Cuaca seperti memercik api hingga udara tampak terbakar di atas jalanan kota. Terutama jika yang kau bicarakan adalah aspal. Terik mentari yang selalu panas, hawa yang tidak pernah mendingin. Musim panas benar-benar membunuh warga ibukota. Termasuk seorang presiden direktur bernama lengkap Kim Mingyu yang bernapas di dalamnya. Ia akan merasa sangat tertekan dengan cuaca yang ia salahkan, mengeluh ria tak terkira, dan mengumpat tanpa ampun.
Itu jika ia tidak memiliki pendingin ruangan. Dan ia sangat bersyukur karena perusahaan hotel dan resort elit miliknya tidak mungkin tidak memilikinya.
Jadi jika ia tampak tertekan saat ini, alasan lain pasti adalah pemicunya.
Terlalu banyak berkas berita acara yang harus ia tandatangani. Sementara ia kelelahan. Ia butuh liburan. Dan berkas-berkas sialan itu seperti menertawakan kesusahannya. Ditambah jam dinding yang suaranya begitu mencolok di dalam ruangan kantor yang luas dan sepi itu berderak seakan meledeki.
Ia mempersilakan seseorang memasuki ruangan ketika ia mendengar pintu besarnya diketuk.
Dan manusia rupawan lainnya melangkah masuk.
"Selamat siang tuan Kim."
"Ada yang bisa kubantu, tuan Jung Jaehyun?" Suara itu terdengar dingin diiringi dengan raut wajah menyeramkan khas bos galak. Seorang karyawan pekerja biasa yang membawa beberapa dokumen di tangannya itu meneguk ludah melihatnya. Kalau aura buruk yang menyelubungi ruangan yang sama dengan bos satu ini ia rasakan, ia hanya berharap kalau ia bisa pulang dengan selamat sore ini.
"Berita acara dari divisi kami, tuan." Takut-takut Jaehyun menjawab dengan nada hati-hati. Tubuhnya merinding. Bulu kuduknya meremang. Bisa Mingyu lihat dari dokumen di tangan Jaehyun yang sedikit bergetar.
Mingyu tidak segera menjawab hingga keduanya mengalami hening yang memuakkan. Ia hanya menatap datar salah satu karyawan perusahaannya itu.
Dan karena keterdiaman Mingyu menciptakan ketiadaan ide konkrit yang membingungkan, maka tanpa aba-aba apapun Jaehyun melangkah maju, meletakkan apa yang ia bawa dengan hati-hati dengan gestur yang–ia mengusahakannya untuk menjadi–sempurna. Tapi ketakutan itu gagal ia sembunyikan dari Mingyu yang telah melihat semuanya.
Jaehyun terlonjak dengan mata membelalak ketika Mingyu menyapukan tumpukan dokumen dari Jaehyun di atas mejanya dengan kasar menggunakan satu lengannya. Hingga mereka berserakan di lantai. Ia seperti baru saja meloloskan tantrum pembuka sebelum ia benar-benar mengeluarkan segala amarah yang ia punya.
Bangkit dari singgasana, ia melangkah perlahan dengan aura gelap yang menguar dari tubuh tingginya. Menghampiri Jaehyun yang masih tidak berpindah dari hadapan meja kerja Mingyu. Sang presdir yang tampak begitu dominan mengabsolutkan nyali Jaehyun yang kian menciut. Hingga keduanya berdiri saling berhadapan.
Jaehyun kembali terkejut tatkala Mingyu menarik kasar kerah bajunya dengan satu tangan secara tiba-tiba. Itu adalah gerakan yang teramat cepat. Jaehyun sama sekali tidak bisa mendeteksinya. Dan ia tidak tahu apa yang akan Mingyu lakukan padanya sekarang ketika ia bisa merasakan hangatnya hembusan napas Mingyu di wajahnya. Spasi antara kedua wajah hanya tersisa beberapa senti. Mingyu bisa merasakan kekurangajaran debaran jantung Jaehyun di dada bidangnya.
Sekali lagi Jaehyun berharap ia bisa benar-benar pulang dengan selamat ke apartemennya hari ini.
"Apa kau tidak bisa melihat diriku yang begitu sibuk dengan tugas yang menumpuk?" Intonasi creepy itu keluar lagi.
"M-maaf tuan, saya tidak b-bermaksud untuk–"
Mingyu yang meletakkan telunjuk di bibir Jaehyun menghentikan kelanjutan kalimatnya. Ia melihat Jaehyun berkedip lucu. Ia melihat ada serpihan kaca di sana. Tiga kedipan lagi mungkin air mata ketakutan itu akan lolos dari mata bening yang memancarkan kepolosan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
[Sudah Terbit] Wild & Woolly 🔫 JaeGyu [⏹]
FanfictionTo Jaehyun, Mingyu is Wild and Woolly Top!Jaehyun Bot!Mingyu MPREG #8 gyujae #10 jaegyu ©2019, ichinisan1-3