"Yusuf... ikut aku!" Ajak Amir sambil menarik tangan Yusuf dan menjauh dari kedua santriwati itu.
Setelah agak jauh, ya.. tepatnya di dekat dapur, Amir pun berhenti
"Mir.. ada apa?" Tanya Yusuf heran
"Yusuf.. kenapa kau berbicara dengan santriwati itu? Bukankah kau sudah tau apa hukuman bagi para santri kalau berbicara dengan santriwati, apa kau sudah lupa?" Amir balik bertanya dengan tatapan tajam
"Iya.. aku ingat, tapi sebaiknya aku dengarkan dulu apa yang ingin mereka katakan, mungkin saja penting" jawab Yusuf santai
"Emangnya apa yang mereka katakan padamu?" Tanya Amir lebih serius dari sebelumnya
"Mereka bertanya apakah aku punya pacar, baiklah aku akan menjawabnya" jawab Yusuf santai dan ingin kembali menemui Zahwa dan Salma, namun di tahan oleh Amir
"Ada apa denganmu Yusuf?" Tanya Amir kasar
"Aku baik-baik saja" jawab Yusuf masih santai
"Yusuf... itu hanya MODUS, mereka hanya ingin supaya kau mengenal mereka dan lambat laun kau akan tergoda pada mereka, setelah kau sudah menyukai mereka dan takut kehilangan, mereka akan membuangnya jauh-jauh" jelas Amir panjang lebar dan membuat kening Yusuf mengernyit heran
"Jangan dekati santriwati atau siapapun perempuan bukan mahrom yang mencoba menggoda kamu!" Sambung Amir masih kasar
"Amir, kau jangan berlebihan!" Jawab Yusuf santai
"Sialan Yusuf... kau tidak mengerti... Dengar aku dengan telingamu!" Suruh Amir tegas tidak ingin ada bantahan.
Yusuf pun mengangguk dengan cepat ada rasa takut di dalam diri Yusuf ketika melihat ekspresi Amir yang jarang ia temui
"Begini, kau sadar kan siapa dirimu, kau adalah Santri populer, hampir semua santriwati ingin mendapat perhatian darimu, jadi bagi santriwati yang nekat, mereka berusaha menggodamu dan berambisi ingin memilikimu, jika kau terjebak dalam permainan anehnya, jadi intinya jangan tergoda pada yang bernama santriwati, Hal Fahimtum (apakah kau mengerti)?" Jelas Amir panjang lebar, mungkin jika diukur lebih lebar dari luas kamar mereka.
"Kenapa kau berbicara seperti itu? Kau saja tidak pernah melirik satupun santriwati" kata Yusuf santai
"Aku pernah... aku pernah mencintai santriwati, itu memang manis pada awalnya, tapi.. pahit pada akhirnya" jawab Amir lesu
"Tapi Amir.. tidak semua santriwati seperti itu kan?" Tanya Yusuf datar
"Semua santriwati itu sama, sama-sama kejam titik" jawab Amir jengkel pada Yusuf karena sedari tadi ia menjelaskan namun Yusuf selalu menjawab
"Dari mana kau tau?" Tanya Yusuf ikut-ikutan jengkel
"Aku saksi semuanya, hatiku korbannya, dan mottoku semua santriwati itu sama!" Jawab Amir mulai berapi-api. Yusuf diam hatinya serasa disambar petir karena selama ia di AL-MA'RUF dan berteman dengan Amir, ia tidak pernah melihat Amir sepanas ini.
Suasana menjadi hening beberapa detik, tiba-tiba
"Hey jangan ngobrol saja, cepat cuci piringnya!" Suara itu terasa tidak asing di telinga Yusuf, Yusuf dan Amir menoleh ke arah suara itu berasal dan wow ternyata Abraham yang berdiri dengan tatapan tajam dibelakang mereka berdua
"Kau?" Tanya Yusuf heran sambil mengacungkan jari kearah tubuh senior kasar itu
"Iya iya.. aku tau aku punya utang pada kamu, tenang saja... aku akan segera Bayar!" Ucap Abraham dengan raut wajah santai
"Tidak, anak perempuan itu sudah membayarnya" jawab Yusuf sopan dan cepat,
"Ya udah.. kalau begitu kalian gak perlu basa-basi lagi kan? Cuci piringnya sekarang, kalau tidak kalian akan merasakan genggaman tanganku memukul wajah tampan kalian" ancam Abraham dan berlalu meninggalkan Yusuf, Amir dan setumpuk piring kotor
"Amir... bagaimana ini?" Rengek Yusuf pada Amir, ia sama sekali tidak merasa bahwa Amir sedang kesal
"Kau ini memang masih sangat polos ya..." ucap Amir dengan senyum seribu makna
"Angakt piringnya, kita bawa ke tempat mencuci" sambung Amir dan berjalan mendahului Yusuf dengan membawa kurang lebih 15 buah piring kotor
"Tapi amir.. bukankah mencuci piring itu bersama dengan santriwati? Aku tidak kuat kalau berhadapan dengan santriwati berkali-kali dalam sehari" rengek Yusuf sambil menggiringi langkah Amir
"Iya.. gak ada masalah kan? Bukankah sudah kukatakan padamu semua santriwati itu sama, jadi kau gak perlu hiraukan mereka" ucap Amir santai
Setelah tiba di tempat mencuci piring tepatnya bersampingan dengan mesjid, disana bisa terlihat para santri dan santriwati yang asyik mengobrol dan mengabaikan pekerjaan mencuci mereka. Yusuf memilih keran tempat mencuci ujung agar tidak terlalu nampak oleh santriwati atau tepatnya agar dia dan Amir tidak salah fokus.
Sejauh ini pekerjaan Yusuf dan Amir berjalan lancar hanya tinggal satu piring dan selesai sudah. Yusuf berdiri untuk melemahkan otot-ototnya yang terasa tegang, sedangkan Amir mencuci mukanya dengan air keran. Tiba-tiba cipratan air yang begitu dingin mengenai punggung Yusuf, membuat Yusuf terkejut setengah mati, dan langsung menoleh kebelakang dan wow ada tiga orang santriwati yang menghadap padanya, Salma, Zahwa dan.... Yusuf tidak tau siapa yang berada diantara mereka.
"Itu perbuatanya" kata Salma dan Zahwa hampir bersamaan sambil mengarahkan telunjuk mereka pada santriwati yang berada diantara mereka, santriwati itu tersenyum pada Yusuf dan,
"Maaf ya, aku gak sengaja, aku bermaksud untuk menyiram mereka berdua, tapi karena mereka lari, air es malah mengenaimu" jelas santriwati itu yang menurut Yusuf sangat manis.
Anehnya Yusuf, ia tidak bisa menyembunyikan kekagumannya pada santriwati itu membuat Salma dan Zahwa curiga
"Gimana Yusuf? Apa kau memaafkannya?" Tanya Zahwa dengan senyum menggoda.
Apa jawaban Yusuf? Anehnya Yusuf tidak menjawab karena ia sedang fokus pada santriwati yang berwajah manis itu,
"Hemm, apa kau terpesona padanya? Perkenalkan namanya Najwa Ayunda" ucap Salma dengan senyum yang... huhh menjijikkan, perkataan Salma tadi membuat Yusuf sadar dari lamunan yang berisi kekaguman pada Najwa.
Tiba-tiba....
Bersambung...
Nashwa Zahira sebagai Najwa
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Di Asrama Santri
RomanceKisah cinta anak ustadz dan seorang gadis malang. Anak ustadz itu tidak lain adalah Muhammad Yusuf al-ghiffary, saat ia dewasa, ia penasaran siapakah seorang gadis yang dijodohkan oleh teman ayahnya.