya Elita mulai resah.
Elita berangkat dari apartemen nya yang tidak jauh dari kafe tersebut sehingga Elita dan pacarnya tidak datang bersama."Sedikit sih" Jawab Mario.
Elita masih terus berkutat dengan handponenya memberi pesan singkat kepada kekasihnya untuk mencari tahu keberadaanya. Mario dan Caca berbincang hangat mengisi kekosongan agar tidak terasa bosan, dan sesekali mereka selfie mengabadikan moment perayaaan hari jadinya yang ke 5 tahun;
"Atas nama nona Elita Pradhana?" Seorang Pelayan membawa nampan berisi 4 minuman yang sudah di pesannya saat pertama memasuki kafe tersebut.
"Ya, it's me. Thank you"
Pelayan itu menyimpan minuman yang sama ke empat sudut. Kemudian pergi.
Caca diam diam memandang wanita blasteran itu, dan tidak bisa di bohongi tatapannya iri- tidak! bukan iri tapi takjub melihat Elita yang begitu cantik dan juga, Caca sering mendengar sedikit tentang Elita dari Mario.
Elita merupakan anak tunggal dari seorang CEO. Ia bukan hanya berparas cantik, tapi juga pintar. Sejak menginjak bangku SMA ia selalu di segani oleh banyak orang, selain karena kepintarannya Elita juga ramah terhadap orang lain. Setelah lulus SMA, dia kuliah di luat negri. Pepatah 'buah jatuh tidak jauh dari pohonnya' itu memang berlaku baginya. Bakat bisnis ayah nya mengalir kepada Elita hingga sampai sekarang karirnya sangat sukses.
"Maaf semuanya saya telat" Sebuah suara muncul dari arah belakang, membuyarkan lamunan Caca.
Mata Caca berpaling kepada pria yang memakai kemeja biru tua rapi.
"Ss..SO.. SORRY?"
Matanya membulat. Ia menatap pria itu dari atas sampai bawah, Caca tidak tahu apa yang ia rasakan sekarang. Bumi rasanya berhenti berputar. Oksigen di tempat itu rasanya menyempit tidak memberi lahan untuk Caca bernapas. Ia tidak bisa lagi berfikir jernih.'Gue gak lagi halu kan?'
Mata mereka sempat beradu pandang saat pria itu menatap satu persatu orang yang duduk melingkari meja tersebut. Dia juga agak terlihat kaget melihat keberadaan Caca. Tidak lebih, hanya sebatas kaget melihat orang yang ia kenal, namun selepas itu biasa saja.
"Sayang, lama banget sih, kesian ini udah pada nunggu" Elita menyambut kedatangan kekasihnya --Alvi, dengan pelukan hangat dan mempersilahkannya duduk.
"Oh, iya sayang kenalin ini Mario sodara aku yang sering aku ceritain. Yang pernah ngusilin sampe jidat aku benjol gegara kena pemukul golf itu"
"Terus ini pacarnya, Caca." Cerocos Elita sambil menunjuk Mario dan Caca bergantian. Ia terlihat antusias memperkenalkan saudara kecilnya kepada Alvi.
"Oh iya iya , gue Alvi" Alvi menyalami Mario dan melontarkan senyum.
"Hai Vi, Gue Mario"Caca diam di tempat, menunggu apakah pria itu akan memperkenalkan dirinya 'lagi' . Atau akan jujur kepada semuanya kalau mereka saling mengenal sebelumnya.
"Alvi" Tangan Alvi mengarah kepadanya sekarang.
Caca terdiam, masih menatap Alvi dengan tatapan paling menyedihkan yang ia punya. Ia berusaha menahan air matanya agar tidak keluar.
"Caca" caca membalas uluran tangan Alvi.
"Namanya lucu ya, aku kira emang Caca. Ternyata aslinya Marsya" Ujar Elita menatap Alvi dengan keceriaanya.
Tangan Alvi dan Caca masih saling mengikat,namun Caca berusaha melepaskan tangannya yang di pegang erat, tidak enak jika di lihat Elita atau Mario yang bahkan tidak menyadari nya.
"Mars"
"Kenapa engga Mars aja panggilannya?"
Tatapan Alvi tidak sama sekali memperlihatkan ia sedang bercanda, ucapannya menusuk hati Caca. Ini bukan pertama kali Alvi mengatakan hal itu. Dan kali ini Alvi mengucapkannya lagi seolah ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Caca tahu Alvi mungkin sedang bercanda, karena terlihat Elita juga tertawa mendengarnya. Mungkin ini upaya Alvi untuk membuat kekasih baru nya tersenyum. Tapi, Caca tidak rela jika kenangan indahnya dijadikan bahan becandaan dan di lakukan oleh orang yang sama.
"Sayang, kebiasaan nama orang di ubah ubah" Elita menyenggol lengan Alvi pelan, melototi sejenak bak orang tua memarahi anaknya yang nakal ,lalu Elita kembali tertawa."Maaf ya, emang gini selalu ngawur"
'Kamu masih sama Al'
Caca menarik ujung bibir nya ke atas mencoba tersenyum walau sebenarnya itu terlihat di buat buat. Caca tidak bisa membedakan apakah jantungnya berdetup cepat atau bahkan berhenti berdetak. Ini terasa aneh, dan Caca tidak menyukai keadaan seperti ini. Bukan karena apa apa, tapi karena ia kembali lagi melihat seseorang yang sempat singgah memberi keindahan namun entah kemana orang itu tiba tiba menghilang. Selama ini ia mencarinya, dan tiba tiba dia sudah dihadapannya detik ini.
Caca beralih memandang Mario yang asik memainkan sedotan di minumannya, Caca pernah bercerita sebelumnya mengenai panggilan mantan terindahnya yang sama sama memanggilnya 'Mars' seperti apa yang Alvi katakan barusan. Dan sepertinya Mario tidak nyaman Alvi berkata seperti itu
"Caca aja"
Mario bergumam, membuat ke 6 mata memandang kearahnya.To be continues.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable You
Teen Fiction"Kamu bukan bumiku,bukan tempatku, dan bukan rumahku. Mungkin aku sempat berkeinginan lagi bermain ke planet mu dan menetap disana. Tapi, betapa penting untuk menyadari bahwa jarak bumi ke Mars itu benar benar jauh. I try, but.. lets think 225.000.0...