CHAPTER SATU : DEFINISI BAHAGIA

25 5 0
                                    

"Definisi bahagia dari sebuah hubungan, cukup saling memahami satu sama lain, saling memaafkan, dan cinta yang tak pernah pudar."

-Shenna & Dirly.

**

Suara gesekan daun nan hijau itu terdengar merdu. Udara yang melambai menjadi biang dari bunyinya. Begitupun oksigen yang dihasilkan, membangkitkan rasa kebahagiaan yang mungkin telah sirna.

Gadis itu tersenyum, menutup mata, dan menghirup udara sebanyak-banyaknya. Ditatapnya seseorang yang telah menemaninya menelusuri lembah kebahagiaan, dengan pandangan yang sulit diartikan, lebih dari sekedar kata 'bahagia'.

"Kamu tahu nggak, kenapa daun teh itu warna hijau?" Dirly menatap Shenna sekilas.

"Ya, karna punya klorofil lah," jawab Shenna asal.

"Salah dong."

Dahi Shenna mengkerut. "Terus apa?"

"Karena........ Aku sayang kamu," jawab Dirly, lalu nyengir tanpa dosa.

"Ih, ngeselin-ngeselin-ngeselin." Shenna menggelitiki perut dan pinggang Dirly sampai sang empu-nya kewalahan.

"Tuh, rasain!!" geram Shenna, lalu pergi berlari meninggalkan Dirly.

"Eh, awas kamu ya?" Cowok ini segera ikut berlari untuk mengejar kekasihnya itu.

Hamparan tanah yang luasnya hampir 2 hektar ini terlihat indah dipandang saat tumbuhan teh hijau itu tumbuh dengan sempurna.

Cuaca sore hari yang mendukung, membuat kedua insan ini sangat menikmati kebersamaannya. Semerbak warna oranye mulai menghiasi langit, itu artinya sebentar lagi senja akan segera tiba.

"Yang, jangan lari-lari mulu, entar jatuh." Dirly yang sudah hampir kehabisan tenaga, harus berhenti sesaat. Lelahnya bukan tanpa alasan, sebab ia memang tidak makan siang hari ini.

"Kamu mah gitu, masa sama cewek kalah sih? Coba kejar aku sampai dapat, baru aku berhenti," celetuk Shenna dengan masih berlari, tapi menghadap belakang pada arah Dirly.

Dirly pun bangkit, lalu tersenyum sinis. "Oke, kita lihat siapa yang akan kalah habis ini."

Shenna masih keukeh berlari. Namun, tentu tenaga yang dimiliki Dirly jauh lebih kuat daripada Shenna. Fatalnya, Shenna berlari dengan kepala yang terus menatap ke belakang.

Sebagai seorang cewek, pasti gengsi untuk mengaku kalah pada cowok walaupun itu kekasihnya sendiri. Itulah yang dialami Shenna, ia terus saja menoleh ke belakang untuk mengukur jaraknya dengan Dirly.

Saat Dirly hampir mendekat, sebuah batu berukuran sedang menancap di tanah, tepat di depan Shenna. Hingga... Dukkkk....

Shenna hampir terjatuh di atas bebatuan itu. Namun, kedua tangan Dirly siap sedia mencegahnya dengan cinta.

Cukup lama kedua mata itu bertatapan, hingga Shenna memutuskan untuk mengakhiri kontak itu. Ia berdiri, dan kembali ke posisi semula.

"Tuh kan, aku bilang juga apa. Jangan lari-lari sayang, entar jatuh!!" cibir Dirly setelah membantu Shenna berdiri.

Shenna mengerucutkan bibirnya ke depan beberapa centi. "Kamu ih, bukannya nanyain aku gapapa apa gimana, malah ngomelin."

Dirly tersenyum. Tangannya terulur untuk mengacak pelan pucuk kepala Shenna. "Gimana keadaannya? Gapapa?"

"Udah telat," jawab Shenna datar.

"Iya-iya. Aku minta maaf, aku khawatir kok sama kamu, buktinya aku nasihatin kamu tadi," ujar Dirly lalu merangkul pundak Shenna. Keduanya berjalan beriringan.

Stay WoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang