V. It hurts

60 24 30
                                    

Aku terduduk di tepi lapangan sekolah. Belum makan apa-apa selain sebuah apel tadi pagi sebagai sarapanku, sekarang rasanya benar-benar pusing.

Padanganku tertuju pada anak-anak pria yang sedang bermain futsal dengan semangat yang membara. Jaemin, Jeno, Haechan ikut bermain, sementara Lia sedang memberikan semangat di tepi lapangan bersama Heejin, Yeji, dan kawan-kawan.

"HYUNJIN SEMANGATT!!" Heejin berteriak kencang.

Aku hanya tertawa miris melihat aksi mereka. Menurutku kegiatan mereka saat ini, itu tidak penting. Hanya buang-buang energi. Lagi pula anak-anak pria tetap bisa bermain tanpa perlu ada yang meneriaki dari tepi lapangan.

Selang beberapa menit, akhirnya mereka selesai bermain, dan para gadis selesai berteriak.

Jaemin menghampiriku lalu duduk di sampingku. Pria itu tampak kelelahan, napasnya menggebu-gebu dan keringatnya bercucuran.

"Capek Fel" keluhnya dengan napas yang belum stabil.

"Mau minum kaga? " aku menyerahkan salah satu dari 3 botol air mineral yang aku pegang. Satu untuk Jaemin, satu untuk Haechan, dan sisanya untuk Jeno.

"Mau" pria itu mengambil duduk di sebelahku setelah menyambar kasar air mineral tersebut.

"Lu gak siap-siap? Abis ini giliran anak cewek lho.."

"Gak usah ikut gak apa-apakan? Gua lagi puyeng banget, tadi pagi cuma makan apel"

"Kok cuma makan apel?" Jaemin mengernyit tak suka

Aku menghela napas sambil tersenyum. "Diet" balasku.

Lantas pari itu tertawa sarkas. "Kalaupun lu kurus, lu bakalan tetep jelek"

"Gak butuh pendapat lu!" ketusku.

"Dih! Galak amat"

Kami sempat terdiam beberapa saat sampai akhirnya Jaemin kembali berdiri lalu berlari kecil menghampiri segerombolan anak-anak pria yang masih kelelahan akibat bermain futsal

Tak perlu menunggu lama seseorang kembali duduk di saampingku. Aku menoleh, mendapatkan Haechan dengan baju yang basah keringat, tapi napasnya sudah lumayan stabil.

"Lu tuh pikun apa bego sih?" Haechan menyerahkan ponselku yang ada di tangannya.

Aku lumayan kaget begitu melihat bahwa ponselku ada pada Haechan.

"Lah? Kok ada di elu?" aku menarik kasar benda itu dari tangan Haechan.

"Ya salah elu, kenapa ninggalin hp sembarangan"

Aku baru ingat kalau aku meninggalkan hpku di atas meja guru setelah mengganti seragam tadi.

"Astaga! Gua lupa! Makasih Chan!"

Haechan hanya mengangguk tanpa menengok padaku.

"Mau minum kaga?" aku menyerahkan salah satu botol mineral pada Haechan. Tiga botol mineral yang dari tadi aku pegang memang kubeli atas inisiatifku sendiri.

"Anjayy!Tumben baik, nyet!"

"Ya elah, kapan sih gua enggak baik"

Haechan tertawa pelan mendengar jawabanku.

"Btw, lu mau gak bantuin gua menangin taruhan gua?" Haechan mengecilkan suaranya.

"Taruhan yang kemaren lu ceritain?"

Haechan memgangguk.

"Ceweknya siapa dulu?"

Ia malah berdecak. "Jawab dulu, mau bantuin apa enggak?"

Self Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang