Naruto berdeham, lalu menegak air putih dengan cepat. Seorang wanita bersurai pirang pucat duduk anggun dihadapannya tanpa mengalihkan perhatian. Restoran bintang lima khas Perancis yang berdiri di pusat kota ia kunjungi sekitar lima belas menit lalu karena sebuah pesan muncul di notifikasi.
Naruto tidak bodoh untuk mengetahui apa yang tengah direncanakan Shion– wanita yang berada dihadapannya sekarang. Pendekatan diri, dan hal yang menurutnya merepotkan sedang wanita itu luncurkan pada mantan teman kuliahnya dulu.
“Jadi, bagaimana? Kau tahu paman Minato secara sukarela memberikan dua tiket padaku untuk berlibur ke Hawaii. Tentu saja aku mengajak anaknya,” suara wanita dewasa yang terdengar merajuk membuat Naruto mengalihkan perhatian ke pengunjung lain yang baru berdatangan. Sungguh, jengah juga ia lama-lama disini.
Pria itu tahu jika ayahnya seperti itu hanya untuk mendekatkan keduanya. Dulu, Shion pernah mengunjungi rumahnya untuk melakukan sebuah riset yang menjadi tugas kuliah. Tentunya memakan waktu lama hingga masuk jam makan malam, Tsunade menawarinya untuk bergabung di atas meja makan. Tak lama, Minato datang berkunjung untuk menjenguk sang anak seperti biasa, dan melihat Shion yang ia sangka adalah kekasih sang anak.
Namun, melihat penyangkalan yang diutarakan oleh Naruto membuat Minato mengerti. Anaknya itu memang tidak berniat menjalani hubungan. Tidak, masih belum. Saat Shion melakukan casting untuk menjadi seorang aktris ia berhasil lolos. Tak sengaja wanita itu bertemu dengan Minato ketika sekembalinya ke Jepang untuk menentukan lokasi syuting.
“Aku harap bisa mempunyai calon menantu sepertimu, Shion.”
Itu adalah sebuah prestasi diatas semua penghargaan seni yang pernah ia dapat. Hari itu adalah hari terbaik seorang Shion. Diundang makan malam bersama ayah seseorang yang ditaksirnya, diberi kesempatan langsung untuk mendapatkan hati sang anak, serta diharap menjadi menantu dari sang doi. Nikmat apalagi yang bisa wanita itu dustakan?
Shion tersenyum penuh kemenangan. Seorang pelayan menuangkan anggur merah hingga seperempat gelas, lalu dicecapnya dengan khidmat. Oh, ia sungguh beruntung mendapat restu secara tidak langsung seperti itu.
“Aku tidak ikut, kau cari yang lain saja.” Naruto menyahut datar, tanpa minat. Pria itu menusuk manisan apel yang disajikan, dan memakannya. Seharusnya ia bisa makan tenang disini. Tapi bahkan selera makannya saja sudah hilang entah kemana.
Sontak Shion menatap tajam saat mendengar penuturan sang empu. Wanita itu meletakkan gelasnya dengan sekali hentak. Wajahnya kian memerah menahan emosi saat mendapat penolakan seperti itu.
“Bagaimana kalau aku memaksa?” Shion berusaha menormalkan nada suaranya. Ia masih terus menyorot wajah tan dihadapannya yang tengah menyangga sebelah pipi, terlihat bosan. Sungguh, kenapa rasa kesalnya tertutupi oleh rona merah di pipi saat melihat wajah Naruto yang sedang seperti itu?
Ingin rasanya Shion mengelus.
Tidak, ia sangat kesal dengan pria pirang itu. Tidak seharusnya Shion kalah dengan perasaannya sendiri.
“Kau kan punya mantan kekasih, siapa namanya? Ukataka? Katakuta?”
“Utakata!” ralat Shion terpaksa. Ia bahkan sangat malas menyebut nama itu. Oh ayolah, Shion tidak datang kesini untuk membahas orang luar diantara keduanya. Lagipula, itu mantan kekasihnya saat masa kuliah dan ia sudah move on.
“Ya, itu maksudku. Kenapa kau tidak balikan, lalu mengajaknya liburan?” pertanyaan Naruto yang ini cukup membuat Shion geram. Wanita itu mengepalkan tangannya diatas meja. Sungguh, ia pikir Naruto tidak akan berbicara seolah merendahkannya seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕎𝕙𝕖𝕣𝕖'𝕤 𝕞𝕪 𝕝𝕠𝕧𝕖? (𝚂𝚎𝚚𝚞𝚎𝚕 𝙰𝚗 𝙾𝚕𝚍 𝚃𝚊𝚕𝚎)
Romance©Yukirin Shuu Status; Ongoing 🍀 Sequel An Old Tale 🍀 Uchiha Sasuke muncul sebagai orang yang berbeda bagai ilusi lamunan Naruto dihadapan sekat kaca cafe miliknya ketika jam sudah menunjukkan sepuluh malam, yang artinya cafe sudah tutup. S...