02 - Last Smile

26 2 0
                                    

"Tuhan itu adil, ia membawa pergi orang yang kita sayangi dan memberi orang baru untuk kita sayangi. "







Langit gelap tanpa bintang dan bulan, menjadi pengiring perpisahan sang ibu dengan anak lelaki yang saat ini hanya bisa menundukan kepalanya. Foto sang ibu yang tersenyum teduh tidak sanggup ia pandang barang satu detikpun.

Tidak banyak orang yang mengunjungi, hanya beberapa tetangganya saja yang merasa iba melihat Felix.

Polisi mengatakan bahwa ibunya ditemukan di sungai, mereka menduga bahwa Jennie terjatuh dari jalan yang digunakan sebagai jembatan untuk melewati sungai tersebut.

Ternyata mimpi Felix benar terjadi, padahal ia sudah mewanti-wanti ibunya untuk tidak mendekati jembatan tapi takdir berkata lain.

Rasa bersalah terus menghantuinya. Seharusnya ia memaksa ibunya untuk pergi bersama, seharusnya ia tidak mengijinkan ibunya pergi, seharusnya ia bersikap sedikit keras kepala saat itu, seharusnya..

Seharusnya ia tidak merasa bersalah karena itu membuat sang ibu merasa sedih.

Berlapang dada. Hanya itu yang harus Felix lakukan.

"Maafkan aku, Mom. Aku tau senyum mu saat itu adalah senyum perpisahan tapi aku tidak mencegah mu, maafkan aku. "

———

Felix memasukan barang-barang ibunya kedalam box berukuran sedang. Barang ibunya tidak begitu banyak karena sebagian barang sudah ibunya bawa saat itu.

Felix menghentikan kegiatannya, berpikir. Mengapa polisi tidak mengembalikan koper yang ibunya bawa, bahkan polisi tidak membicarakan sedikitpun mengenai koper tersebut.

Berhenti memikirkan hal aneh! Mungkin saja polisi sengaja menyimpannya sebagai barang bukti.

Selesai membenahkan semua barang, Felix mengunjungi tujuan terakhir ibunya. Sungai Han, mungkin.

Udaranya sangat segar karena Felix datang begitu pagi. Bukan merasa tenang tapi ia merasa sesak, perlahan cairan bening itu mengalir tanpa ijinnya.

Felix meremat dadanya yang begitu sesak, sangat sesak saat bayangan Jennie melintas dibenaknya. Kakinya tidak mampu lagi menopang berat badannya, lututnya yang tak beralas menyentuh tanah. Air matanya mengalir semakin deras hingga bahunya bergetar menandakan ia sangat-sangat kehilangan sekaligus terluka.

Tidak ada yang menghampirinya untuk sekedar bertanya atau memapahnya pergi ke tempat lain. Kalaupun ada ia tidak membutuhkannya, Felix hanya ingin ibunya kembali.

Perlahan pandangannya memburam, Felix mengusap matanya berharap penglihatannya kembali normal.

"Aku gak akan lepasin kamu. "ucap lelaki dengan pakaian serba hitam, ia menarik lengan seorang gadis dengan kasar.

Gadis itu memberontak. " Argh.. Sakit, lepasin. Udah berapa kali aku bilang kit—"

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang