Masa putih- biru. Yah bisa dibilang adalah masa paling berkesan seumur-umur aku menginjakkan kaki di bangku sekolah. Dan yang paling berkesan itu tentu saja ketika duduk di bangku kelas 9.
Semenjak masuk ke sekolah ini, aku selalu duduk di kelas A. Well, di sekolahku perkelas dibagi - bagi menjadi grade A, B sampai C. Apa artinya? Untuk bisa menjadi bagian dari kelas A kau harus bersaing mengalahkan siswa sebanyak kurang lebih 100 orang. Mereka yang berhak masuk ke kelas A adalah yang menempati ranking 20 teratas. Dan posisi ini akan selalu diperebutkan setiap semester. Istimewa?Absolutely yes!!!
Dan aku masih ingat banget, dulu pas tes masuk sekolah ini, aku menduduki peringkat 2, yah 2 sih bukan 1.Tapi cukup kaget juga, gak nyangka aja, inikan yang tes berasal dari berbagai sekolah dasar, banyak.Kelas IX A adalah kelas pemegang teguh sekolah bisa dibilang. Kelas ini akan menjadi artisnya sekolah.
Menjadi sorotan guru- guru, menjadi bahan pembicaraan, inovator, panutan ke kelas lain dan tentu saja akan menjadi bahan bullyan juga jika berbuat kesalahan.
Yee...jangan salah.Duduk di kelas ini memang kesannya "wah", secara kan kelas paling dihargai satu sekolahan.
Tapi, akan lebih "wah" lagi kalau sewaktu-waktu kau berbuat salah. Kesalahan sekecil apapun itu, di mata guru dan siswa lain tetap aja namanya masalah, masalah oleh kelas 9A, gak banget!
Kelas kami ini didominasi oleh gadis-gadis. Dari 20 orang penghuni, etdah penghuni😂.
Laki-laki nya hanya ada 7 orang( kalau gak salah). Jadi yah mereka bisa limited edition lah.Duduk di kelas terpilih, panutan, tidak menjamin sikap para laki-laki ini menjadi panutan juga. Tidak sama sekali.
Lihat saja, kayak pagi ini, kami mendapat masalah besar, dari guru sejarah yang, alamak nyeremin ah.Sampai detik ini aku tidak lupa dengan hari ini, huft.Ini kelas mata pelajaran Sejarah, diajarkan oleh Pak MH(inisial) , sekaligus Wakasek di sekolah ini. Terkenal galak, suka mukul, suka menghukum, aish banyaklah. Tapi, balik lagi, siswa dihukum pasti ada alasannya kan.
Pagi ini, mata pelajaran pertama segera dimulai setelah bel masuk kelas dibunyikan. Mata pelajaran Sejarah, welcome horor class.
Gletak, gletuk, gletak,gletuk.
Itu suara sepatu pantopel milik Pak MH. Semacam lonceng kematian saja ah.Liat saja wajah- wajah satu kelas ini, tegang. Ingat, ini kelas panutan loh, kelas 9A, artisnya sekolah. Tapi di depan Bapak ini, sama saja, nyali kami menciut.
"Selamat pagi."
"Selamat pagi, Pak" jawab kami serempak.
Semua siswa sibuk mengecek kiri kanan, ada kesalahan tidak? Apakah semua sudah berada di tempatnya? Semua memastikan seragam masing- masing, cek, lengkap. Tidak lengkap sama saja dengan membangunkan singa galak, seram. Siap-siap saja, balok bambu yang tergeletak di meja depan sana, menyapa kulitmu, memberi tanda cinta, cinta mbahlulmu, panas oi kalau sampai kayu itu bersentuhan dengan kulitmu.
"Kalian sadar apa kesalahan kalian?"
Deg, matilah kami sekelas.
Semua siswa di kelas ini tak bersuara, aku rasa seandainya ada jarum yang terjatuh maka akan sangat kedengeran.
"Sudah berapa kali saya ingatkan, setiap pagi, tempat sampah yang ada di setiap depan kelas, harus sudah dikosongkan"
Tuhkan, para laki- laki di kelas ini penyebabnya. Hal sekecil itu saja dilupakan. Tidak bisa diandalkan ah. Satu yang salah artinya semua siap menanggung akibatnya.
"Kalian ini memang bebal, ........."
Sesi ceramah yang panjang, ah lupakan lah. Yang mau aku ceritakan, inti dari ceramaha ini oi.
Setelah selesai di sidang, seluruh siswa di kelas mendapat sentuhan cinta balok bambu yang aku sebutkan di atas. Nah, disinilah bagian yang paling aku ingat.
Semua siswa wajib membuka telapak tangan, menghadap ke atas, lalu menerima pukulan sebanyak 2 kali. Sumpah , Bapak ini memukul gak main- main. Tiba giliranku, iya giliranku.
Mungkin karena posisi telapak tangan yang tidak lurus , akibatnya ketika memukul, balok kayu bukannya mengenai telapak tanganku melainkan mengenai pergelangan tangan, kencang.
Aku bisa merasakan nyeri pada denyut jantungku, ah, aku baru ingat, pergelangan, nadi, nadi dan pembuluh darah ke jantung, pantesan.
Dan aku bersumpah, jejak balok bambu ini tercetak dengan jelas di pergelangan tanganku, biru keungu-unguan. Sakit, panas, perih, bercampur menjadi satu. Aish.
Aku yakin setiap kita yang menginjakkan kaki di bangku sekolah, pasti punya pengalaman yang berbeda- beda kan. Inilah salah satu ceritaku.
That's! memorable banget sampe hari ini. Aku menulis ini tanggal 15 september 2019. Dan inti tulisan ini terjadi sekitar tahun 2012( aku kelas 9 SMP) ,,hohohooooo 7 tahun yang lalu,alamak!!