Ep. 1 Cinta Pertama

44 3 2
                                    

Masa SMA telah usai tapi ada yang masih belum ku selesaikan. Aku hanya bisa memandanginya tanpa menyapa atau bahkan bermimpi memilikinya. Hari itu hujan rintik-rintik aku berjalan sendirian menyusuri jalanan yang sepi akibat hujan turun banyak orang memilih tak lewat sini.

Tiba-tiba seseorang menyodorkan payung dari belakang sontak membuatku terkejut.

"Hujannya akan bertambah besar itu bahaya. " ucapnya membuatku melirik ke arahnya.

"ah.. Aku.. " ucapku tak bisa meneruskan perkataanku namun malah memandanginya.

"kau baik-baik saja? " tanyanya membuatku tersadar.

"ya?! "

"maaf tapi aku tak bisa memayungimu terus sampai rumah bukan? " tanyanya membuatku sontak memegangi payung yang di pegangnya.

Tak sengaja tangan kami bersentuhan. Kurasakan kulit lembut jemarinya yang kokoh.

"maaf..!" ucapku menundukkan kepala.

"Baiklah sampai jumpa. " ucapnya dan pergi meninggalkanku yang masih berdiri melihat punggungnya yang semakin menjauh dan hilang.

Seketika aku menjerit histeris. Wajahku memerah, kakiku bergetar, jantungku berdegup keras. Aku hampir di buat lumpuh seketika olehnya. Ah aku lupa mengucapkan terimakasih. Mungkin akan ku lakukan saat acara perpisahan sekolah.

Semalaman aku hanya memandangi tanganku yang sempat bersentuhan dengannya sambil tersenyum geli sendiri. Entah mimpi apa aku semalam sampai ada kejadian seperti itu di akhir-akhir sekolah akan usai.

Raihan Purnama adalah pria populer di sekolah. Dia jago di semua bidang olahraga, pelajaran, musik, atau bahkan seni lukis. Wanita mana yang tidak mengaguminya. Terutama aku pada saat itu. Hanya saja aku tidak pernah punya keberanian untuk mendekatinya meski hanya menyapa.

Sampai saat terakhir itu pun tanpa di sengaja dia meminjamkan payungnya untukku. Itu adahal hal dramatis yang  romantis untuk diriku sendiri. Meski sepertinya aku merasakannya sendirian.

"Kiran.!  Kamu cantik sekali dengan gaun itu. " ucap sahabatku Silvi.

"ah kamu juga cantik banget suer. " ucaku mengusap bahunya takjub.

"oh ya pasanganku sudah sampai. Siapa pasangan mu? "

"ahh.. Aku.. " ucapku bingung.

"aku pergi dulu ya. Aku tidak ingin membuatnya menunggu. " ucapnya pergi. Aku hanya mengangguk.

Aku sampai lupa mengajak seseorang untuk menjadi pasangan dansaku karena terus memikirkan Rai.

Aku duduk dalam keramaian malam itu. Ya, itu adalah malam puncak pesta perpisahan sekolah kami. Aku hanya memandangi setiap pasangan yang lalu lalang di hadapanku.

Sampai seseorang menghampiriku.

"ah kau mau duduk? " ucapku sontak menggeser posisi dudukku.

Dia hanya memandangku tersenyum. Mungkin dia enggan duduk berdampingan denganku. Aku segera berdiri dan mempersilahkannya duduk di kursi yang sebelumnya ku duduki.

"tidak perlu, karna aku hanya ingin memesan minum. " ucapnya.

"ohh.. " jawabku melongo.

"namaku Raihan. " ucapnya.

"ah ya.! " ucapku terkejut.

Tentu saja aku tau namanya sekalipun dia tak memperkenalkan diri.

"Kamu kiran bukan?" tanyanya.

"Ya.. " jawabku tersipu.

"salam kenal kalau begitu. " ucapnya pergi.

"untuk yang waktu itu terimakasih.! " ucapku dengan lantang sebelum ia melangkah lebih jauh.

Dia hanya menoleh sambil tersenyum.  Serius senyum itu untukku?  Aku sungguh tak percaya. Jika ini mimpi, ini adalah mimpi terindah sepanjang masa.

***

Duri Terlindung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang