Dua - pria buta dengan tongkat

140 8 0
                                    

"ma, Fanny berangkat,"
"Mau diantar sama Pak Jono ngga, sayang?"
"Gausah, ma, Fanny mau jalan kaki aja kan sekolahnya juga deket" ucapku datar kemudian mencium punggung tangan mama dan pergi.

Mama memang sedikit agak menyebalkan bagiku. Caranya berpakaian yang terlalu berlebihan, nada bicaranya yang tinggi, dan selalu merendahkan orang lain. Sejak papa meninggal mama jadi tidak terkendali, mama pun jadi lebih boros dari biasanya.

Oh iya, aku belum cerita kalau papa ku meninggal sejak 6 tahun yang lalu saat usiaku masih beranjak 13 tahun. Papa meninggal dunia karena penyakit leukimia yang di deritanya.

Kakiku melangkah lunglai, menapaki jalanan yang tampak ramai oleh anak-anak sekolah sepertiku. Cuaca hari ini sama seperti biasa, dingin dan berkabut. Tak seulas pun senyum terukir dari bibir yang pagi ini terlihat pecah-pecah. Waktu menunjukkan pukul 06.35 pagi, "Fanny!!" teriak seseorang dari arah belakang.

Langkahku terhenti seraya menoleh ke arah suara, "ya?"

"Hosh, hosh, tungguin dong. Cape ni gue."

"Ini kan udah gue tungguin, Nya"

"Serah lu dah," gerutu Vanya. "Btw soal si cowo buta yang kemarin lo ceritain kayak gimana?"

"Uhm, dia gabisa liat, matanya merem, terus bawa tongkat.."

"Namanya orang buta pasti gitu kali, Fan" ketus Vanya kesal.

"Hehe, oh iya, kedua matanya juga ditutup sama poninya gitu. Rambutnya hitam lebat berantakkan. Penampilannya juga, kalau menurut gue oke sih.." jelasku sambil membayangkan pria tuna netra yang ku temui di halte bus kemarin.

"Ciee, dipuji-puji. Kemarin aja di jelek-jelekin. Hahahaha!" Goda Vanya.
"Ih, apaansi. Siapa juga yang muji"

Pria tuna netra itu, seperti tidak asing bagiku. Yang membedakan hanya kondisi fisiknya saja.

Hari ini ada pelajaran kimia, semua murid beranjak masuk kedalam lab untuk mempersiapkan bermacam peralatan untuk diuji coba.

"Anak-anak, hari ini kita akan kedatangan siswa dari sekolah lain. Mereka akan mengajari kalian cara melakukan praktek uji coba di kelas kimia kali ini.." ucap Pak Sismanto. "Silakan masuk, nak"

Seseorang muncul dari balik pintu dengan mengenakan tongkat, "hai semuanya, perkenalkan saya Kuriyama Anggara biasa di panggil Yama. Saya berasal dari SMA Indra Negara, saya dipilih dan dipercaya untuk membantu kalian dalam praktek uji coba kimia kali ini" jelasnya dengan nada berat.

"Huwaaaa ganteng banget gila"

"Iya iya ganteng bingbing"

"Udah Keren, pinter lagi aduh idaman gue banget anjiiirr huhu"

"Tapi sayang ya, dia kayaknya buta deh"

Tampaknya hampir seluruh murid yang berada di dalam lab membicarakan tentang dirinya. Termasuk para kaum cewek.

"Apaan sih, sok banget" gumamku datar seraya mencoret-coret buku. Daritadi aku hanya diam dan mendengarkan pria yang menurutku sedang mengoceh ngoceh sedaritadi di depan lab tanpa sedikitpun melihat ke arahnya.

"Eh, Fanny, coba liat deh masa iya cowo buta kek gitu bisa bantuin kita buat praktek?" Bisik Vanya pelan.

"Cowok buta?"

"Iya, coba liat deh ke depan" kata Vanya menunjuk.

Perlahan aku mendongakan kepala, melihat dan memperhatikan secara seksama. "Elo..!" Reflek mulut ini berteriak sambil menunjuk pria itu dan menggebrak meja hingga membuat semua pandangan tertuju ke arahku.

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang