JKLM 11

5.2K 384 16
                                    

AUTHOR POV

Blackpink sudah berada di sebuah hotel di Jakarta, Indonesia. Mereka istirahat di kamar masing-masing karena nanti sore mereka akan langsung sound check.

Jisoo dan jennie sudah tidur sejak tiba, tapi rose lisa masih berkutat dengan makanan.

Rose selalu penasaran dengan makanan-makanan khas setiap negara yg dia kunjungi.

"Chaeng berhentilah makan, pipi mu bertambah tebal sekarang", ucap lisa.

Lisa sudah selesai dengan makanannya dan sibuk melihat rose yg masih melanjutkan makan.

"No lisa, aku mengunyah tadi. Pipiku tidak tebal, lihat", balas rose.

Rose menunjuk-nujuk pipinya, lisa hanya tertawa geli karena melihat tingkah rose yg lucu.

Mereka berdua memang suka sekali menjahili satu sama lain. Karena umur mereka yg tak berbeda jauh dan hidup bersama bertahun-tahun membuat mereka nyaman saling menggoda.

.

LISA POV

Setelah mengantar chaeng ke kamar jisoo unnie dan berbicara sebentar, aku kembali ke kamarku sendiri.

Tapi saat baru saja menutup pintu, aku melihat jennie keluar dari kamarnya.

Dia sibuk dengan telfon ditelinganya jadi tidak sadar saat ku ikuti.

Beberapa saat aku jalan mengikutinya dan akhirnya dia berhenti di balkon luas sebelah tempat makan.

Disini cukup sepi, dari penglihatanku hanya ada aku, dia dan beberapa pegawai.

"Eomma berhentilah mencemaskanku, itu semua hanya fan service".

Aku mendengar jelas suaranya dari tempatku berdiri.

Tapi kenapa dia membahas fan service?

"Kami hanya dekat di panggung tidak lebih, hanya untuk kebaikan blackpink".

Apa maksudnya?

"Eomma sudahlah. Eomma tahu sekarang aku sudah dengan kai, aku sudah mulai mencintainya seperti kata eomma. Jadi mana mungkin aku memiliki hubungan dengan lisa. Apa yg eomma pikirkan itu semua salah".

Shit.

Jadi eomma tahu hubunganku dengannya?

Apa mungkin itu alasan dia menjadi seperti ini? Karena eommanya?

Tapi aku tidak salah dengar tentang dia mulai mencintai kai. Apa sekarang perasaan itu tumbuh karena keadaan membuat mereka dekat?

Tidak bisa kubiarkan.

"Jennie!".

Dia langsung menoleh ke arahku, wajahnya terlihat menegang karena terkejut.

Dengan segera dia mematikan telfonnya saat aku berjalan mendekatinya.

"Jadi eomma tahu?", tanyaku setelah aku berada didepannya.

Dia memalingkan wajah ketika kutatap.

"Apa maksudmu aku tidak paham. Tunggu, kamu mengikutiku?", tanya balik jennie.

"Iya, aku mengikutimu dan mendengar semua omonganmu. Jadi semua ini karena eomma tahu tentang kita?", tanyaku kembali.

Jennie hanya diam, bahkan menatapku saja tidak.

"Kenapa tidak memberi tahuku, kenapa menyembunyikannya sendiri? Apa aku tidak berarti untukmu?", tanyaku pelan.

Aku tahu ini bukan pilihannya tapi keadaan memaksanya melakukan ini. Ini bukan kesalahannya.

Only you, J! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang