[Titik Nol] Sebuah Awal

5 0 0
                                    

Monolog: Naelza Ersalina Putri

Hal yang paling berharga di dunia adalah keluarga. Aku yakin semua orang akan berkata begitu, setuju dengan pendapat itu. Tapi tahukah kamu, diantara kebahagiaan yang memancar dari sebuah rumah. Ada rumah lain. Rumah yang jauh dari kata bahagia. Rumah yang begitu sur-

"Nae?"

"Hmm?" Aku mendongak ke atas, seorang anakbberjenis kelamin laki-laki memamerkan senyumnya yang cerah. Rambutnya hampir menutupi daun telinga. Maklum, kami baru tamat SMP. Masih liburan. Momen langkah yang hanya bisa kau lihat di akhir semester. Seorang ketos yang terkenal rapi dan disiplin. Kini berpenampilan urakan.

Jika saja sebatang kara, dirinya akan senang hati memanjangkan rambutnya hingga sepinggang. Tiap malam berdiri diatas pohon mangga. Menakut-nakuti orang lain hingga mereka lari terpingkal. Hihi becanda!

Jangan bayangkan ia memanjat pohon mangga untuk mencuri mangga. Atau sengaja pura-pura jadi kuntilanak agar orang yang lari terbirit-birit itu meninggalkan harta mereka. Ah, itu hanyalah khayalanku.

Sedangkan bocah lelaki di depanku ini, dirinya tersenyum amat manis. Tanpa beban. Keluarganya lengkap, punya seorang adik lelaki yang menggemaskan. Ayah-ibu yang tak sedikitpun kurang memberi kasih sayang. Namanya Angga, tetanggaku. Beruntung, tidak sepertiku Angga memiliki keluarga yang berbahagia.

"Bagus, gue suka tulisan lu" kata Angga. Setelah beberapa detik yang lalu ia merampas buku diary bersampul hitam milikku.

"Eh gagak balikin gak?"

"ogah"

"Itu buku diary gue, balikin bego!"

"Maha bodo"

"Angga Gusti Putra BALIKIN GAKK"

Angga yang awalnya menuju pintu berbalik lagi setelah terpaku mendengar teriakanku. Syukurlah. Aku menghela napas panjang dan kembali merebahkan diri di kasur.

"Sini bukunya!"

Angga menyunggingkan senyum penuh kemenangan. Bukan pertama kalinya ia dengan lancang membaca buku diaryku. Berkali-kali, hingga seringkali ia berdeklamasi menyoal tulisan yang aku muat di dalamnya.

"Nih, buku jelek lu. Nanti gue beliin yang baru" ia melempar seenaknya, hampir mengenai wajahku. Nyebelin!

"Hmm...."

"Nael, gue tahu mungkin ini berat buat lu. Gue gak pernah ngerasain apa yang lu rasain. Tapi lu harus tahu. Gue akan selalu ada buat lu. Angga akan selalu ada buat Naelza. Oke?"

Aku kembali mendongak, jika tadi ia memamerkan senyum manisnya. Kini ia menatapku dengan sungguh. Tak kurasakan keraguan di tatapannya. Sebenarnya, aku menyukai sosok dia yang seperti ini. Tapi....

"Ahahaha, jangan kelamaan liat gue. Ntar lu naksir"

"Jangan mimpi lu burung gagak"

--.

Dengar Naez, gue adalah sahabat lu. Keluarga yang lu pilih sendiri. Gue bakalan ada disamping lu selalu dan bikin lu bahagia selamanya. - oleh Angga yang gak ingin kehilangan sahabatnya lagi.

Percuma selalu disamping, tapi gak akan pernah berdampingan apalagi bersanding di pelaminan - oleh Naelza yang diam-diam cinta monyet sama sahabatnya sendiri.

Time For The Heartbreak (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang