Does he spies me?

4.1K 276 37
                                    

Naruto tahu apa yang membuat rasa kantuknya hilang seolah ditarik paksa dari tubuh. Kedatangan sahabat lama memang sangat dinantikan oleh mereka yang pernah dekat. Menyalurkan rindu, berbagi kesenangan dengan celotehan atau tawa melengking, dan melakukan hal-hal remeh lainnya. Namun, karena ia sudah berlabuh di tempat yang jauh dari sahabat, Naruto memang belum pernah menghadiri reuni sekolah.

Tapi sekalinya reuni ia mendapat jackpot.

Mata birunya mencuri pandang pada pria yang tengah duduk tenang di dalam cafe. Saat tak sengaja bertemu pandang langsung beralih pada cairan hitam yang tengah diaduknya.

"Kudengar kopi hitam disini terkenal."

Naruto meringis dalam hati saat gerak tubuh dan pikirannya tidak seirama. Cafenya sudah tutup beberapa jam yang lalu, dan seharusnya ia tidak mengizinkan pelanggan selanjutnya untuk bermalam. Namun, dirinya membiarkan Sasuke berjalan santai untuk duduk di salah satu kursi dan memandangnya tanpa ekspresi.

Sungguh canggung!

Nurani sudah menegaskan untuk tidak menerima siapapun mengingat dirinya juga akan pulang. Tapi semua itu hanya tertahan sebatas tenggorokan. Mulutnya terlalu sulit untuk mengeluarkan sepatah kata bahwa tempat ini sedang tidak beroperasi.

Apa orang itu tidak melihat sign board yang menunjukkan closed?

Pria raven itu sangat menyadari betapa jelasnya Naruto berusaha untuk mencuri pandang. Bahkan gerak tubuhnya itu terasa kaku di mata. Mata elangnya tak pernah lepas dari postur tubuh yang terlihat semampai namun kokoh itu. Tapi agaknya sedikit sintal saat pandangannya turun pada pinggul dan dua bongkahan yang terlihat menyegarkan itu. Astaga, ingatkan Sasuke jika ia sedang terang-terangan menelanjangi seseorang lewat tatapan.

Ia menyangga sebelah pipi dengan buku jarinya, terus menyorot seolah tengah melepas ribuan anak panah pada pria pirang keemasan yang berdiri beberapa meter di seberang counter pelayanan. Saat melihat dua belah bibir yang semakin berisi itu pikirannya bertanya-tanya. Siapa orang yang pernah menciumnya selama ini?

Naruto menghela napas ringan dan berlalu menghampiri sang empu yang setia memandangnya. Tak. Secangkir kafein yang terlihat pekat mendarat di atas meja. Sasuke memandang sekilas cairan yang ia gemari itu dan kembali menangkap gerakan slow-motion pada pria pirang yang duduk menyusul menghadapnya.

Tidak ada sahutan keras yang biasa orang lakukan ketika berjumpa dengan teman lama atau sekedar pelukan hangat untuk melepas rindu. Naruto kentara menelusuri setiap jengkal orang yang datang ke cafenya di tengah malam seperti ini. Temannya itu bahkan membiarkan rambutnya memanjang menutupi wajah tegas putihnya. Tubuhnya terlihat kuat dan kokoh dibalik kemeja dan vest yang dikenakannya itu. Naruto bahkan harus kembali menilik ulang satu per satu detail orang bermarga Uchiha tersebut untuk meyakinkan diri.

Sasuke muncul sebagai sosok lain yang belum pernah ia temui pada sisinya. Gurat wajah yang dewasa cukup membuatnya terkesan akan aristokrat yang melekat. Sekilas Naruto tersenyum. Rasanya sudah berapa tahun mereka tidak bertemu?

Tentu semua itu tak luput dari perhatian manik sekelam malam. Naruto terus memperhatikan seakan tiada hari esok sesaat dirinya menyesap kopi. Sekilas Sasuke mendesah pelan seraya meletakkan cangkirnya. Ia masih mampu untuk mengendalikan diri. Itu hal mudah.

Namun, bagaimana jika sapphire itu terus mengamati dengan senyum menawan seperti itu?

"Bagaimana rasanya?" Naruto mengedipkan mata memandang tepat pada obsidian yang menyorot. Ia sempat menangkap suara halus Sasuke setelah meletakkan cangkir. Jujur Naruto sedikit cemas jika mengetahui kopi buatannya itu ternyata tidak memenuhi selera pria dihadapannya.

𝕎𝕙𝕖𝕣𝕖'𝕤 𝕞𝕪 𝕝𝕠𝕧𝕖? (𝚂𝚎𝚚𝚞𝚎𝚕 𝙰𝚗 𝙾𝚕𝚍 𝚃𝚊𝚕𝚎)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang