"Coba ya kita ulang, selepas kita berolahraga pagi dan akhirnya kita istirahat sebab capek. Lalu mengapa manusia mempunyai batas usaha? Sedangkan tuhan menciptakan manusia dengan bebas dan merdek? " Pitok menyeruput kopi.
"Oke, coba kita putar narasi yang kamu tanyakan. Jika tuhan menciptakan manusia tanpa batas potensi, berarti untuk apa kita ada? Mengapa alam diciptakan? Lalu yang menciptakan pun kenapa ada? Maka akan sia-sia saja kalau manusia berpotensi tanpa batas, seperti tak ada sifat kenyang, bodoh, capek, mati, dan Lain-lain." Ceki meniup kopi sebentar lalu menyeruputnya.
"Ouwh... Kalau manusia diciptakan tanpa batas, sama halnya dengan sifat tuhan?" Pitok sambil megacungkan jarinya.
"Iya begitulah, Tapi nyatanya masih saja ada manusia yang mengaku dirinya Tuhan. Fir'aun -Ramses II- karena dirinya pintar dan kekuasaan yang besar meyebut dirinya tuhan pada masa dakwah Nabi Musa. " Ceki bicara sembari mengusap dagu.
Hening seketika, mereka berdua melihat-lihat banyak orang mengitari lapangan. Terdapati ada yang jalan santai, berlari, joging, bahkan menaiki sepeda. Pitok bertanya lagi.
"Aku jadi kepikiran, Ki. Tuhan menciptakan manusia dengan bebas dan merdeka, dan masih saja ada redaksi yang mengatakan bahwa manusia berjuang didunia demi mendapatkan kebebasan dan kemerdekaan. Apa maksudnya itu?" Sekali-kali Pitok mengusap rambutnya dan juga nada bicara agak cepat.
"Hmm..." Ceki menatap wajah Pitok dengan mimik terlihat kebingungan.
Pitok melanjutkan, "kalau jawabanku sendiri, maka manusia ingin kebebasan dan kemerdekaan dari kebebasan dan kemerdekaan itu sendiri dongg? Hahaha..."
"Hahaha... masuk juga." Ceki ikut tertawa.
Keduanya secara bersamaan menyeruput kopi yang hampir sudah tidak panas lagi.
-Tamat,
Apa maksud manusia memperjuangkan kemerdekaan dan kebebasan, sementara Tuhan telah memberi keduanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanyakan Saja !
General FictionMaaf, ini bukan cerita yang selalu berada dalam hayalan orang-orang yang selayaknya embun lenyap diwaktu duha. Lebih tepatnya labirin. Cerita ini adalah tragedi ideal kompleksitas secara lugas. Menyusuri berbagai celah ketidak mungkinan lainnya. Ce...