Part 2

13 1 1
                                    

Malam ini Shana sedang hanyut dalam dunianya sendiri, sebuah buku novel dengan didampingi es teh anget bikinan sang ibu. Ia terlalu serius membaca hingga tak ayal jika ia menangis karena membaca part yang menurut nya dapat menguras hati.

Tiba tiba dari arah jendela terdengar seperti ada lemparan batu kerikil. Shana mengadah, namun hanya sebentar dan kembali melanjutkan aktivitasnya. "Palingan burung" Gumamnya.

Hingga terdengar sampai ketiga kalinya, Shana mulai bangkit dan saat hendak membuka Jendela ia mendengar seperti ada suara orang terjatuh. "Panji?" Tebak nya.

Shana pun dengan segera membuka jendela dan mendapati Panji yang sedang duduk di balkonnya seraya meluruskan kaki nya, yang seperti nya keseleo saat lompat tadi. "Ngapain lo?" Sungut kesal Shana.

"Gue udah Chat lo, nggak dibales, gue timpuk jendela lo, enggak digubris, yaudah gue main ke sini." Ucap nya seraya tertatih tatih memasuki kamar Shana. "Oh jadi ini penyebabnya." Tebak Panji ketika melihat sebuah novel dikasur Shana.

"Eh eh, sini. Jangan kotori Novel gue sama tangan lo." Ucap Shana sarkas.

"Biasa aja kali Shan. Gue cuma bosen dirumah."
Ujar panji. Tangannya masih mengurut kaki nya yang sedikit cedera tersebut.

Shana yang melihat nya pun turun tangan dan beranjak mengambil minyak urut dilaci kamarnya. " Bukanya udah ada pacar baru yah, kok bosen." Tanya Shana.

"Gimana gak bosen, anak mama gitu. Diajak keluar dia gak mau, dan ini baru juga jam 9 udah disuruh tidur. Shh... Sakit Shan. Bosen gue palingan besok gue putusin. Shh...hhh... Sakit bego! " Jawab Panji dengan rintihannya menahan sakit saat Shana sengaja mengurut kakinya lebih kencang.

"Lah?! Baru juga tiga hari masa mau diputusin. Kasian anak orang Pan." Shana merasa iba, pasalnya setiap cewek yang jadian sama panji pasti berujung kecewa, paling lama panji hanya sampai sebulan berpacaran.

"Biasanya juga gitu kali Shan."

"Yah seenggaknya jangan matahin hati cewek mulu pan, kena karma baru tau rasa lo. " Ucap Shana sadis.

"Shan, kita udah berapa lama sih sahabatan?"

"Gatau, sejak orok maybe."

"Hampir 17 tahunkan, lo nggak tertarik gitu?"

"Tertarik apaan?"

"Jatuh cinta sama gue. Secara gue kan tampan. " Ucap Panji percaya diri. Shana yang mendengar itupun kembali melayangkan sebuah bantal kecil ke wajah Panji.

"Mimpi lo!" Ucap Shana merajuk.

Panji pun hanya senyum senyum seperti orang gila. " Shan kalau kita jodoh gimana?" Tanyanya lagi.

"Gak akan!"

"Ih jodoh nggak ada yang tau Shan, Siapa tau coba?" Ujar Panji menyakinkan.

"Nah maka dari itu, karena jodoh nggak ada yang tau, jadi lo stop deh mikir yang aneh aneh." Ucap Shana kembali kesal. " Lo Tau fungsi pintu depan kan? Jadi kalau kesini lagi mending pake cara normal pan. Ini udah kesekian kalinya lo keselo." Ucap Shana mengalihkan pembicaraan.

"Cie yang perhatian, jadi tambah sayang nih " Jawab Panji menggoda.

"Terserah!"

•••

Shana diam dan melanjutkan kegiatan sebelumnya yaitu Membaca Novel. Ia sengaja mengacuhkan Panji dan tidak meladeni omong kosong nya lagi.

"Shan Gue laper."

Hening.

Tak ada jawaban dari lawan bicaranya. Rasanya Panji muak, pasalnya alasanya kesini adalah karena ia bosan dirumah dan kini ia dikacangin. Sungguh nestapa hidup ini.

"Shan, Makan yuk, Soto Betawi depan komplek mau gak? Gue traktir. " Tawar panji.

Shana yang mendengar salah satu makanan kesukaanya pun segera menoleh kearah Panji dan memasang senyuman lebarnya. Ia oun jadi bersemangat sekarang. Ia menarik tangan Panji untuk segera keluar.

" Panji? Kok keluar dari kamar Shana?" Tanya Darmawangsa - Ayah Shana. Darma menatap Panji curiga.

"Iya Yah, tadi panji main masuj aja kekamar Shana, Makanya Shana tarik keluar." Jawab Shana mencoba tidak gugup.

Ayah Shana hanya geleng-geleng kepala tak percaya. "Dasar remaja jaman sekarang. " Gumamnya, namun masih dapat didengar oleh Shana dan Panji.

"Nak Panji nanti kalau main lewat pintu depan yah, kasian loh nanti jatuh kan bahaya. " Tambah Dania - Ibunda Shana. " Udah jatuh Kali bu." Jawab Shana.

"Ya ampun, toh yah lain kali jangan nyeleneh nak Panji. Ada ada saja toh, terus gimana parah kah?" Tanya Dania.

"Enggak kok Tan, cuma keseleo tadi udah diurut juga sama Shana." Jawab Panji sejujurnya.

"Apa?! Kalian udah main urut urutan?! Wah wah Ibu, gimana nih harus dinikahin segera nih mereka." Raka menatap menuh harap oada sang ibu.

"Apaan sih mas, orang Shana ngurut kaki nya Panji yang keselo doang ih. Mikir apa sih." Sela Shana dengan sarkas.

Dania hanya tersenyum melihat tingkah laku anaknya, ia jadi teringat jaman dulu ketika ia masih remaja. "Sudah toh mas, jangan diledekin adek mu itu." Bela Dania.

"Tan, Shana sama Panji mau ijin kedepan mau makan soto." Izin Panji ketika ia sudah merasa cukup lama disini. Dan pastikan perut dia sudah sangat lapar sekali.

"Wah kebetulan pan, Mas juga lagi lapar, mas nitip gado gado karet dua yah." Pinta Raka tak tau diri. " Apaan sih Mas raka kita tuh mau makan soto kali. Bukan gado gado." Jawab Shana.

"Pelit kamu dek, tinggak belok dikit doang aja "

Sudah! Panji tak tahan lagi ia segera mengiyakan permintaan Mas raka - kakak dari Shana tersebut. Sedangkan Shana ia kesal dengan Mas nya dan ia berniat membelikan gado gado Karet tiga untuk Mas nya.

Crazy Seatmate.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang