CHAPTER 2

2 0 0
                                    

Hari ini adalah hari pertama aku memasuki kelas 12. Seperti kelas 11 kemarin kamu duduk di pojok sedangkan aku juga duduk di pojok yang dekat dengan pintu.

Tadi di lorong aku dan Arkan berpapasan dan masing masing dari kami tersenyum. Aku senang kita dekat walaupun mungkin memang tidak sedekat teman temanmu yang lainnya.

"hei, Vin. Ayo ke lapangan upacara" ucap Keyza teman dekatku dari kelas 10.

"eh iya ayo. Ke kelas sebelah dulu yuk, ajak Anna sama Kayla" Ucap aku sambil menarik tangan keyza keluar kelas dan jalan ke kelas sebelah yaitu, 12 ips 2.

Anna dan Kayla juga teman dekat aku dari kelas 10. Kalo pergi kemana mana kita selalu ber-empat, karna kita memang sedekat itu sudah seperti saudara sendiri.

Kemudian setelah dari kelas sebelah kita ber-empat berjalan kearah lapangan upacara. Kita ber-empat berjalan santai dan mengobrol ringan, pokoknya obrolan kita ber-empat tuh pasti selalu random. Kaya ada aja gitu yang diomongin.

Di lapangan upacara sudah banyak siswa, tapi siswa kelas 12 baru kita ber-empat saja. Emang ya, mentang mentang udah kelas 12 jadi pada santai gitu. Tapi ga juga sih,angkatan kita anak anaknya emang pada santai, terlalu santai malah.

"Vinka lo depan dong" ucap Keyza sambil mendorong aku ke depan.

"ih gamau lo aja di depan. Kan masih tinggian gue daripada lo, jadi lo yang di depan" ucap aku dan langsung berdiri di belakang Keyza.

Di tengah tengah keramaian lapangan upacara, aku melihat sekitar untuk melihat keberedaan kamu. Ini sudah seperti kegiatan ritual aku, saat sedang upacara.

Keyza pernah bilang "lo ngapain sih,Vin. Kaya lagi nyari nyari seseorang kalo lagi upacara?"

Aku yang ditanya seperti itu oleh Keyza hanya bisa memamerkan cengiranku, habisnya aku tidak tahu mau menjawab apa. Iya, aku memang tidak kasih tau ke teman-temanku tentang perasaan ini.

Entah mengapa, mencari keberadaanmu sudah menjadi suatu kewajiban untukku. Dan entah mengapa, aku selalu merasa kehilanganmu kalau kamu tidak ada dipenglihatanku.

Mengapa aku tidak bilang perasaan ini kepada teman-temanku? Karena, aku takut kalau aku bilang nanti teman-temanku bilang ke Arkan kalau aku suka padanya. Soalnya teman-temanku ini suka keceplosan orangnya. Dan yang kedua, aku orangnya memang tidak terbiasa curhat gitu ke orang lain, bahkan teman dekatku sendiri.

Saat aku sudah menemukan dirinya yang sedang berjalan ke barisan kelas, mataku dan Arkan bertemu aku langsung mengalihkan pandangan ke arah lain. Aku takut salah tingkah kalau sudah begitu.

Arkan berdiri tepat di sebelahku, aku menatapnya dan mungkin dia sadar kalau aku menatapnya. Makanya dia menoleh kearahku.

"eh hai,Vinka. Kayaknya kita sebelahan mulu deh kalau upacara" ucap Arkan yang terdengar bersemangat.

"iya deh, kita sebelahan mulu. Udah hukum alam sepertinya"

"ahahahaha bisa aja nih neng Vinka" Arkan tertawa puas

Aku suka Arkan ketika tertawa dan matanya yang menyipit ketika tertawa. Dan aku juga suka tatapan mata Arkan yang sendu itu, mata yang selalu membuat Aku nyaman ketika menatapnya.

Pokoknya semua yang ada di diri Arkan aku menyukainya. Bahkan muka Arkan yang habis bangun tidur di kelas. Matanya yang masih mengantuk ketika di paksa bangunkan oleh guru.

Oh ya, pernah dulu ketika kami masih kelas 11. Aku yang saat itu menjadi petugas ucapara, jadi pembaca doa lebih tepatnya. Aku sangat gugup kala itu.

Arkan yang mungkin melihat aku gugup berkata, "hey, biasa aja kali jangan gugup gitu"

"gimana gak gugup,Arkan. Gue kan baru pertama kali lagian juga kan biasanya yang jadi pembaca doa cowok masa iya sekarang cewek" ucap aku yang sangat kesal

Arkan tersenyum mendengar ocehanku dan mengacak-acak rambutku, "make it sans,oke?"

Aku menatap mata Arkan yang entah mengapa sorotan matanya sangat tulus. Tatapan mata Arkan tidak pernah tulus sebelum sebelumnya.

Bahkan aku sangat berterimah kasih pada Arkan karena telah menyemangatiku, ya walaupun aku masih gugup.

Dan saat aku sedang menjalankan tugasku sebagai pembaca doa, aku sempat melirik Arkan dan saat itu juga Arkan sedang menatapku sambil tersenyum.

Senyum yang mungkin berkata its okay,semangat vinka. Aku yang melihatnya hanya tersenyum sekenanya.

Arkan selalu bisa membuat hariku begitu indah. Arkan juga tidak seburuk sosok badboy yang lain. Mungkin dihadapanku Arkan tampil untuk tidak terlihat buruk.

Terimakasih Arkan sudah tidak tampil buruk dihadapanku, karena mungkin kamu mengetahui kalau aku takut dengan sifatmu yang badboy itu.

invisibleWhere stories live. Discover now