Part 3

10 5 0
                                    

"Uhh.. Punggungku." Akila membuang tas kecilnya sembarangan setelah mengambil ponsenya kemudian melemparka tubuhnya diatas kasur.

"Akila." Teriakan dari luar kamar dan langsung membuka pintunya. Akila hanya menutup matanya rasanya dia sangat lelah.

Tadi setelah singgah di Apartemen Safyra untuk mandi mereka langsung pergi jalan-jalan di Mall.

"Kila kebiasaan deh.. lepas sepatu dulu baru tidur sayang." Mama Akila masuk dan duduk di ranjang lalu melepaskan sepatu Akila yang masih dipakainya.

Akila tidak membuka matanya dan tetap menutup matanya. ia merasa matanya sangat berat tapi dia mendengarkan setiap ucapan Mamanya.

"Akila makan yuk. Mama udah masak banyak hari ini khusus buat kamu."

"Akila mandi dulu ya. Habis itu turun buat makan malam."

Tidak mendapat respon Mama Akila menghembuskan nafasnya pelan. Dia menguatkan hatinya mungkin Akila sangat lelah jadi dia tidak mau membuka matanya.

"Yaudah Mama tunggu di bawah ya. Di sana juga ada Papa sama Kakak mereka nggak mau makan kalau kamu nggak turun sayang."

"Kila bangun dong sayang. Jangan bikin Mama khawatir."

Akila mendengar itu memaksa matanya untuk terbuka walau pun sayup. "Akila nggak papa Ma. Iya nanti Akila turun tapi Akila istirahat dulu yah Akila lelah. Mama Papa sama Kakak makan aja duluan ya nggak usah nunggu Akila turun."

Penjelasan Akila membuat Shila khawatir. "Sayang kamu nggak papa kan? Apa yang sakit? Kita ke dokter aja ya?"

"Nggak papa Ma Kila hanya butuh istirahat sebentar." Shila hanya menghembuskan napasnya. Dia tau anaknya yang satu ini dari dulu memang sangat keras kepala.

"Yaudah. Istirahat aja dulu. Nanti makannya Mama bawa ke kamar." Akila mengangguk pelan kemudian menutup matanya kembali. Shila yang melihatnya tidak tahan untuk mengusap kepalanya pelan.

Dalam matanya mengisyaratkan kesedihan. Sejak dua tahun lalu dia memutuskan pelan-pelan lebih dekat dengan anaknya yang satu ini walau pun. Rasanya sudah sangat lama dia tidak melakukan hal seperti ini. Shila hanya tersenyum kemudian mengecup dahi Akila lembet kemudia keluar dari kamar.

Akila yang menutup mata merasakan getaran asing merambat di hatinya disaat Shila melakukanya. Dia hanya diam tapi air matanya tak bisa berbohong.

***

Jam setengah sebelas Akila bangun kepalanya agak sedikit pusing. Dia merangkak turun dari ranjang setelah menginjak lantai dia merasa dingin.

"Duh kok dingin sih? mana yah sendal ku?" Dia mencari-cari ternyata sendalnya ada dibawah meja belajar.

"Nah.. kenapa ngumpet sih." Akila berjalan menyalakan lampu. Tatapannya tertuju pada nakas yang sudah ada makanan kesukaannya dan susu.

"Pasti udah dingin. Umm nggak papa deh yang penting masih bisa di makan. Lebih baik mandi dulu."

Lima belas menit kemudian dia keluar dengan baju mandinya berwarna  pink muda dengan rambut yang dibungkus dengan handuk dengan warna yang sama.

Akila mengambil makanan di nakas dan membawanya di meja belajar. Dia tersenyum lebar sambil memegang sendok dan garpu di kedua langannya yang di angkat setengah kepala. "Selamat makan."

***

Akila terbangun karena dengan tiba-tiba seseorang langsung membuang tubuhnya diatas kasur disampingya.

"Iss ngapain sih?" Akila menggosok matanya lalu menguap.

"Udah boleh bangun. Udah jam berapa ini? Sholat dulu." Akila melihat jam dinding menunjukan pukul empat dua puluh.

"Iya iya ini udah bangun. Awas minggir." Orang itu malah menutup matanya mengabaikan Akila lalu memeluknya.

"Iss Kakak. Bangun dong gimana aku mau bangun kalo kayak gini. Minggir." Akila mendorong tubuh kakaknya sampai dia jatuh dari ranjang.

"Aduhh.. Dek kok kasar sih." Bukannya merasa ibah Akila malah maleletkan lidahnya kemudian berlari ke kamar mandi.

"Suruh siapa main ngebet, makanya cari pacar biar ada yang bisa dipeluk-peluk manja." Teriak Akila dari kamar mandi.

Anggara bengong sementara, setelahnya dia menggelengkan kepala sambil terkehek lalu tersenyum lembut.

Akhinya dia bisa melihat adiknya tersenyum ceria.


______
Happy your day💐💐

AkilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang