Happy Reading:)
" Jeslyn.." Panggil Bryan kepada seorang gadis berambut cokelat yang tengah menangis itu.
Namun tidak ada sahutan apapun dari Jeslyn. Hanya suara isakan kecil yang terdengar dari bibir gadis yang bergetar itu.
" Jeslyn.." Panggil Bryan sekali lagi. Bryan terkejut saat mendengar tangisan Jeslyn semakin kencang. Seketika ia merasa panik. Entahlah, tapi seakan hatinya ikut merasakan pedihnya gadis ini.
" Hiks..hiks.. kenapa? Emang nya sa...salah gu..gue itu apa hah? Hiks.." Terdengar gadis itu mulai membuka suaranya.
Bryan menjalan mendekat. Meski langkahnya terasa berat, namun tidak membuatnya berhenti. Perlahan tangannya menyentuh kedua pundak gadis di hadapannya. Ia ikut duduk di sebelah Jeslyn.
" Jeslyn..Hey, tatap gue please," ucap Bryan sembari mencoba mengangkat kepala Jeslyn yang tertunduk.
" Hiks.."
Matanya yang sembab, hidungnya yang memerah dan pipinya yang sudah banjir air mata. Bryan melihat semua itu. Semua rasa sakit yang sudah lama tergores.
Betapa hebatnya gadis ini. Ia tidak membiarkan orang lain mengetahui masalahnya. Lebih baik lagi ia memendamnya tanpa melibatkan orang lain. Biarlah ia menangis sendiri tanpa gangguan yang justru membuatnya akan
merasa lebih sakit lagi." Kenapa semua nya jahat ke gue? Gue punya salah apa sama mereka? " Ucap Jeslyn sambil menatap Bryan penuh harap. Ia menginginkan jawaban itu.
" Gak! Lo gak salah apa apa disini. Mereka itu cuma sirik sama lo! Percaya deh sama gue." Jawab Bryan dengan tatapan datar namun serius dan meyakinkan.
" Hahaha.. Apa tadi lo bilang? Mereka sirik? Sirik sama gue yang miskin ini, iya? "
Jeslyn sama sekali tidak mengerti akan permasalahan yang melanda. Yang pasti hatinya begitu sakit. Ia hanya lah seorang murid biasa yang beruntung untuk memasuki sekolah mahal seperti Tartron.Namun kenapa para murid membencinya? Rasanya ia tidak melakukan hal yang lazim di lakukan agar patut di benci. Jeslyn lelah! Lelah akan hinaan yang di lontarkan setiap saat padanya.
Bryan terpaku mendengar pertanyaan Jeslyn. Memang ia tidak tahu apa apa karena ia murid baru disini. Namun ia tahu yang salah disini bukanlah Jeslyn, gadis di hadapannya yang sedang menatap nya menunggu jawaban.
" Jeslyn, denger gue. Mereka sirik sama lo itu ya.. mungkin karena lo cantik. Iya..lo itu cantik." Entah iblis apa yang tengah merasuki Bryan saat ini yang membuatnya
melontarkan kalimat yang mungkin membuat para gadis akan terbang mendengar pujian dari cowok ganteng." Gak kok..di Tartron banyak malah cewek cewek yang lebih cantik di bandingkan gue. Mata lo katarak kali. Cantik darimana coba? "
Bryan merutuki dirinya sendiri yang salah ucap. Ia pikir Jeslyn akan sedikit terhibur dengan mengucapkan itu. Tapi tidak. Ia malah mendapatkan pertanyaan yang lebih rumit lagi.
" Mmm...Atau gini.. mereka sirik sama lo karena lo itu jalan bareng sama cowok ganteng kek gue." Jawab Bryan begitu Pede seraya menyisir jambul kebanggaannya ke belakang.
Jeslyn yang mendengar itu tidak bereaksi apa apa. Pipinya justru berkedut jijik. Sungguh, bukan itu jawaban yang Jeslyn inginkan.
" Kalo gitu lo gak usah usah dekat gue deh. Iya kan? Biar mereka gak sirik lagi sama gue." Jawab Jeslyn yang ingin melihat seperti apa respon yang Bryan berikan.
Bryan membulatkan matanya. Sungguh ia tak bermaksud begitu.
Ck! Kek nya dari tadi gue salah jawab mulu dah. Batin Bryan yang kesal kepada bibir seksi nya yang sembarang bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
J and B
Teen Fiction" Ja..jadi elo itu sebenarnya.." Jeslyn tidak sanggup menyelesaikan kata katanya " Maaf.." Satu kata! Hanya itu yang bisa Bryan katakan untuk saat ini. Ia menyesal telah menyembunyikan semua ini dari Jeslyn. " Gak..gak..ini gak bener! hiks..dunia ga...