Chapter 1

1.8K 264 66
                                    

"Kak, Sudah selesai siap siapnya?"

Lelaki tinggi bernama Yohan itu menoleh menatap sang adik yang berdiri di depan pintu.

"Aigo, Adikku manisnya."

Yohan menyempatkan diri mendekat untuk mencolek dagu adiknya, Yang dibalas dengan rengutan lucu.

Ya tuhan tolong, Yohan tidak kuat melihat adiknya merengut.

"Hoonie bisa bantu kakak pasang dasi?" Tanya Yohan dan menyerahkan dasi berwarna biru gelapnya kepada Sihoon, Sang adik.

Sihoon mendumel namun menerima dasi yang diberi Yohan, Dengan telaten membantu sang Kakak memakaikan dasinya.

Ya jangan salahkan Yohan dong, Biasanya juga dia tidak sudi pakai dasi. Cukup blazer biru malamnya yang melapisi kemeja putihnya dengan dua kancing atasnya yang dibuka.

Memang definisi murid berandalan Yohan tuh.

Lalu kenapa Yohan dengan sukarela memakai seragam dengan benar kali ini? Sampai pakai dasi begitu.

Mudah saja.

Si Adik, Sihoon, telah resmi meninggalkan sekolah lamanya dan pindah di sekolah yang sama dengan Yohan. Setelah satu tahun lebih bertahan di sekolah lamanya dengan segala jenis bully-an, Memangnya Yohan ingin membiarkan Sihoon menjadi bahan bully lebih lama lagi?

Tentu tidak.

Jika kalian menonton film di televisi, Terkadang saudara sering digambarkan secara yang muda dimanjakan sedangkan yang tua dibiarkan mengurus diri sendiri hingga sang kakak membenci adiknya. Haha iya. Drama picisan memang.

Sihoon memang anak bungsu sedangkan Yohan anak sulung.

Sihoon mungkin memang lebih pintar secara akademis dibanding Yohan, Namun berbeda dibanding drama di televisi, Yohan sama sekali tidak pernah merasakan yang namanya benci terhadap sang adik. Orang tua mereka juga memperlakukan mereka dengan adil. Orang tua mereka pun sebenarnya lebih sering sibuk dengan pekerjaan mereka, Membuat Yohan terbiasa memiliki Sihoon untuk bergantung kepadanya sejak dahulu

Jika di drama televisi adik kakak sering digambarkan bertengkar karena hal sepele, Yohan dan Sihoon tidak seperti itu. Tingkah Yohan mungkin terkadang kekanakan dirumah, Tetapi adiknya pun memiliki pola pikir dewasa untuk tidak bertengkar karena sesuatu yang sepele.

Dan dia bersyukur memiliki adik yang memiliki pemikiran dewasa seperti Sihoon.

Mungkin selama Sihoon belum pindah ke sekolahnya, Yohan memang murid yang bandel langganan ruangan konseling, Tapi memiliki Sihoon satu sekolah dengannya, Yohan tidak ingin memberi Sihoon contoh yang buruk. Maka dari itu dia akan merubah sikap berandalannya.

"Kamu tidak apa kan memakai lensa?" Tanya Yohan, Menunduk menatap adiknya yang baru saja selesai memasangkan dasinya yang kemudian mengangkat kepalanya menatap sang kakak.

Biasanya Sihoon memang memakai kacamata tebal, Terlihat culun memang dimata mereka murid sekolah lamanya.

Yohan menyarankan Sihoon untuk memakai lensa saja, Kan biar adiknya terlihat lebih manis. Kalau bertemu dengan pelaku pembully-nya, Yohan akan menertawakan orang itu karena tidak mengetahui betapa manisnya paras sang adik.

"Tidak apa kok." Jawab sang adik dan menggunakan jemari tangan kanannya untuk membentuk gestur oke dan tersenyum lugu.

"Ah, Kamu kan jadi semakin manis, Kakak tidak kuat melihatnya," Ucap Yohan mengulum senyuman dan mencubit pipi sang adik. "Kita sarapan dulu sebelum berangkat ya."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang