Beberapa kantong plastik memenuhi tangan Dewi untuk keperluan dapur apartemennya, ia terlihat kesulitan membawa semua itu hingga seorang datang dan menghampirinya.
"Perlu bantuan?" pria itu menawarkan bantuannya pada gadis cantik tersebut.
"Saya bisa sendiri, terima kasih" ucap Dewi sembari mengangguk sopan.
"Tidak perlu sungkan, mari saya bantu" ucap pria tersebut yang langsung meraih beberapa kantong belanjaan dari tangan Dewi.
"Terima kasih kalau begitu" ucap Dewi lagi.
"Tinggal di lantai berapa?" tanya pria yang ternyata bernama Tedi Alfonso.
"Lantai empat" sahut Dewi datar.
"Wah kebetulan sekali saya juga mau ke lantai empat mengunjungi seseorang" ucap pria itu.Keduanya memasuki lift bersama untuk menuju lantai empat. Tiba di lantai empat Tedi mengikuti langkah Dewi menuju unitnya.
"Ini unit saya, terima kasih sudah membantu membawakan barang-barang saya" ucap Dewi.
"Ya sama-sama. Oh ya kenalkan saya Tedi, Tedi Alfonso" ucap pria itu memperkenalkan dirinya.
"Dewi" sahut Dewi, datar dan singkat.
"Baiklah kalau begitu saya permisi" ucap pria itu.Perkenalannya yang tak disengaja itu rupanya membuat Tedi jatuh hati pada Dewi, hubungan keduanya terjalin begitu saja mengalir apa adanya, tak ada ikrar saling memiliki hanya saja keduanya merasa nyaman. Beberapa tahun menjalin kebersamaan, hubungan itu kandas di tengah jalan karena terhalang restu dari orang tua Tedi. Entah mengapa mereka tak menyukai gadis secantik Dewi, gadis yang lembut perangai dan tutur katanya. Orang tua Tedi lebih memilih perempuan lain untuk mendampingi putranya itu.
"Apa harus berakhir seperti ini?" Dewi berdiri di balkon apartemennya, menatap taburan bintang yang pada malam itu nampak indah menemani cahaya bulan.
"Gak ada jalan lain Wi, aku gak ingin menjadi anak durhaka dengan menentang keinginan orang tuaku" ucap Tedi.
"Kenapa Tuhan mempertemukan kita kalau pada akhirnya tak mempersatukan kita?" Dewi menitikkan air matanya.Tedi menarik Dewi ke pelukannya, ia sebenarnya tak tahan melihat wanita yang dicintainya menangis karenanya.
"Mungkin rencana Tuhan akan lebih indah untukmu Wi, mungkin kebahagiaanmu tidak bersama denganku" ucap Tedi.
Dewi melepaskan pelukan Tedi dan menghapus sisa air matanya, ia menatap pria itu dan memaksakan senyumnya.
"Aku doakan kamu dan perempuan itu bahagia selalu, dan selamat untuk pernikahan kalian" ucap Dewi.
"Wi..." dan kali ini Tedi-lah yang tidak tahan untuk tidak menangis, entah mengapa ia merasa begitu menyakiti hati Dewi, ia menarik kembali Dewi dan mendekapnya erat, dekapan yang mungkin untuk terakhir kalinya.---
Sedang meratapi nasib percintaannya sebuah telpon dari atasannya mengharuskan Dewi menyudahi ratapannya, ia harus profesional menjalani profesinya. Dewi bangkit dan bersiap untuk turun di tengah malam bersama beberapa rekan kerjanya, ia hanya mengenakan pakaian santai dan tak terlihat seperti seorang anggota polisi. Ia dan timnya akan melakukan penggerebekan ke sebuah rumah yang diduga menjual obat-obatan terlarang.
Dewi dan timnya menyelesaikan tugasnya dengan baik, mereka berhasil meringkus dua orang yaitu pembeli dan pengedar lalu membawanya ke kantor untuk dimintai keterangan. Pukul tujuh pagi barulah Dewi bisa segera pulang dan beristirahat di apartemennya.
---
Sementara itu Ben sang bos besar, duduk dengan santai di kamarnya, ia tengah menunggu perempuan yang akan menemaninya malam ini. Dan saat pintu terbuka ia tersenyum melihat perempuan itu masuk kamarnya.
"Jangan lupa kunci pintunya cantik" ucap Ben.
"Baik bos" sahut perempuan itu.Ben menyeringai dan mendekati perempuan tersebut, ia menarik dan memutar tubuh perempuan itu lalu memeluknya dari belakang. Perempuan itu tak tinggal diam, ia langsung membalas setiap sentuhan yang dilakukan bos Ben, dan melayaninya dengan baik agar bos besar itu merasa terpuaskan.
Atas perintah Ben perempuan itu segera mengenakan pakaiannya kembali usai kegiatan panas mereka.
"Kalau ingin pelayanan kembali dari saya bos bisa hubungi nomer itu" perempuan itu memberikan kartu namanya pada bos Ben.
Sementara itu Ben hanya tersenyum, ia tak pernah meniduri perempuan yang sama lebih dari sekali, baginya satu perempuan cukup satu kali ia rasakan.
"Segeralah keluar dari sini, untuk bayaranmu akan segera di transfer anak buah saya" ucap Ben.
"Baik bos dan terima kasih" perempuan itu berlalu pergi dari hadapan Ben.Ben tengah menikmati rokoknya, ia dikejutkan dengan pintu kamarnya yang kembali terbuka, pikirnya ia tak lagi membuat janji dengan jalang mana pun, karena yang biasa memasuki kamarnya hanyalah dirinya dan para perempuan pemuas itu saja.
Ben menatap perempuan yang kini memasuki kamarnya, ia kaget melihat Suci putri supirnya yang dulu pernah ia pakai jasanya.
"Kau? aku tidak membuat janji denganmu nona" ucap Ben.
"Memang tidak bos, tapi saat ini saya benar-benar ingin disentuh dan ditiduri bos" ucap Suci seraya melepaskan pakaiannya satu persatu.
"Maaf sebaiknya kau segera keluar, karena saya tidak terbiasa meniduri perempuan yang sama, dan pakai kembali pakaianmu nona" Ben melemparkan pakaian Suci yang teronggok di lantai.
"Ayolah bos, jangan jual mahal... aku kasih gratis" ucap Suci serendah-rendahnya.Ben menyeringai dan melumat bibir perempuan itu, hanya melumat lalu melepaskannya kembali.
"Keluar sekarang atau saya pecahkan kepalamu" ucap Ben tegas.
Hanya mendengar ancaman itu keringat dingin langsung keluar dari pelipis Suci perempuan itu mengenakan kembali pakaiannya dan lari terbirit-birit dari kamar bos besar tersebut.
"Sial... gue pikir dia begitu mudah untuk didapatkan, dan ternyata gue salah besar. Gue akan menempuh cara lain untuk mendapatkannya, dan gue pastikan dia akan kembali merasakan pelayanan istimewa dari gue" tawa Suci.
♥♥♥
Bab 2
18/7/2019

KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love
FanficPerjalanan cinta antara dua orang dengan latar belakang yang sangat berlawanan, cinta seorang intelijen negara dan gembong mafia narkoba.