Fourteen ☀️

3.1K 467 42
                                    

"Rapat akan dimulai setelah jam makan siang selesai dan di saat itulah kita akan masuk." Lucas yang duduk nyaman kursi dekat ranjang menjadi pusat perhatian orang-orang yang berada dalam ruang ICU Tuan Wong.

"Kenapa sebelum rapat?" Seongwoo bertanya. Lucas mengendikkan bahunya, "Karena rapatnya belum dimulai?"

Seongwoo menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Aku lebih memilih untuk melakukannya saat rapatnya berlangsung."

"Kenapa?" dahi Lucas berkerut dalam.

"Yah, karena lebih keren seperti itu."

Setelah menghela nafasnya, Lucas memijat batang hidungnya. "Ya Tuhan..." terkadang Seongwoo sulit diajak untuk tidak bercanda.

"Aku tahu maksudmu tadi bercanda, tapi aku juga ingin melakukannya saat rapatnya berlangsung." Lee Donghae yang bersandar di sudut ruangan bersuara. Sebelah matanya mengedip pada Seongwoo dan ibu jarinya teracung pada kekasih Daniel itu.

"Ayah rasa kapan pun itu tidak akan masalah walaupun harus ayah akui ide Seongwoo memang... memiliki sesuatu yang istimewa. Rasanya seperti sebuah film." Tuan Wong turut menambahkan.

"Oke, kita lakukan saat rapat berlangsung." putus Lucas. Perbincangan pun berlanjut hingga satu setengah jam sampai akhirnya waktu istirahat untuk Tuan Wong tiba. Semua yang memprioritaskan kesehatan pimpinan sesungguhnya itu keluar dari ruangan dan membiarkan pria tua itu memejamkan matanya.

"Aku dan Daniel akan makan malam di tempat biasa, kau ingin ikut?" tawar Seongwoo. Tangannya menekan tombol turun pada lift.

"Tidak, terima kasih. Jungwoo sendirian, dia pasti kesepian seminggu belakangan ini." Lucas menolak.

Seongwoo pun mengangguk-angguk kecil. Baik dirinya maupun Lucas hanya sempat bertemu beberapa jam saja dengan Jungwoo selama seminggu ini. Waktu bagi Lucas untuk mengembalikan apa yang menjadi miliknya dan ayahnya semakin dekat dan semuanya harus berjalan sesuai rencana. Tidak boleh ada celah pada bukti, mereka semua harus memastikan bahwa paman dan bibi Lucas terpojok seperti tikus terperangkap pada jebakan.

"Belilah donat atau apapun yang manis. Jangan lupa untuk mengajaknya berjalan-jalan, aku yakin dia pasti bosan dan kesepian. Sampaikan salamku padanya." Seongwoo melambai kecil sebelum keluar dari lift mendahului Lucas.

Lucas melangkah keluar menuju lobi. Dapat dia lihat mobil Daniel yang semakin menjauh dari rumah sakit. Akhirnya Lucas melangkah ke halte dan menunggu bus seraya mencari toko roti yang tidak jauh dari wilayah kompleks Seongwoo di ponselnya.

Apa yang Jungwoo sukai?

Lucas tidak tahu, yang dia tahu adalah Jungwoo akan menjawab dengan jawaban yang sama jika Lucas bertanya. Ada juga kemungkinan Jungwoo akan menolak.

Lucas terus mempertimbangkan apa yang harus dia berikan pada Jungwoo sepanjang perjalanannya di bus. Setelah dirinya sampai, matanya terpaku pada toko bunga yang dekat dengan tempatnya berdiri. Tanpa menunggu apapun, Lucas masuk dan membeli sebuket bunga matahari. Tak lupa bertanya pada sang penjual dimana dia bisa membeli roti dan kue yang lezat.

Dan di sinilah Lucas berada, toko roti yang menawarkan begitu banyak roti juga kue, membuat Lucas kewalahan untuk memilih. Uang yang dia bawa terbatas, Lucas hanya bisa membeli sekitar setengah lusin.

"Untuk kekasihmu?"

Lucas menoleh dan tersenyum kikuk pada wanita tua yang berdiri di sampingnya. Kepalanya mengangguk dengan kaku. "I-iya, nyonya."

Wanita itu menampakkan senyum keibuan. "Sepertinya kau kebingungan, biar aku bantu. Seperti apa gadis beruntung itu?"

"Eh?" Lucas tertegun mendengar kata gadis yang keluar dari mulut wanita tua itu. "Maaf nyonya, kekasihku... dia bukan perempuan."

With You [LuWoo | CasWoo] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang