♬ • ° . • . °. • ♪
Angin bersiul menerobos masuk dari celah udara dikamarku, hawa yang dingin dimusim ini, membuatku berdesis. Bahkan selimut superku tidak bisa membuat tubuh ini hangat.
Aku mendekap diri, kuingat beberapa kejadian yang menyebalkan disekolah. Aku menatap nanar di kegelapan lalu mendekap diriku sendiri.
Hah..
Nafasku, aku bisa mendengarnya. Sangat berat, serak dan rapuh.
Ingin kututup mata ini, namun aku takut...
Aku takut semua potongan kejadian itu menghantuiku lagi.Aku, mengantuk..
Aku lelah...
Aku sangat lelah..Namun mataku tidak bisa kuajak kompromi. Mereka, dua benda kecil seakan senang mempermainkan tubuhku yang lemah ini. Gara-gara mereka aku tidak bisa tidur.
Bodoh
Aku menyingkap selimut lalu mendorongnya dengan kaki, aku sudah tidak peduli akan dingin itu.
Seketika, cahaya lampu terlihat dari luar. Cahaya itu tepat mengenai mataku, cahaya teduh yang masih bisa kutatap. Seketika, aku terbayang kejadian itu lagi.
Sekolah,
Banyak orang mengatakan, bahwa masa-masa kecil mereka menyenangkan, disekolah mereka menemukan banyak teman, mereka tersenyum..
Tertawa..
Bahagia..Hei, kau tau?
Aku sangat lelah..
Aku lelah memakai topeng ini.
Seakan tidak ada yang peduli, mereka datang dengan keadaan menangis kehadapanku, namun disaat senyum itu menyapa, mereka pergi lagi meninggalkanku. Semua sama saja.Aku teringat beberapa quotes yang ada di Timeline.
Katanya, aku sedang berada di betadine zone.
Bagaikan tebu, setelah manisku hilang, aku dibuang..Hari berlalu seperti sebuah pengulangan, aku selalu merasa sesak didada...
Sakit
Disaat kelas sedang jam kosong, semua temanku bergerombol menggosipkan banyak hal. Aku melihat sekeliling, aku muak sekali. Banyak orang berkumpul dengan geng mereka masing-masing. Aku hanya bisa diam..
Melihat mereka, tawa mereka..Lelah sekali, tolong aku...
Disaat aku sudah tidak tahan lagi, aku berlari keluar kelas.
Aku berlari ke Toilet sekolah.
Yah, mungkin disana tempat yang cocok buatku.
Aku masuk, bersandar di tembok yang dingin, lalu berjongkok.
Kulihat cahaya yang masuk dari jendela kusam itu. Cahaya yang mengatakan bahwa aku harus bercerita disana.Cahaya itu adalah Tuhan..
Ya, hanya beliau yang bisa mendengarku, mengerti curhatanku tanpa mengejek keadaanku. Beliau diam-diam selalu memberikan perkabulan.Setetes berlinang, lalu semuanya lolos begitu saja.
Tuhan..
Aku lelah sekali sudah berapakali aku ucapkan kata itu?
Apa aku tidak bisa mempunyai satu teman saja yang memiliki perasaan yang sama denganku? Aku berharap.. Aku berharap aku memiliki teman seperti diriku.
Kami akan berbagi, bersama mengerti satu sama lain.Seketika cahaya itu redup, aku mengedipkan mataku
Lagi-lagi aku terbayang semuanya.Bahkan orangtuaku tidak tahu sakitku. Mereka tidak mau tahu.
Yang mereka tahu hanyalah, aku baik-baik saja. Aku tersenyum setiap hari tanpa adanya beban.Semua menghantuiku, mereka menuntut agar aku sukses sesuai keinginan mereka.
Aku hanyalah boneka.
Hahaha..Jujur saja, aku tidak bisa melihat masadepanku seperti halnya kegelapan.
Aku sesak, aku merasa risih sekali, aku ingin meledakkan semuanya.ARGH!
Itu suara hatiku, yang membeludak ingin bebas.
Aku ingin menangis, aku lupa caranya menangis...Seseorang, tolong aku...
Aku butuh seseorang yang bisa melihat topengku, menanyakan semuanya tanpa menyerah lalu mendekapku...
Sehingga aku bisa menangis sepuasnya.Iam lonely here...
•••End•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely
Short StoryDi zaman yang sudah berubah, begitu banyak perasaan-perasaan yang disembuyikan oleh umat manusia. Senyum mereka, bukanlah pertanda bahwa mereka bahagia. Sebenarnya, beberapa orang memiliki masalah di dalam hidup mereka. Novel ini merupakan kumpulan...