Eps. 4

11 1 0
                                    

     Hari tak terasa sudah pagi. Sinar matahari menyilaukan mataku yang masih terpejam. Tiba-tiba ada yang menghalanginya. Ah rasanya begitu sejuk. Tiba-tiba ada yang mengagetkanku. Seseorang mencubit hidungku. Seketika aku membuka kedua mataku. Dan apa yang terjadi? Ada yang membuatku lebih kaget sampai berteriak. Namun pria di depanku itu seketika menutup mulutku menggunakan tangannya yang kokoh dan sedikit bulu.

"jangan berteriak. " bisik pria itu kepadaku.

    Seperti terhipnotis aku langsung diam mengangguk. Aku melihat sekelilingku ternyata ini bukan kamarku. Jadi yang semalam itu ternyata bukan mimpi. Segera aku memeriksa tubuhku. Ah leganya pakaianku masih lengkap. Berarti tak ada yang terjadi di antara kami bukan?

     Rai yang melihat tingkahku hanya bisa menahan tawa. Mungkin kini dia sedang berpikir aneh tentangku.

Pria itu menuntunku ke dapur untuk sarapan. Dan aku hanya mengekorinya tanpa menolak ataupun bertanya. Setelah sarapan dia menatapku sambil tersenyum.

"apa tidurmu nyenyak? "

Aku hanya mengangguk.

"kamu ini ya luar biasa. Saat aku berbicara dengan serius bisa-bisanya kamu lebih memilih tidur di pelukanku daripada mendengarkanku. " ucap Raihan menggelengkan kepala.

"aku?  Di pelukanmu?! " ucapku kaget.

Jadi semalam aku tidur di pelukannya?  Di dada bidang itu? Aku benar-benar idiot bagaimana bisa aku melakukan itu?  Apa karena akhir-akhir ini terlalu letih bekerja?  Tetap saja mengapa aku bisa sebodoh itu bahkan tak mengingatnya sama sekali.  Tiba-tiba aku mengingat kalimat terakhir yang di ucapkan Raihan padaku malam tadi.

"I Love you. " ucapku sepontan.

     Raihan tiba-tiba  mengecup bibirku cepat. Membuatku sontak terkaget-kaget.

"kenapa kamu tidak menjawabnya malam tadi?  Kamu tau?  Aku sangat gelisah. Benar-benar gelisah sampai tak bisa tidur karena gadis yang aku sukai ada di atas ranjangku bersamaku. " ucap Raihan mengelus rambutku yang terurai.

     Raihan sepertinya salah paham. Dia kira aku menjawab pernyataan cintanya. Tapi anggap saja begitu. Bukankah aku sudah mengejarnya sejauh ini ?

     Raihan terus saja memandangiku. Mengelus rambutku, pipiku. Aku benar-benar gemas sekaligus dag dig dug. Tanpa sadar aku memegang tangannya yang sedang mengelus pipiku. Dia malah menggenggam tanganku erat sekarang. Kepalaku sedikit bersandar di bahunya sekarang. Aku merasakan hangat tubuh Raihan serta aroma shampoo yang ia kenakan di rambutnya yang setengah kering. Ah aku tersadar aku belum mandi.

"Rai aku boleh numpang mandi kan? " tanyaku padanya.

"nanti saja.. " ucap Raihan manja.

"tapi aku bau. " ucapku menunduk.

"mana yang bau? " ucap Raihan mencoba mencium aroma tubuhku.

    Tentu saja aku menghindar dan menahannya. Tetapi bukan Raihan namanya jika tidak keras kepala. Dia terus saja mengendus ke bagian-bagian tubuhku sampai tak sadar kami terjatuh ke atas sofa.

     Raihan tepat berada di atasku. Posisi apa ini. Jantungku berdebar hebat. Wajah kami begitu dekat sampai hidung kami beradu. Entah apa yang ku pikirkan saat itu aku tiba-tiba menutup kedua mataku. Raihan yang sadar akan perilaku ku dia langsung mencium bibirku dalam-dalam. Kami saling berpangutan satu sama lain.

      Ada perasaan aneh dalam tubuhku. Ada yang berdesir hebat. Aku yang baru pertama kali merasakan ciuman ini begitu aneh namun tak bisa ku hentikan. Aku selama ini hanya melihatnya di film drama kini aku merasakannya. Aku memeluk tubuhnya erat perlahan tanganku mulai bergerak mengusap-usap punggung Rai yang sedari tadi mengawali permainan. Entah berapa lama kami saling bercumbu satu sama lain. Kini Rai mulai berpindah ke leherku. Ah itu membuatku geli tak tertahankan. Aku mencengkeram rambutnya yang setengah basah itu. Sebelah tanganku menggenggam tangannya.

Teettttt...!!

Suara bel berbunyi mengakhiri permainan kita.

Raihan berdiri memandangku sejenak yang masih terlentang di atas sofa. Seketika aku duduk dan merapikan rambutku. Sudah 5 menit namun Raihan tidak juga kembali. Siapa sih yang datang?

Dengan penuh tanda tanya aku memutuskan untuk melihatnya. Aku lihat Raihan sedang berbicara dengan seorang gadis berpakaian seksi. Sepertinya gadis itu menyukainya karena beberapa kali aku melihat gadis itu bersikap menggoda Raihan dengan menuranka baju yang ia kenakan agar buah dadanya kelihatan.

"besar.. " ucapku dalam hati.

     Gadis itu tiba-tiba memeluk Raihan tetapi berhasil di tahan oleh Raihan. Apasih yang mereka bicarakan sampai selama itu?  Aku yang merasa kesal memutuskan untuk kembali masuk dan mandi. Sampai selesai mandi pun Raihan tak kembali.

   Aku memutuskan untuk pulang saja. Aku menghampiri Raihan dan wanita itu untuk pamit. Raihan menahanku pergi.

"sopir sudah menunggu di depan Rai." ucapku melepaskan pegangannya.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Duri Terlindung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang