3

39 14 2
                                    

Hari-hari berlalu, dan kini aku makin bersemangat mengejar cowok yang sudah kuklaim menjadi jodohku, siapa lagi kalau bukan Angga, walaupun selalu tak direspon. Seperti saat ini, Aku sedang mengawasi Angga yang sedang makan siang bersama teman-teman nya, dari sudut kantin dengan Lisa.

"Samperin dong Ra, masa cuma diliatin doang." ucap Lisa.

"Ada temen nya, malu gue." jawabku tanpa memalingkan pandangan.

"Kek punya malu aja?, biasanya juga malu-maluin." Lisa menyeruput minuman nya.

Aku diam tidak menyahut ucapan Lisa barusan, karena memang aku suka malu-maluin. Tapi satu yang sedang kupikirkan, bagaimana caranya mendapatkan Angga.

"Lo tenang aja, kalo Angga uda sendiri, gue culik." lama berpikir, aku kembali bersuara.

Lisa sudah tidak kaget lagi dengan rencana gilaku.

"Atau.." jeda sebentar "gue pelet aja kali ya?"

Uhuk, Lisa tersedak angin, yang ini lebih gila.

"Gila lo, itu namanya musrik Ra, secinta nya lo sama Angga, gak gitunya juga kali. Kalo Angga emang jodoh lo, tanpa pelet pun pasti dia suka sama lo. Lagian, lo mau kena azab, kek ditipi-tipi itu, nanti Allah murka, terus lo masuk neraka dibakar ampe gosong!" Pidato Lisa.

"Kan, gue cuma nanya Lis. Lagian gue juga takut, nanti kena azab beneran." aku melirik Lisa "btw,  lo penggemar sinetron azab ya?, kalo direkomendasiin bagus tuh buat judul sinetron azab diindosiar."

"Iya yak? Judulnya begini 'cinta ditolak santet bertindak, matinya nyungsep ke selokan, mayatnya  ditolak bumi terus digerogotin tikus' bagus gak tuh?"

"Gak segitunya juga kali." Aku menoyor kepala Lisa. Kemudian kami  tertawa bersama.

Disisi lain, Angga yang merasa diperhatikan pun, melihat ke sekelilingnya. Dan benar saja, seorang cewek sedang melambai-lambaikan tanganya sambil tersenyum lebar.

"Ck! Gue duluan." pamit Angga kepada teman-temanya, meninggalkan area kantin.

Aku yang melihat Angga beranjak dari duduknya pun, ikut berdiri dan mengejarnya, meninggalkan Lisa yang sedang menyantap makananya.

"Jangan main tinggal woy." teriak Lisa.

"Gue duluan, ada tugas negara." Aku balas berteriak, mengejar Angga.

"Angga..." Aku menghentikan jalan Angga, lalu menarik pergelangan tangan nya.

"Apaan sih lo, ngikutin gue mulu." ditepisnya tanganku dengan kasar.

"Ish.. lo jangan kasar dong ama calon bini."

Angga yang mendengar ucapanku barusan bergidig ngeri, kemudian melanjutkan jalan nya. Aku tak menyerah tetap mengikuti, sambil berceloteh kesana kemari, menceritakan kesehariaku yang sama sekali tidak didengarkan lawan bicaranya. Angga yang merasa kesal pun, membelokkan langkahnya menuju toilet pria.

"Astagfirullah Angga, lo ngajak gue mojok?" pekikku.

"Mojok pala lo botak." Angga berhenti didepan pintu toilet, kemudian berbalik menjitak kepalaku pelan "lagian ngapain sih lo masih ngikutin, gue kebelet nih."

"Ikut dong, gue mau liat ekpresi ngeden lo!" Aku mulai gila.

"Gak waras ini cewek." Angga pun berlari sekuat tenaga menjauh dari toilet meninggalkanku sendirian.

"Angga.. jangan lari dong, lo mah maunya dikejar-kejar mulu." teriakku ditempat.

Aku yang sudah tak mempunyai tujuan pun, akhirnya memutuskan untuk masuk ke kelas, karena bel masuk akan berbunyi sebentar lagi.

Bel beberbunyi ketika aku sampai beberapa langkah lagi menuju kelas. Kulihat semua murid yang diluar mulai memasuki ruang kelasnya masing-masing. Akupun sama memasuki kelas, menuju tempat dudukku yang sebelahnya sudah diisi dengan Lisa. Sepertinya Lisa ke kelas duluan saat kutinggal dikantin tadi.

"Gimana?, dapet Angganya?" Tanya Lisa saat aku sudah duduk disampingnya.

"Nggak, dia malah kabur." jawabku lesu."

"Kasian..." ledeknya memasang wajah prihatin.

Sialan, sehabatnya sedih bukannya dihibur, malah diledek. Laknat emang.

Obrolan kamipun terintrupsi, saat seorang Guru memasuki kelas. Semuanya duduk ditempat masing-mading, dan menyiapakan buku yang  akan kami pelajari.

Semoga suka
Jangan lupa vote :))

STUPID GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang