Forbidden Love 3

2.8K 456 11
                                    

Ben tertawa puas setelah menerima sebuah telpon dari salah satu anak buahnya yang mengabarkan lancarnya pekerjaan mereka untuk mengirimkan sebuah paket yang berisi ribuan pil dan tentunya dengan jumlah uang yang mencapai milyaran rupiah. Ben memberi apresiasi pada anak buahnya yang bekerja dengan baik yaitu memberikan mereka sebuah pesta di rumahnya serta bonus pundi-pundi rupiah yang mengalir ke rekening masing-masing. Sementara anak buahnya berpesta di luar sana, ia sendiri hanya cukup berada di kamar bersama seorang perempuan.

Perempuan itu keluar dari kamar Ben dengan kondisi yang acak-acakan, sementara di dalam sana sang bos besar tengah terbaring lelah setelah bermain gila bersama jalang yang entah siapa namanya.

"Huhh... para perempuan itu seperti narkoba untukku, aku terlalu kecanduan, namun... di antara mereka belum ada yang benar-benar bisa memuaskanku" gumam Ben.

Setelah membersihkan tubuhnya dan mengenakan pakaiannya kembali Ben keluar dari kamar yang selama ini hanya dipergunakan untuk acara kemaksiatan bersama para jalangnya. Seorang pria paruh baya yang telah lama bekerja dengannya berdiri tepat didepan kamar, pria itu pak Husein pria yang bisa dikatakan sebagai penasihat Ben, karena hanya pria itulah satu-satunya yang Ben dengarkan dengan baik nasehatnya.

"Pak Husein" sapa Ben pada pria berwajah datar itu.
"Selamat malam tuan" sapa pak Husein kembali.
"Malam" sahut Ben dingin.
"Saya lagi-lagi melihat seorang perempuan keluar dari kamar ini" ucap pak Husein.
"Hm benar sekali, ada masalah?" tanya Ben.
"Mau sampai kapan tuan bermain dengan para perempuan itu? kenapa tidak memilih satu perempuan untuk tuan jadikan pacar lalu tuan nikahi" ucap pak Husein.
"Menikah? kau tau sendiri pak Husein aku ini orang yang cepat bosan, dan aku pikir hidup bersama dengan orang yang itu-itu saja akan sangat membosankan, lagi pula tak ada sedikit pun dibenakku terlintas untuk menikah. Menikah dan berumah tangga itu hanya prinsip orang-orang kolot, sedang aku? aku modern pak... aku ingin bersenang-senang, selama aku bisa membayar para jalang itu kenapa tidak?" sahut Ben dengan sombongnya.
"Saya tau Tuan merasa senang dan bahagia saat bersama para perempun itu, tapi apa kebahagiaan itu selamanya bisa tuan rasakan? tidak bukan? Tuan hanya senang saat mereka berada di kamar tuan, setelahanya tak ada kebahagiaan yang tuan rasakan. Dan akan berbeda rasanya kalau perempuan itu adalah istri tuan sendiri" ucap pak Husein.
"Aku tau apa yang harus aku lakukan pak Husein" ucap Ben.
"Baiklah terserah tuan, yang pasti saya akan sangat menantikan hari di mana tuan akan bicara soal pernikahan" ucap pak Husein.
"Aku pergi dulu dan selamat malam pak Husein" ucap Ben yang kemudian berlalu dari hadapan pria paruh baya itu.

---

Dewi duduk di rooftop gedung apartemennya, ia tengah menikmati kesendiriannya menatap langit malam yang di taburi banyak bintang. Ya... perempuan cantik itu masih merasa kehilangan setelah ditinggal sang kekasih menikah, ia masih merasa terpuruk atas apa yang telah menimpanya. Kondisinya yang saat ini tengah berada di titik terendah hidupnya sangat bertolak belakang dengan pekerjaannya yang terlihat maskulin yakni sebagai anggota intelegen negara, ia juga perempuan biasa yang punya hati dan memiliki perasaan.

Seseorang berjalan menaiki rooftop sembari menghisap dan menghembuskan asap rokoknya, ia tersenyum menyeringai melihat perempuan yang duduk sendiri di tempat sepi itu.

"Biasanya perempuan yang suka menyendiri itu sedang ada masalah, bisa jadi ditinggal seseorang" ucap Ben yang membuat Dewi menolehkan kepalanya.
"Kita tidak saling mengenal, jadi jangan sok tau tuan" sahut Dewi kesal.
"Kalau begitu mari berkenalan agar saya tidak sok tau, Ben" pria itu menghampiri Dewi dan mengulurkan tangannya dan mengenalkan diri.
"Maaf saya tidak tertarik berkenalan dengan anda" Dewi berdiri dari duduknya dan menjauh dari tempat itu.
"Sombong, tapi cantik juga" gumam Ben sembari menatap punggung Dewi yang menjauh.

---

Jam tiga pagi Dewi keluar dari apartemennya, layaknya seorang intel ia mengenakan jaket kulit juga sepatu boots. Perempuan cantik itu menuju basement untuk mengambil mobilnya dan bergegas menuju markasnya, targetnya kali ini adalah penggerebekan ke sebuah rumah mewah yang disinyalir memiliki banyak barang haram tersebut.

Dewi bersama timnya berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, pemilik rumah itu berhasil di amankan bersama barang bukti yang tidak sedikit. Ben yang tak lain adalah bos besar dari pria yang tertangkap itu meradang marah saat tau salah satu anak buahnya tertangkap bersama barang yang bernilai ratusan juta.

"Sial!!! bagaimana bisa si bodoh itu tertangkap?!" teriak Ben marah, ia benar-benar kesal saat ini.
"Sepertinya dia sudah menjadi incaran akhir-akhir ini bos, akhir-akhir ini beberapa pria dan perempuan terlihat mondar-mandir di komplek perumahannya" ucap pria itu.
"Pastikan si bodoh itu tak menyebut namaku, tutup mulutnya kalau perlu habisi dia" perintah Ben pada salah satu anak buahnya.
"Baik bos" sahut anak buahnya.

Ben begitu kesal dan marah, ia perlu pengalihan sekarang. Pria itu memutuskan untuk pergi ke club malam di mana biasanya ada banyak jalang di sana. Jangan pikir club malam yang di datanginya adalah club malam pasaran, pria itu menyambangi club malam yang hanya bisa didatangi para pebisnis dan orang-orang berkantong tebal, di mana para jalangnya pun bertarif mahal.

Ben menyeringai saat melihat satu perempuan yang baru dilihatnya, ia yakin perempuan itu orang baru di club tersebut.

"Gue mau dia" ucap Ben pada bartender itu.
"Baik bos, tunggu sebentar" si bartender itu menghampiri perempuan tersebut, berbisik sebentar lalu kemudian ia membawa perempuan itu ke hadapan Ben.
"Hai bos" sapa perempuan itu.
"Saya baru melihatmu, temani saya malam ini" ucap Ben sembari menarik pinggang perempuan itu dan mengusapnya pelan.
"Bayarannya?" tanya perempuan itu memulai negosiasi.
"Jangan khawatir bos Ben terbiasa memberi bayaran mahal pada perempuan yang menemaninya" sahut si bartender.
"Baiklah kalau begitu" angguk si perempuan.

Ben tersenyum, ia mengeluarkan beberapa lembar ratusan ribu dan memberikannya pada si bartender sebagai tips, lalu mengajak perempuan itu ke salah satu hotel terdekat.

♥♥♥


Bab 3
20/7/2019

Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang