1

47 6 5
                                    

Juni 2019

Dingin, lembab, bising ...
Yah kata itu yang bisa gadis bermata indah itu deskripsikan saat ini, sudah 5 tahun lamanya seseorang yang dicintainya, yang melindunginya sejak 15 tahun lamanya berada disisinya. Beginilah hidup, datang untuk pergi ngga ada yang namanya abadi. Gadis itu masih mengingat memori memori bahagia selama 15 tahun belakang dengan sosok ayah yang ia cintai selama ini, bukan berarti dia tidak memiliki seorang ibu, hanya saja hubungan keluarga ini agak rumit. Sosok ayah yang didamba damba setiap anak tidak terlalu melekat di sosok ayahnya.

Gadis itu makin mengeratkan jaket yang dipakainya saat ini, hujan semakin deras. Gadis itupun bergegas melangkah ke kafe yang dia akan tuju sejak tadi karna terhalang oleh sepasang ayah dan anak yang saat bahagia bermain hujan saat itu, dia ngga mau terlalu lama terlarut akan momen 15 tahun silam.

"hey nad, tumben lo telat kesini?" itulah panggilan gadis bermata indah tersebut, nama lengkapnya Nadine wijaksana, Nadine adalah mahasiswa tingkat 2 difakultas negeri Surabaya. Nadine mengambil jurusan kimia difakultasnya bukan tanpa alasan nadine mengambil jurusan itu, Nadine sangat cinta akan segala parfum dan itu mengingatkannya akan mendiang ayahnya yang sangat cinta akan parfum.

"ada urusan tadi gue. Tumben lo sendiri bayu kemana?" sahut Nadine ke doni yang menyapa tadi sambil melepas jaket yang dipakainya sejak tadi.

"biasalah ngecengin cewe tu anak kerjaannya" rungut doni karena ditinggal bayu mengurus kafe sendiri.

Nadine hanya bisa tersenyum melihat doni yang merungut karena ditinggal bayu. suasana dsekitar sangat lenggang karena saat ini masih pukul 9 pagi. Kafe tersebut tak jauh dari letak kampusnya dan berhubung kelas pagi Nadine kosong. Pemilik kafe tersebut merupakan teman kampusnya Nadine walaupun mereka beda jurusan tapi mereka sangat akrab karena Nadine merupakan pelanggan tetap di kafe tersebut.

"hot vanilla latte satu don" pesan Nadine ke doni karena dia sudah kedinginan sejak tadi.

"tumben lo yang manis manis pesenyaa, biasanya yang pahitt mulu pesannya" celetuk doni ke Nadine sambil nyengir ngga jelas ke Nadine.

"gue lagi butuh energy pagi pagii, buruann bikinn cepet, lagi dingin bangett badan gue ni" sungut Nadine karena doni berceloteh dari tadi.

"iya bawell" jawab doni dan langsung membuat pesanan temannya tersebut.

Nadine mengeluarkan buku agenda yang setiap hari dibawanya kemana-mana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nadine mengeluarkan buku agenda yang setiap hari dibawanya kemana-mana. Pagi ini jadwalnya kuliah pukul 10 pagi, masih ada beberapa menit lagi Nadine untuk menikmati hot vanilla latte yang dipesannya tadi.

"lo ngga lupa kan manggung ntar malam?" kata doni dengan menyerahkan pesanan Nadine.

"ya ampun lo ngapa ngga ngingatin gue dari tadi sih don!" sungut Nadine karena dia lupa jadwalnya lagi untuk manggung dikafe malam ini. Ini bukan pertama kalinya Nadine bernyanyi dikafe tersebut, Nadine adalah penyanyi tetap dikafe tersebut tapi Nadine tidak bisa mengambil full seminggu penuh untuk manggung karena Nadine kerja part time ditempat lain.

Beginilah Nadine hidup untuk memenuhi kebutuhannya, semenjak ayahnya meninggal ibunyalah yang menjadi tulang punggung. Nadine mempunyai kakak dan adik untuk dibiayai ibunya karena itu Nadine sangat mandiri.

Doni yang melihat Nadine hanya bisa tersenyum, bukannya dia ngga tahu kesibukan apa yang Nadine sekarang alami. Doni mengenal Nadine dari bayu yang merupakan teman kampus Nadine, bukan berarti dia tidak mengenal gadis itu, doni sangat mengenal Nadine dari gimana susahnya gadis itu mencari nafkah, pernah doni memberi bantuan untuk Nadine, tapi gadis itu menolak bantuan doni secara lembut karna gadis itu tidak mau berbalas budi untuk hal apapun itu.

"lo nya aja yang lupa kali, tapi nggak papa kalo lo emang ngga bisa ada sinta yang bisa gantiin lo malam ini, tapi ingat malam besok lo harus manggung, ngga pake alasan apapunn" tegas doni ke Nadine.

Nadine hanya bisa menghela napas dan meminum pesanan tadi sebelum dingin.

"lo juga ngga lupa kan 5 menit lagi lo ada ngampus?" celetuk doni melihat Nadine yang masih anteng melihat buku agendanya dari tadi, ntah apa yang ditulis gadis bermata indah itu.

Nadine yang mendengar perkataan doni barusan langsung kalang kabut tidak menentu, karena bukan apa, matkul yang sebentar lagi akan masuk merupakan matkul tersusah dan memiliki dosen terkiller diantara dosen lainnya.

"jangan salahin gue karena lo telat ya cantik" ucap doni sebelum gadis itu mencak mencak ke doni karena tidak mengingatkannya.

"isssshhh lo nyebelin" sembur Nadine.

Doni hanya bisa ketawa melihat tingkah temannya tersebut.

Tidak sampai disitu kesialan Nadine pagi ini, sebelum dia keluar dari kafe hot vanilla latte yang belum habis diminumnya tumpah sudah mengenai buku agenda yang dia pegang sejak tadi dan untungnya tidak mengenai bajunya. Nadine pun tidak melihat kearah penabrak itu, lebih tepatnya Nadine yang menabrak cowo tersebut karena terburu buru. Doni yang melihat tabrakan didepan pintu masuk kafe hanya geleng geleng kepala dan tersenyum tipis, karena sikap ceroboh gadis itu tidak pernah berubah.

Karena terlalu terburu buru Nadine hanya bisa mengucapkan maaf ke cowo tersebut tanpa melihat wajahnya. Tapi tiba tiba tubuh nadine tegang seketika.

"bau ini, bau parfum ini, ngga mungkinn?" nadine yang sudah berada diluar kafe tidak sempat memerhatikan sosok lelaki tersebut, lelaki yang mengingatkannya pada seseorang yang sangat dibencinya, seseorang yang tidak ingin dia jumpai lagi.

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang