Forbidden Love 4

2.5K 432 9
                                    

Setelah menghabiskan malam bersama jalangnya pada pagi hari Ben keluar dari kamar hotel, tak lupa ia meninggalkan lembaran rupiah untuk perempuan yang masih pulas tertidur itu. Dengan santainya ia meninggalkan hotel dan langsung pulang menuju apartemen pribadinya.

Bermain-main bersama perempuan bayaran sedikit mengurangi kekesalan pada anak buahnya, namun begitu ia tetap marah akan keteledoran anak buahnya yang membuatnya merugi ratusan juta rupiah. Tiba di apartemennya Ben langsung menuju unitnya yang berada di lantai empat, ia tersenyum sinis saat melihat perempuan yang sama, perempuan yang saat itu dilihatnya di rooftop apartemen.

"Jangan berpikir pria di dunia ini hanya sedikit, ada banyak pria di dunia ini nona, maka jangan pernah takut saat di tinggal oleh mereka" ucap Ben saat berpapasan dengan Dewi.
"Sok tau" omel Dewi.
"Ben" Ben mengulurkan tangannya pada Dewi.
"Maaf saya tidak berminat untuk berkenalan dengan anda" sahut Dewi ketus.
"Ohhh... masih belum bisa move on pada masa lalu rupanya nona ini" ledek Ben.
"Jangan sok tau tuan" ucap Dewi kesal dan bergegas pergi dari hadapan Ben.
"Kesal, artinya tebakanku benar" tawa Ben yang masih bisa didengar oleh Dewi.

---

Dewi menatap langit malam dari balkon kamarnya, ia kembali teringat pada pria yang beberapa tahun ini selalu mendampinginya, pria yang selalu memeluk dan memberi support apa pun yang dikerjakannya. Namun sekarang pria itu telah pergi, tak lagi ada tempatnya bersandar berbagi rasa suka dan duka, setitik air mata Dewi kembali jatuh saat di mana ia ingat perpisahan yang begitu menyakitkan.

"Sudah waktunya untuk bangkit dan menata kembali kehidupan gue, masih banyak pria yang jauh lebih baik dari pada dia" gumam Dewi.

Dewi menyusun dan menata kembali kehidupannya, ia ingin semuanya kembali baik-baik saja, ia ingin semuanya berjalan sebagaimana biasanya. Melupakan dan belajar untuk tidak mengingatnya lagi itulah hal pertama yang dilakukan Dewi, ia juga membuang semua benda maupun kenangan bersama Tedi hingga tak bersisa sedikit pun.

Perempuan cantik itu menyambangi markasnya di siang hari untuk meeting bersama timnya, membahas sebuah kasus yang rencananya nanti malam akan mereka jalankan misinya.
Jam dua belas malam Dewi dan timnya menjalankan misinya, ia dan timnya lagi-lagi berhasil menangkap seorang pengedar yang tengah melakukan transaksi, setelah menyelesaikan semua pekerjaannya Dewi pun segera pulang untuk beristirahat.

Tiba di apartemennya perempuan cantik itu segera masuk kamar mandi dan memutuskan untuk berendam sebentar melepas penatnya, ia menyiapkan air hangat beraroma teraphy lalu melepas seluruh pakaiannya dan berendam dalam bath up. Cukup lama berendam dan hampir saja tertidur maka Dewi memutuskan untuk segera keluar dari bath up, ia membilas tubuhnya kemudian keluar dari kamar mandi dan beristirahat di ranjang.

---

Tengah bersantai di cafe yang berada di lantai dasar apartemennya Dewi dikagetkan dengan kedatangan seorang pria, pria yang tak lain adalah mantan kekasihnya.

"Lo?!" ucap Dewi kaget yang bercampur kesal.
"Apa kabar Wi?" tanya Tedi, pria itu tanpa dipersilahkan duduk dihadapan Dewi.
"Baik, bahkan sangat baik. Dan maaf siapa yang mengizinkan lo duduk di sini, gue rasa kita sudah gak ada urusan" ucap Dewi.
"Tidakkah kamu merindukanku Wi?" Tedi mengusap punggung tangan Dewi yang ada di atas meja, namun buru-buru perempuan cantik itu menyingkirkan tangannya.
"Merindukan lo? untuk apa gue merindukan pria yang sedikit pun tidak memperjuangkan gue" ttawal Dewi.
"Wi..."
"Pergi dari hadapan gue Ted, pergi dari sini" desis Dewi tajam.
"Wi aku masih mencintai kamu, dan aku ingin kita kembali bersama. Kita masih bisa menjalin hubungan" ucap Tedi yang membuat Dewi tertawa.
"Menjadi yang kedua maksud lo? hanya perempuan bodoh yang mau dijadikan yang kedua dan kembali pada masa lalunya, dan hanya pria bodoh yang berani menduakan istrinya" ucap Dewi.
"Tapi aku tidak mencintainya Wi, yang aku cinta hanya kamu" ucap Tedi.
"Sudahlah Ted, kita sudah selesai pergi dari sini" ucap Dewi kesal.
"Wi..."
"Anda tentu mendengar ucapan nona itu tuan, segeralah pergi dari sini karena anda sudah membuat nona ini tidak nyaman" ucap seorang pria.
"Tidak usah ikut campur, anda tidak tau dan tidak mengerti masalah kami" ucap Tedi kesal.
"Pergilah Ted, di antara kita sudah tidak ada apa-apa" ucap Dewi.
"Baik aku pergi, tapi aku pastikan akan kembali untuk mendapatkan kamu lagi Wi" ucap Tedi sambil menatap tajam yang penuh kerinduan pada Dewi.

Sementara itu pria yang tadi menegur Tedi duduk dihadapan Dewi, dan tentu saja Dewi melotot tajam saat melihat pria itu duduk dihadapannya, pria yang selama ini selalu membuatnya kesal yang tak lain adalah Benyamin Salomon.

"Sedang suntukkan? akan lebih baik kalau ada teman ngobrol" ucap Ben tersenyum.

Dewi hanya diam, ia menatap dan mendesah kesal pada pria dihadapannya itu.

"Mantanmu sepertinya masih tergila-gila padamu nona" ucap Ben.
"Jangan sok tau dan jangan pernah ikut campur urusan saya, karena kita tidak saling kenal" ucap Dewi.
"Kalau begitu mari berkenalan, saya Ben... Benyamin Salomon, biasa disapa Ben" ucap Ben mengenalkan dirinya.
"Maaf... saya tidak berminat untuk berkenalan dengan anda" ucap Dewi.
"Oh ayolah nona, jangan sombong pada tetangga sendiri" ucap Ben.
"Tetangga?" ucap Dewi bingung.
"Ya tetangga... pasti kamu tidak menyadari kalau unit kita berseberangan" ucap Ben tersenyum.
"Sial sekali saya bertetangga dengan orang seperti anda" ucap Dewi.
"Dan saya sangat beruntung memiliki tetangga seperti anda yang begitu cantik" ucap Ben sambil memainkan alisnya menggoda Dewi.
"Dewi" Dewi akhirnya mengulurkan tangannya menyambut uluran tangan Ben.
"Dewi... nama yang cantik secantik orangnya" ucap Ben dan Dewi hanya mendelik kesal pada pria dihadapannya itu.

❤❤❤

Bab 4
22/7/2019

Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang