6::

51 7 0
                                    

Sepulang dari PIM Iqbaal berbaring di kasur sambil menatap langit kamar memikirkan (namakamu) yang semakin tak acuh padanya. Iqbaal bingung apa yang jadi penyebab (namakamu) bersikap seperti ini. Padahal sikap (namakamu) pada pria lain di sekolah biasa saja, berbeda dengan sikap (namakamu) padanya. Entah apa yang membuat Iqbaal terus saja memikirkan cewek berkaca mata itu. Iqbaal masih belum bisa mendefinisikan rasa apa yang di rasakannya sekarang. Rasa suka? Mungkin saja, wajar kalau Iqbaal suka pada (namakamu) karena ia cantik. Rasa sayang? Apa mungkin setelah diperlakukan seperti itu oleh (namakamu). Namun jika tidak ada perasaan apapun untuk apa Iqbaal memikirkan sikap (namakamu). Harusnya ia tidak peduli saja.

"Arrrghh" Iqbaal mengacak rambutnya frustasi.

🍃🍃🍃

Di tempat lain (namakamu) sedang memikirkan kejadian di PIM tadi. (Namakamu) merasa heran bagaimana bisa ia bertemu dengan cowok itu. Jujur (namakamu) sangat kesal karena tidak sengaja bertemu Iqbaal. (Namakamu) merasa jika Iqbaal mengikutinya terus hingga ke PIM juga diikuti. (Namakamu) benar benar merasa semakin tidak suka dengan Iqbaal.

Untuk mengalihkan pikirannya (namakamu) memilih untuk membaca novel yang belum selesai di baca kemarin. Saat membuka halaman yang ingin di bacanya tanpa sengaja ada sesuatu yang terjatuh dari sela buku. (Namakamu) mengambil selembar foto itu dengan tangan bergetar. Mulutnya bungkam. Ia ingin menangis melihat sosok di dalam foto tersebut.

Foto ini -batin (namakamu)

Di amati kembali sosok yang ada dalam foto itu dengan air mata yang sudah mengalir deras di pipi. Ia memegang dadanya yang terasa sesak. (Namakamu) tak kuat melihat ini kembali. Luka lalu yang sudah lama sembuh tertutup kini kembali terbuka.  Kali ini lebih lebar, lebih perih.

Flashback on

(Namakamu) menghabiskan sisa hari itu di Dufan bersama teman-temannya. Ia tidak mau melewatkan momen ini karena besok (namakamu) sudah harus kembali pada rutinitas, yaitu sekolah. Jadi demi keinginannya itu siang itu (namakamu) dkk. sudah ada di tempat wisata favorit di Ibu Kota itu. Mereka tampak sangat bahagia. Mereka mencoba hampir seluruh wahana yang ada. Mulai dari yang biasa saja seperti komedi putar sampai yang paling ekstrem seperti tornado. (Namakamu) dkk. memang pecinta wahana yang memacu adrenalin. Bagi mereka memainkan wahana seperti itu baik buat kesehatan. Saat sedang asik bercanda tidak sengaja Naura, salah satu temannya berseru memanggil (namakamu).

"(Nam) (nam) lihat kesana deh. Itu cowok lo kan?" tunjuk Naura heboh.

(Namakamu) melihat pada seseorang yang di maksud Naura disana. Benar saja Naura tidak salah. Cowok yang sedang bersama seorang cewek itu memang kekasihnya, Aldo, yang sudah setahun menemaninya. Aldo dan seorang perempuan yang tidak (namakamu) itu terlihat sangat senang, tertawa bersama. Seperti sudah lama kenal. Keduanya terlihat mesra bagi (namakamu). (Namakamu) kaget bukan main. Matanya pedih. Hatinya sakit. Dadanya sesak menyaksikan orang yang selama ini di sayangi (namakamu) dengan tulus sedang bersama perempuan lain. Dengan tangan terkepal, air mata yang sudah siap meluncur ke pipi, dan emosi yang sudah di puncak. Ia dengan keberanian tinggi menghampiri kedua insan yang sedang selingkuh di hadapannya.

"ALDO!!" merasa namanya di sebut lelaki bernama Aldo itu menoleh dengan mimik wajah terkejut sekaligus takut.

"JELASIN KE AKU SIAPA CEWEK INI!!" pinta (namakamu) penuh penekanan.

"A Aku aku bisa jelasin (nam) dia dia cuma temen aku. Kita engga sengaja ketemu." jelas Aldo terbata-bata.

"TEMEN KAMU BILANG? TEMEN TAPI ROMANTIS? PEGANG TANGAN? NYENDER"? ITU KAMU SEBUT TEMEN? GA SENGAJA KETEMU? CK GA MUNGKIN. UDAH DEH AKU GA MAU INI JADI MAKIN PANJANG. JADI AKU MAU KITA UDAHIN AJA HUBUNGAN INI."

(Namakamu) pergi dengan emosi yang masih ada dan air mata yang terus mengalir membasahi pipi. Ia kembali pada Naura yang menatapnya tak tega. Di hadapan Naura (Namakamu) langsung memeluk sahabatnya itu, menangis sekerasnya di pelukan Naura. (Namakamu) tidak peduli dengan tatapan aneh dari orang-orang yang berlalu-lalang. Ia hanya ingin melampiaskan emosi.

"Sayangg makan, Nak!! Makan malam sudah siap!!" lamunan (Namakamu) buyar saat mendengar teriakan Mama dari bawah.

"Ah iya Ma aku turun sebentar lagi."

Setelah menghapus air mata yang masih membekas di pipi dan bercermin sejenak (Namakamu) turun untuk makan malam bersama kedua orangtuanya.

🍃🍃🍃

Esok hari saat jam istirahat di kelas Salsha teringat dengan kejadian hari Minggu kemarin. Ia bertanya pada (namakamu) apa yang membuat sahabatnya itu buru-buru pulang. Salsha merasa heran dengan sikap (namakamu) yang tidak seperti biasa. Salsha sudah cukup lama mengenal (namakamu) jadi ia sudah hafal betul kapan (namakamu) merasa sedih, senang, bohong, atau jujur. Salsha merasa (namakamu) berbohong. Akhirnya Salsha memberanikan diri bertanya.

"(Nam) lo bohong kan kemarin pas lo bilang kalau nyokap lo nyuruh buat pulang. Jujur deh sama gue. Kita itu udah lama kenal dan gue tau lo bohong. Cerita deh ada apa kemarin?" ujar Salsha to the point.

(Namakamu) menoleh menatap Salsha cukup lama. Seperti berfikir. Zidny yang duduk di sampingnya ikit menoleh. Heran dengan pertanyaan sekaligus pernyataan Salsha.

"Hm soal itu.. Gue engga bohong kok. Kemarin itu nyokap beneran suruh pulang karena ada yang mau di omongin. Masa lo engga percaya sih. Hehe."

(Namakamu) mencoba bersikap tenang. Tapi percuma Salsha sudah sangat yakin dengan dugaannya. (Namakamu) pasti berbohong.

"Hadeh (Nam) lo engga usah nutupin apa-apa dari gue." Salsha mulai geram dengan (Namakamu) yang masih tak mau jujur.

Zidny di buat semakin bingung. Ada apa ini? Berbohong? Ia tidak merasa (Namakamu) melakukan suatu kebohongan.

"Ada apa ini? (Namakamu) bohong soal apa? Gue ga merasa dia bohong kok." sahut Zidny tiba-tiba. Ia sangat bingung.

"Ck. Lo kan baru kenal sama (Namakamu). Ya lo mana bisa tau dia bohong atau engga. Lah gue? Gue udah lama kenal dia. Dan gue tau dia bohong atau engga." Salsha semakin kesal karena (Namakamu) belum mau mengatakan yang sebenarnya.

Perdebatan itu terus berlanjut hingga bel berbunyi tanda istirahat telah usai dan masih tidak membuahkan hasil. (Namakamu) terus saja bersikeras bahwa ia memang tidak berbohong. Salsha semakin terlihat emosi dan memilih diam. Sedangkan Zidny tak tau harus percaya pada siapa.

Dan tanpa mereka sadari, sedari tadi ada seseorang yang mendengarkan perdebatan mereka. Ia juga bingung mengapa (Namakamu) berbohong dan tidak menceritakan kejadian sebenarnya?

Tbc

Makin engga jelas aja ini cerita wk. Maapkeun ya >< udah lama banget ga up. Sedikit lupa sama ceritanya :v tapi jangan pernah bosen baca yaa :) vomment jangan lupa.




































Salam Mrs. Dhiafakhri💕💕💕

Melepasmu ❌ IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang