[satu] Pindah Jurusan

4 0 0
                                    

"Enggg...Beb, lagi telponan sama siapahhh?"

Sialan! Gue menatap Rani dengan pandangan kesal. Tangan gue langsung membekap mulutnya bahkan gak sengaja meremas bibirnya, sedang nih anak geleng-geleng kepala sambil megang tangan gue yang menempel di mulutnya. Haha, rasain lu!

"maksud lu? Itu suara cewek kan? Siapa?" Degg!

"Masalah kos biar gue cariin nanti ya Nae. Udah dulu bye" ucap gue mengalihkan pembicaraan. Sebelum Naelza kembali nanya-nanya, mending tuh telepon gue matiin. Klik!

Gue lepas tangan gue dari mulut Rani. Pandangannya kesal menatap gue, sambil berkali-kali mengambil nafas. Apa gue tadi kekencangannya ya? Tapi nampaknya, ia lebih penasaran dengan orang yang gue telepon barusan. "Siapa beb?" Tanyanya penuh selidik.

Gue gak mendengarkan ucapan Rani. Segera gue sambar tubuhnya ke pelukan gue. Dan memainkan lidah di sekitar lehernya, membuat Rani menggelinjang keenakan. Gue tahu itu g-spot lu Ran. Dan itu juga yang bikin gue sukses mendapatkan perawan lu.

Ahhhh... Enak banget sayanggg" desah Rani. Sedang gue sebenarnya tidak terlalu menikmati. Gue kepikiran dengan Naelza. Kira-kira kos yang cocok buat dia dimana ya?

Apa dia bisa menerima keadaan gue yang sekarang?

•••

"Perkenalkan saya Naelza Ersalina Putri" katanya, penuh percaya diri. Senyumnya mengembang ke arah gue. Hanya gue seorang. Dan seisi kelas memperhatikan itu. Seolah menunjukkan kalau kami memiliki hubungan spesial.

Kalau begini caranya, gue takut Naelza bakalan kena masalah nantinya. Karena gak jauh dari tempat gue duduk, gue melihat seorang siswi diam-diam mengambil gambar pada saat itu, dengan kamera handphonenya.

Enggak hanya gue yang memperhatikan itu, dia juga. Seseorang yang bakalan gue percaya buat jagain Naelza. Namanya, Ringgo.

Ringgo adalah satu-satunya yang gue anggap teman di kelas ini. Dia pinter matematika dan fisika, dua hal yang gue gak bisa sama sekali. Jadi kalau berurusan sama angka, gue beruntung punya Ringgo yang bisa diandalkan. Ringgo juga adalah yang membantu gue mencari kosan Naelza beberapa hari yang lalu. Dan lihat, kini dia menatap kagum seorang gadis di depan sana.

Seseorang yang tersenyum ke arah gue. Naelza Ersalina Putri. Bisa-bisanya nih anak pindah jurusan! Bukannya dia sama kek gue? Bego dalam hal itung-itungan?

"Eh jadi kamu sebenarnya sekolah disini, terus pindah jurusan?"

"I-iya Bu, bener" ucap Naelza sedikit gugup. Meski begitu, seisi kelas tampak tak terlalu bersahabat. Terutama fraksi cewek. Sedang tak jauh disampingnya, Bu Sari, guru matematika kami mengangguk-ngangguk.

"Padahal udah bagus kamu bisa masuk jurusan agama, yang notabene adalah jurusan favorit di sekolah ini" ucap Bu Sari, berkomentar.

"Tapi ya sudah lah, terserah kamu. Saya yakin kamu sudah bisa menentukan masa depan kamu" lanjut Bu Sari. Kelihatannya, ia tak terlalu peduli.

Berbicara tentang masa depan. Cita-cita Naelza adalah menjadi Dokter. Impian sejak kecil yang masih dirinya genggam hingga saat ini. Lalu mengapa dia bisa salah jurusan? Dan Akhirnya bisa pindah jurusan ke IPA? Dua hal yang semestinya berseberangan tapi juga saling berhubungan. IPA dan Keagamaan.

"Buk, saya mau pindah jurusan" ucap Naelza tegas. Waktu itu ia sedang melakukan konsultasi dengan Bu Hana, salah satu guru BK di sekolah kami, beruntungnya, gue mau menemani Naelza waktu itu. Bisa curi-curi pandang dikit lah, karena ibu ini selalu mengenakan seragam yang lumayan ketat. Body nya tidak langsing tapi pantatnya itu loh! Aduhai sekali. Apalagi wajahnya yang imut itu, bikin gue pengen tiap hari nyasar di ruang BK.

Setelah ditanya beberapa pertanyaan oleh Bu Hana, terungkap bahwa keinginan dia pindah jurusan adalah karena Naelza yang salah pilih jurusan.

Gue masih ingat....

Waktu itu, ketika memberikan lembar pendaftaran, guru yang bertanggung jawab menerima formulir itu bertanya kepada Naelza. "Mau masuk jurusan apa?"

Naelza yang awalnya tercekat mendengar itu menatap gue yang melihatnya dari kaca Eh bukannya lu bilang milih jurusan itu kelas dua?

"Kalau begitu, kamu jurusan agama saja ya" ucap bapak tersebut. Lagi pula, nilai agama kamu juga bagus-bagus".

*T-tapi bap-"

"Sudahlah"

Bapak itu memanggil calon siswi lainnya. Naelza yang belum menyelesaikan kalimatnya, terpaksa berat hati meninggalkan ruangan.

"Jadi lu jurusan apa Nae?"

"Agama, kalau lu?"

"gue IPA"

............................
Tbc. Jangan lupa voment yaa kalau kalian udah baca sampai sini:)

Time For The Heartbreak (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang